Kepatuhan minum obat merupakan penentu krusial dalam proses pemulihan dan manajemen jangka panjang bagi personel Polri Aceh yang didiagnosis gangguan jiwa, mengingat tekanan kerja tinggi dan risiko kekambuhan saat pengobatan terhenti. Studi ini mengevaluasi pengaruh variabel demografis (usia, pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan), faktor klinis (durasi penyakit, beban efek samping), keterlibatan organisasi (peran tenaga kesehatan), dukungan keluarga, dan persepsi diri terhadap kesehatan mental terhadap kepatuhan konsumsi obat psikotropika. Studi deskriptif kuantitatif analitik cross-sectional pada 46 personel Polri ODGJ, dengan data dari skala kepatuhan standar dan wawancara terstruktur, dianalisis menggunakan regresi logistik multivariat (OR; 95 % CI; α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan Efek samping obat berintensitas tinggi (OR = 7,3; 95 % CI: 1,13–47,7; P = 0,037), ketiadaan keterlibatan proaktif tenaga kesehatan (OR = 9,6; 95 % CI: 1,45–64,7; P = 0,019), dan rendahnya persepsi diri terhadap kesehatan mental (OR = 2,3; 95 % CI: 0,45–11,9; P = 0,035) masing‑masing secara independen berkorelasi signifikan dengan ketidakpatuhan minum obat. Upaya mitigasi efek samping obat melalui edukasi pasien tentang pengelolaan reaksi merugikan dan alternatif terapi yang aman sangat penting. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengeksplorasi faktor psikososial seperti stres kerja atau pengalaman traumatis yang dapat memengaruhi kepatuhan.
Copyrights © 2025