Abstract : The incidence of helminth infection in Indonesia spread across rural and urban areas with the percentage of 45-60% of the 220 million population. The percentage incidence higher in areas with poor sanitation, i.e. 80%. As much as 21% helminth infectionâs sufferer was elementary school age children. This research aimed to analyze the factors that influence the incidence of helminth infection in elementary school children. Research conducted in 3 Elementary Schools: SD PL Servatius Gunung Brintik, SD and SD Kanisius Pekunden, and SD Theresiana 02. The sample in this study was 104 elementary school children. The analysis used in this study was path analysis using STATA program assistance 13. The value of AIC = 229.3937 and BIC = 250.5488 so the path analysis model presented could be analyzed. The results showed that there was a positive relationship between perceived of susceptibility with the perceived seriousness (b = 0.33; CI 95% = 0.20 sd 0.47; p = < 0.001). There was a positive association between perceived seriousness with environmental sanitation ((b = 4.4; CI 95% = 2.10 sd 6.76; p < 0.001). There was a positive association between perceived susceptibility with environmental sanitation (b = 3.8; CI 95% = 1.13 sd 6.43; p =  0.005). There was a negative association between environmental sanitation with helminth infection. Conclusion: there was an indirect association between the perceived seriousness and perceived susceptibility with helminth infection. There was a direct relationship between environmental sanitation and helminth infection.Keyword : Environmental sanitation, helminth infection, perceived seriousness, perceived susceptibility.  Abstrak : Kejadian kecacingan di Indonesia tersebar di wilayah pedesaan dan perkotaan dengan presentase sebesar 45-60 % dari 220 juta penduduk. Persentase kejadian kecacingan lebih tinggi pada daerah dengan sanitasi buruk, yaitu 80%. Sebanyak 21% penderita kecacingan adalah anak usia sekolah dasar (SD). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kecacingan pada anak sekolah dasar. Penelitian dilakukan di 3 SD: SD PL Servatius Gunung Brintik, SD Kanisius Pekunden dan SD Theresiana 02. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 104 anak sekolah dasar. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur dengan menggunakan bantuan program STATA 13. Nilai AIC = 229.3937 dan BIC = 250.5488 sehingga model analisis jalur yang diajukan dapat dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi kerentanan dengan persepsi keseriusan (b = 0.33; CI 95% = 0.20 sd 0.47; p = < 0.001). Terdapat hubungan positif antara persepsi keseriusan dan sanitasi lingkungan (b = 4.4; CI 95% = 2.10 sd 6.76; p < 0.001). Terdapat hubungan positif antara persepsi kerentanan dengan sanitasi lingkungan (b = 3.8; CI 95% = 1.13 sd 6.43; p =  0.005). Terdapat hubungan negatif antara sanitasi lingkungan dengan kejadian kecacingan (b = -2; CI 95% = -3.52 sd -0.42; p = 0.013). Kesimpulan: terdapat hubungan tidak langsung antara persepsi keseriusan dan persepsi kerentanan dengan kejadian kecacingan. Terdapat hubungan langsung antara sanitasi lingkungan dan kejadian kecacingan.Kata kunci:  Sanitasi lingkungan, kecacingan, persepsi keseriusan, persepsi kerentanan
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2018