Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam doktrin Murji’ah yang memisahkan antara iman dan amal, serta implikasinya terhadap pembentukan akhlak umat Islam di era kontemporer. Aliran Murji’ah muncul dalam konteks konflik politik dan teologis awal Islam, dengan gagasan utama bahwa iman cukup diwujudkan melalui keyakinan dalam hati dan pengakuan secara lisan, tanpa menjadikan amal sebagai syarat keimanan. Doktrin ini pada awalnya dimaksudkan sebagai bentuk moderasi dan upaya menahan diri dari pengkafiran terhadap pelaku dosa besar, serta memberikan ruang bagi rahmat dan pengampunan Allah. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, pemisahan antara iman dan amal ini menjadi dasar pemahaman permisif terhadap dosa, yang dapat melemahkan kesadaran moral dan komitmen terhadap akhlak dalam kehidupan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dan sosiologis, serta membandingkan pandangan Murji’ah dengan aliran lain dalam Islam seperti Ahlussunnah wal Jama’ah, untuk memperoleh pemahaman yang utuh mengenai dampak teologis dan etis dari ajaran tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, meskipun doktrin Murji’ah mengandung nilai positif dalam hal toleransi dan penolakan terhadap penghakiman dini, ia juga berpotensi mengaburkan urgensi amal saleh sebagai manifestasi iman dalam konteks sosial. Pemisahan iman dan amal ini telah menciptakan dikotomi antara kesalehan personal dan kesalehan sosial, yang dalam praktiknya seringkali tidak berjalan seiring. Oleh karena itu, penting untuk melakukan rekontekstualisasi ajaran Murji’ah agar nilai-nilai toleransi yang terkandung di dalamnya tidak dijadikan justifikasi atas lemahnya etika sosial. Penelitian ini menyarankan perlunya pendekatan teologis yang lebih integratif dalam menjawab tantangan etika keagamaan masa kini.
Copyrights © 2025