ABSTRAK
Berdasarkan catatan Komnas Perlindungan Anak Indonesia di tahun 2013, KPAI menerima 3.339 kasus pelanggaran terhadap anak. Jumlah ini meningkat menjadi 4.965 kasus di tahun 2014, dimana pelaku bullying meningkat menjadi 26%. Plan International dan International Center Reasearch on Women (2015) menunjukan bahwa terdapat 84% anak yang mengalami kekerasan di sekolah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil studi ahli intervensi bullying, sebanyak 10-60% siswa di Indonesia melaporkan telah mendapatkan perilaku bullying sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu. Seseorang yang mendapatkan perilaku negatif dan menjadi terpuruk, ada sebagian dari diri seseorang yang mampu bangkit dan pulih kembali dari keadaan terpuruknya yang dikenal dengan istilah resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi remaja dalam menghadapi perilaku bullying di SMP 1 PGRI Jatinangor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel 123 orang kelas VII dan VIII yang diambil dengan menggunakan teknik probability sampling. Penelitian menggunakan instrumen 25-Item Resilience Scale yang disusun oleh Wagnild dan Young dengan nilai validitas .369 sampai .778 dengan nilai reliabilitas 0.943. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dari responden yaitu 90 orang (73%) memiliki nilai resiliensi yang rendah dalam menghadapi perilaku bullying. Sebagian kecil dari responden (26%) yaitu 32 orang yang memiliki nilai resiliensi sedang dan sangat sedikit dari responden 1 siswa (1%) yang memiliki nilai resiliensi tinggi. Simpulan dari penenlitian ini ialah resiliensi rendah perlu diperhatikan dalam perkembangan remaja. Dalam meningkatkan resiliensi perlunya dukungan dari faktor protektif dalam meningkatkan resiliensi. Karena dorongan positif dari faktor protektif merupakan salah satu faktor eksternal maupun internal dalam meningkatkan resiliensi.
Kata kunci : Bullying, korban bullying, Resiliensi remaja
Copyrights © 2018