Sastra sebagai bentuk ekspresi manusia tidak hanya menghadirkan estetika dan kenikmatan batin, tetapi juga memuat refleksi sosial yang kritis, salah satunya terhadap budaya patriarki yang mengakar kuat dalam masyarakat. Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa merupakan contoh representasi wacana patriarki yang kompleks, yang menarik dikaji untuk mengungkap relasi kuasa dan ketimpangan gender dalam narasi serta kontribusinya terhadap pemahaman sastra kontemporer. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk budaya patriarki yang direpresentasikan melalui narasi dan dialog dalam film Tuhan Izinkan Aku Berdosa. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis isi. Data dalam penelitian ini berupa potongan dialog, adegan, dan narasi film dianalisis menggunakan teori patriarki dari Sylvia Walby dan Simone de Beauvoir. Sumber data penelitian ini berupa Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa Karya Hanung Bramantyo yang berdurasi 1 jam 53 menit yang ditayangkan di Bioskop pada tanggal 22 Mei 2024. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan tiga tahapan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya patriarki dalam film ini tampil dalam dua bentuk utama: patriarki privat dan patriarki publik. Patriarki privat tercermin dalam dominasi laki-laki dalam ranah domestik, terutama melalui relasi kuasa dalam keluarga dan hubungan personal. Adapun patriarki publik ditampilkan dalam ruang-ruang sosial seperti institusi pendidikan, agama, dan politik, perempuan mengalami subordinasi dan marginalisasi secara sistematis. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya pemanfaatan film sebagai media literasi kritis dalam pembelajaran sastra di sekolah, sekaligus sebagai alat refleksi sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ketimpangan gender yang masih berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Copyrights © 2025