Tingginya kebutuhan akan perlindungan data pada sistem komunikasi digital menimbulkan permasalahan terkait efektivitas algoritma kriptografi klasik dalam menghadapi ancaman modern, sehingga diperlukan evaluasi empiris terhadap algoritma yang umum digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efisiensi dan keamanan dua algoritma kriptografi klasik, yaitu Sandi Caesar dan Sandi Vigenere, guna menentukan tingkat kebermanfaatannya dalam lingkungan komputasi modern serta aplikasi dengan sumber daya terbatas. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimental, di mana kedua algoritma diimplementasikan menggunakan Python dan diuji menggunakan berbagai ukuran teks masukan (100–10.000 byte), kemudian dianalisis berdasarkan waktu eksekusi, penggunaan memori, serta ketahanan terhadap serangan kriptoanalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ukuran teks 10.000 byte, Sandi Caesar mencatat rata-rata waktu eksekusi sebesar 11,99 ms (enkripsi) dan 11,82 ms (dekripsi), sedangkan Sandi Vigenere mencapai 40,64 ms (enkripsi) dan 45,53 ms (dekripsi). Penggunaan memori pada ukuran teks yang sama juga lebih rendah pada Sandi Caesar (9,86 KB) dibandingkan dengan Sandi Vigenere (9,99 KB). Dari sisi keamanan, simulasi brute force menunjukkan bahwa Sandi Caesar menghasilkan 26 kemungkinan hasil dekripsi (rentan), sedangkan analisis frekuensi Vigenere memberikan distribusi huruf yang lebih acak meskipun metode Kasiski tidak berhasil mengidentifikasi panjang kunci yang benar. Temuan ini menegaskan adanya tradeoff antara efisiensi komputasi dan tingkat keamanan, sehingga pemilihan algoritma harus disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi.
Copyrights © 2025