<![CDATA[Sektor agrikultur di Indonesia memiliki peran strategis, namun perlakuan akuntansi atas aset biologis seringkali menjadi tantangan, terutama bagi kelompok tani seperti KTH Lentera 03 Kota Madiun. Sebelum efektifnya PSAK 69: Agrikultur pada 1 Januari 2018, aset biologis umumnya dicatat menggunakan PSAK 16: Aset Tetap. Penelitian ini menganalisis perbandingan perlakuan akuntansi aset biologis pada Kelompok Tani Hutan (KTH) Lentera 03 Kota Madiun berdasarkan PSAK 16 dan PSAK 69, serta menguji dampaknya terhadap kualitas pelaporan keuangan. Di era bisnis digital, kualitas data keuangan merupakan fondasi utama untuk pengambilan keputusan strategis berbasis data. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif, didukung dengan analisis kuantitatif dari 43 responden KTH Lentera 03. Teknik Analisis Data yang digunakan yaitu Uji korelasi Pearson. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa penerapan PSAK 69 (Total X2) memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan dengan Kualitas Pelaporan Keuangan (Total Y) (r = 0.871, p = 0.000). Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi PSAK 16 (r = 0.490, p = 0.001) terhadap kualitas pelaporan. Temuan ini menegaskan bahwa pengukuran aset biologis berbasis nilai wajar (PSAK 69) menghasilkan data yang lebih relevan untuk KTH, yang sangat penting sebagai input bagi sistem Artificial Intelligence (AI) dan perencanaan bisnis. KTH Lentera 03 disarankan untuk mengadopsi penuh PSAK 69 guna meningkatkan relevansi data keuangannya.]]>
Copyrights © 2025
