Peserta didik neurodiverse, seperti anak dengan autisme, ADHD, dan disleksia, menghadapi tantangan unik dalam aspek kognitif maupun emosional. Di Indonesia, meskipun pendidikan inklusif semakin berkembang, strategi pembelajaran yang berbasis pada bukti ilmiah neurosains masih jarang diterapkan. Padahal, prinsip neurosains seperti neuroplasticity, pembelajaran multisensori, dan regulasi emosi melalui mindfulness terbukti efektif dalam mendukung perkembangan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi kebutuhan kognitif dan emosional peserta didik neurodiverse, (2) mengeksplorasi teori neurosains yang relevan dalam pendidikan inklusif, dan (3) merumuskan strategi enrichment berbasis neurosains yang kontekstual dengan sekolah inklusi di Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumentasi terhadap 10 peserta didik neurodiverse, 5 guru, dan 2 kepala sekolah. Analisis data dilakukan dengan model interaktif Miles, Huberman, dan SaldaƱa, serta validasi triangulasi sumber dan metode. Temuan penelitian menunjukkan bahwa strategi enrichment berbasis neurosains dapat meningkatkan fokus belajar, kemampuan literasi, stabilitas emosi, dan kepercayaan diri siswa neurodiverse. Selain itu, siswa menunjukkan peningkatan partisipasi sosial dan kolaborasi di kelas. Guru juga melaporkan peningkatan efektivitas pembelajaran inklusif serta rasa percaya diri dalam merancang intervensi berbasis sains.
Copyrights © 2024