Salah satu masalah yang sering terjadi pada anak-anak adalah gangguan berbicara dan bahasa. Keterlambatan perkembangan bahasa dapat berdampak negatif pada pencapaian akademik dan dapat bertahan hingga dewasa. Studi ini menyelidiki perkembangan bahasa balita di Kota Denpasar yang berusia antara 24 dan 36 bulan. Penelitian analitik ini menggunakan rancangan cross-sectional dan melibatkan 162 ibu balita sebagai responden. Selama bulan Juli hingga September 2021, kuesioner disebarkan melalui media sosial untuk memilih responden. Analisa data melibatkan univariate dan bivariate. Dalam penelitan ini, ditemukan bahwa 8,4% balita memiliki perkembangan bahasa yang tidak sesuai. Pada balita laki-laki, peluang terjadinya ketidaksesuaian perkembangan bahasa meningkat (OR=3,6; 95% CI: 1,1-11,9; p=0,029), orang tua dengan pendidikan yang lebih rendah (OR= 3,1; 95%CI: 1,0-9,6; p=0,043), serta peran orang tua yang kurang aktif (OR=4,0; 95%CI:1,2-13,3; p=0,016). Edukasi kepada orang tua tentang pemberian stimulasi untuk merangsang perkembangan bahasa anak perlu diberikan, misalnya melalui kegiatan posyandu.
Copyrights © 2024