Penelitian ini menganalisis Digital Multicultural Literacy sebagai kompetensi penting yang harus dimiliki guru di era media sosial poliarah, di mana informasi bergerak secara cepat, tidak linier, dan berasal dari banyak arah. Dengan menggunakan pendekatan studi kepustakaan, artikel ini mengkaji landasan teori, tantangan guru, serta strategi pedagogis yang dapat diterapkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kurasi algoritmik, ruang gema (echo chambers), serta pertukaran konten lintas budaya dapat menjadi peluang sekaligus risiko bagi pendidikan multikultural. Guru menghadapi tantangan terkait keterampilan pedagogi digital, moderasi konflik, keterbatasan sarana, serta beban emosional dalam mengelola interaksi daring siswa. Artikel ini menyimpulkan bahwa penguatan pedagogi kritis digital, penerapan digital storytelling bernuansa multikultural, dan pengembangan pelatihan guru berkelanjutan sangat penting dalam membangun literasi multikultural digital di sekolah Indonesia.
Copyrights © 2025