Jurnal Jamu Indonesia
Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Jamu Indonesia

Pengaruh Pola Tanam Tumpang Sari terhadap Produktivitas Rimpang dan Kadar Senyawa Aktif Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Poppy F. Arifin (SOHO Centre of Excellence in Herbal Research (SCEHR), SOHO Global Health)
Lucky Lia Faiza (SOHO Centre of Excellence in Herbal Research (SCEHR), SOHO Global Health)
Waras Nurcholis (Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor)
Taufik Ridwan (Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor)
Irmanida Batubara (Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor)
Raphael Aswin Susilowidodo (SOHO Centre of Excellence in Herbal Research (SCEHR), SOHO Global Health)
Rosalina Wisastra (SOHO Centre of Excellence in Herbal Research (SCEHR), SOHO Global Health)



Article Info

Publish Date
31 Jul 2017

Abstract

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb. Synm. Curcuma javanica) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang memiliki khasiat multifungsi. Namun jangka waktu panen temulawak yang cukup lama (sekitar 9-12 bulan) menyebabkan para petani enggan menanam tanaman temulawak. Untuk itu pengembangan metode penanaman perlu dilakukan agar menguntungkan secara ekonomis bagi petani, salah satu metode yang dapat digunakan adalah tumpang sari. Tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari metode tumpang sari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, penggunaan cahaya, air serta unsur hara yang lebih efektif, mengurangi resiko kegagalan panen, dan menekan pertumbuhan gulma. Penelitian temulawak dilakukan dengan menggunakan rancangan petak-petak terbagi (split plot design). Rancangan acak kelompok (RAK) dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan variabel jarak tanam, jumlah tunas, dan waktu panen. Parameter agronomi yang diamati adalah bobot rimpang basah dan kering yang mengindikasikan produktivitas per tanaman dan jumlah per bagian rimpang. Kandungan bioaktif xanthorrhizol dan kurkuminoid pada temulawak ditentukan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil pengukuran kurkuminoid dan xanthorrhizol pada temulawak menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar kedua metabolit sekunder dari penanaman dengan dan tanpa tumpang sari. Dapat disimpulkan bahwa metode penanaman tumpang sari dapat tidak mempengaruhi kadar metabolit sekunder dari temulawak sebagai tanaman utama, sehingga dapat menjadi pilihan metode pertanian untuk meningkatkan manfaat ekonomi para petani temulawak.

Copyrights © 2017






Journal Info

Abbrev

JJI

Publisher

Subject

Agriculture, Biological Sciences & Forestry Other

Description

Jurnal Jamu Indonesia (JJI) didedikasikan untuk pertukaran informasi dan pemahaman keilmuan yang meluas mengenai pengembangan dunia jamu melalui penerbitan makalah-makalah Ilmiah. Tema makalah ilmiah yang menjadi lingkup JJI meliputi tema riset jamu dari hulu kehilir yang tidak terbatas pada riset ...