Keberlanjutan pengelolaan akuakultur merupakan aspek krusial untuk memastikan produktivitas jangka panjang dan kesehatan lingkungan. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi status keberlanjutan budidaya udang vaname (Penaeus vannamei) di kawasan Ujung Genteng, Sukabumi, melalui pendekatan multidimensi yang mencakup dimensi sosial, ekonomi, ekologi, institusional, dan teknologi. Metode yang digunakan adalah Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH) berbasis pendekatan multi-dimensional scaling (MDS) yang dimodifikasi untuk memasukkan dimensi teknologi serta validasi melalui ulangan Monte Carlo sebanyak 25 kali. Hasil menunjukkan dimensi teknologi memperoleh skor tertinggi (77,325), mengindikasikan "sangat berkelanjutan", sementara dimensi lainnya, termasuk sosial (59,237), ekonomi (68,236), ekologi (61,856), dan institusional (60,215), dikategorikan sebagai "cukup berkelanjutan". Dimensi sosial, ekonomi, ekologi, dan institusional memiliki atribut sensitif, berpotensi meningkatkan status keberlanjutan dari cukup berkelanjutan menjadi berkelanjutan hingga sangat berkelanjutan, yang meliputi semangat gotong royong dan hubungan dengan pemerintah (sosial), tujuan pemasaran dan penyerapan tenaga kerja (ekonomi), tingkat pemanfaatan lahan dan kualitas air tambak (ekologi) serta skala usaha dan kemitraan kelembagaan (institusional). Penekanan juga diberikan pada integrasi teknologi canggih seperti sistem nanobubble, pemberi pakan otomatis, energi surya, dan pemantauan real-time berbasis IoT. Inovasi-inovasi ini menunjukkan potensi signifikan dalam meningkatkan kadar oksigen terlarut, efisiensi pakan serta pengurangan biaya operasional, yang berkontribusi pada pertumbuhan udang yang lebih baik dan penurunan tingkat kematian. Temuan ini menegaskan pentingnya pendekatan holistik yang mengombinasikan kemajuan teknologi, keterlibatan komunitas, dan dukungan institusional untuk mencapai praktik akuakultur yang berkelanjutan. Rekomendasi untuk penelitian mendatang mencakup pengujian aplikasi yang lebih luas di berbagai lingkungan akuakultur serta pengembangan teknologi adaptif untuk menghadapi tantangan yang muncul di sektor budidaya udang.Sustainability in aquaculture management is essential to ensure long-term productivity and environmental health. This study evaluates the sustainability status of whiteleg shrimp (Penaeus vannamei) farming in Ujung Genteng, Sukabumi, using a multidimensional approach covering social, economic, ecological, institutional, and technological dimensions. The Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH) method, based on multi-dimensional scaling (MDS) and modified to include technology, was applied with 25 Monte Carlo iterations for validation. Results indicate that the technological dimension achieved the highest score (77.325), categorized as “highly sustainable”, while other dimensions, including social (59.237), economic (68.236), ecological (61.856), and institutional (60.215), were considered “moderately sustainable”. Sensitive attributes in social, economic, ecological, and institutional dimensions have the potential to improve sustainability status from moderately sustainable become sustainable to highly sustainable, including community cooperation and government relations (social), market orientation and employment absorption (economic), land use intensity and pond water quality (ecological), as well as business scale and institutional partnerships (institutional). The study highlights the role of advanced technologies such as nanobubble systems, automatic feeders, solar energy, and IoT-based real-time monitoring. These innovations can enhance dissolved oxygen levels, improve feed efficiency, reduce operational costs, and ultimately support better shrimp growth and lower mortality rates. Overall, the findings emphasize the importance of a holistic approach combining technological innovation, community involvement, and institutional support to achieve sustainable aquaculture. Future research is recommended to expand applications across diverse aquaculture environments and to develop adaptive technologies for emerging challenges in shrimp farming.
Copyrights © 2025