Qs. Asy-Syams [91]: 9–10 memuat pesan moral yang sangat kuat tentang pentingnya penyucian jiwa dan ancaman terhadap pengotorannya. Ayat ini menjadi simpul etis dalam Al-Qur’an yang mengandung implikasi spiritual dan sosial bagi pembentukan karakter manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan membandingkan penafsiran dua mufasir besar—Ibnu ‘Āsyūr dan al-Baiḍāwī—terhadap ayat tersebut, guna mengungkap perbedaan pendekatan metodologis, kerangka berpikir, dan kedalaman analisis. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan basis studi pustaka dan teknik analisis deskriptif-komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibnu ‘Āsyūr menafsirkan ayat ini secara mendalam dengan pendekatan linguistik, retoris, dan kontekstual, sedangkan al-Baiḍāwī menggunakan pendekatan normatif-teologis dengan uraian yang ringkas namun padat. Perbandingan ini menegaskan bahwa meskipun keduanya memiliki latar keilmuan dan orientasi berbeda, keduanya sama-sama memperkaya khazanah tafsir Islam dan memberi kontribusi signifikan dalam memahami pesan etika Qur’ani secara multidimensi.
Copyrights © 2025