Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mendorong transformasi besar pada sektor perbankan, termasuk PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Digitalisasi memudahkan layanan, namun memunculkan risiko kejahatan siber seperti phishing dan social engineering yang merugikan finansial dan mengancam reputasi. Penelitian ini menganalisis strategi krisis Public Relations (PR) BSI dalam menghadapi phishing yang mengatasnamakan bank melalui platform digital. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan data dari wawancara Corporate Secretary, dokumentasi internal, publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pemberitaan media. Analisis menggunakan Situational Crisis Communication Theory (SCCT) untuk melihat pemilihan strategi komunikasi sesuai atribusi tanggung jawab publik. Hasil penelitian menunjukkan empat strategi utama: (1) penyangkalan dengan menegaskan serangan berasal dari pihak eksternal; (2) edukasi dan literasi digital untuk meningkatkan kewaspadaan nasabah; (3) kolaborasi dengan OJK, Kominfo, media, dan Indonesia Anti Scam Center (IASC) untuk penanganan kasus; (4) pemulihan reputasi melalui komunikasi transparan, konsisten, dan sesuai prinsip syariah. Temuan menegaskan bahwa keberhasilan PR di era digital tidak hanya bergantung pada kecepatan respons, tetapi juga edukasi publik dan koordinasi lintas pihak untuk memulihkan kepercayaan dan memperkuat citra bank syariah.
Copyrights © 2025