Terumbu karang Indonesia memiliki ancaman kerusakan tertinggi di dunia. Upaya-upaya konservasi membutuhan data dan informasi ilmiah yang akurat. Kegiatan non ekstraktif seperti wisata bahari memberikan pengaruh terhadap kondisi terumbu karang, wisatawan yang menikmati keindahan alam bawah laut melalui diving ataupun snorkeling dapat mempengaruhi perubahan kondisi ekosistem terumbu karang. Oleh sebab itu, tersedianya data spasial proses-proses lingkungan dan gangguan antropogenik perlu dipahami dengan baik. Pengamatan menggunakan protokol pemantauan terumbu karang untuk menilai kawasan konservasi perairan, yang dilakukan dari 15 Maret hingga 19 Maret 2016. Pengamatan ini dilakukan pada terumbu di sebelah barat - selatan dari Pulau Maratua disesuaikan dengan kondisi perairan. Terdapat 9 (sembilan) lokasi pengamatan yang mewakili lokasi penyelaman wisata dan lokasi yang tidak digunakan untuk penyelaman wisata. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan wisata terhadap kondisi terumbu karang di Pulau Maratua, berdasarkan persentase penutupan karang hidup, kelimpahan ikan karang dan avertebrata bentik yang menjadi asosiasi terumbu karang. Hasil pengamatan persen penutupan karang hidup dilokasi penyelaman rata-rata mencapai nilai 48 % (sedang) dan pada lokasi bukan penyelaman mencapai nilai 43% (sedang). Jenis ikan karang yang paling banyak ditemukan di lokasi pengamatan adalah jenis Pterocaesio diagramma, Caesio cuning dan Cirrhilabrus cyanopleura sedangkan Didemnum molle merupakan Tunicata yang sangat mendominasi di lokasi. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa lokasi penyelaman dengan bukan lokasi penyelaman tidak berbeda nyata (analisis ANOVA single factor, Ftabel= 1,36; Fhitung= 4,28; P<0,05). Artinya bahwa kegiatan wisata bahari yang sedang terjadi di Pulau Maratua tidak berpengaruh terhadap kondisi terumbu karang.
Copyrights © 2019