cover
Contact Name
Surya Farid Sathotho
Contact Email
suryafarid@isi.ac.id
Phone
+6282228334645
Journal Mail Official
dtreview@isi.ac.id
Editorial Address
Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang
ISSN : 25025880     EISSN : 26866027     DOI : https://doi.org/10.24821/dtr.v4i2
Core Subject : Humanities, Art,
Dance & Theater Review (DTR) is a journal published in May and November, hosted by the Faculty of Performing Arts of Institut Seni Indonesia Yogyakarta. It is firstly published in May 2018. Journal of DTR contains any results of research and creation of dance, theatre, and wayang as well as performing arts education.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1: May 2022" : 5 Documents clear
Pengelolaan Pementasan Wayang Kulit Ki Eko Kondho Prisdianto di Tulung Agung Jawa Timur Fatoni Purwitoaji; I Wayan Dana
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang Vol 5, No 1: May 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (909.464 KB) | DOI: 10.24821/dtr.v5i1.7660

Abstract

 Wayang kulit merupakan salah satu bentuk tradisi atau kebudayaan lisan yang cukup memiliki tempat di hati masyarakat Jawa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang. Ki Eko Kondho Prisdianto merupakan dalang asli dari Jawa Timur lebih tepatnya dari Kabupaten Tulungagung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan menggunakan teori manajemen yang terdiri dari fungsi manajemen, prinsip-prinsip manajemen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu, wawancara, observasi, dan pemanfaatan dokumen yang ada. Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana praktik manajemen dalam pementasan wayang kulit dengan landasan teori manajemen. Pada hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Ki Eko Kondho Prisdianto telah menerapkan beberapa praktik manajemen sederhana, seperti fungsi manajemen, prinsip manajemen, yang dilaksanakan dengan baik. Beberapa temuan kasus di lapangan memang belum sesuai dengan teori manajemen. Hal ini didasari dengan latar belakang Ki Eko Kondho Prisdianto yang bukan seorang akademisi melainkan belajar secara tradisional.Kata kunci: Pementasan Wayang Kulit, Ki Eko Kondho Prisdianto, Tulungagung, Manajemen.AbstractWayang kulit is a form of tradition or oral culture that has quite a place in the hearts of Javenese people in particular and is played by a puppeteer. Ki Eko Kondho Prisdianto, an original puppeteer from East Java, more precisely Tulungagung regency, has a fairly high popularity in the community, especially in East Java. The method used in this research is descriptive qualitative using management theory which consists of management functions. Management principles, and management fields. Data collection techniques were carried out by three methods, namely, interviews, observation, and the use of existing documents. This study describes how management practices in wayang kulit performances are based on management theory. The results of this study show that Ki Eko Kondho Prisdianto had implemented several existing management functions, management principles, and areas almost perfectly. Nevertheless, some of the cases in the field ar not in accordance with existing management theory. This is due to the fact that his educational background which is not necessarily academic as he got his expertise by learning traditionally.Keywords: Wayang Kulit Performances, Ki Eko Kondho Prisdianto, Tulungagung, Management  
Tepuk Tepung Tawar Sebagai Simbol Ritual Budaya Melayu Kabupaten Karimun Doni Febri Hendra
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang Vol 5, No 1: May 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (969.31 KB) | DOI: 10.24821/dtr.v5i1.7657

Abstract

Penelitian ini menjelaskan tentang prosesi tepung tawar yang merupakan prosesi adat yang hampir dijumpai pada setiap upacara yang dilakukan oleh Masyarakat Melayu dimana terdapat makna dan simbol Islam di dalamnya. Data yang diperoleh dengan teknik pengumpulan data secara langsung melalui observasi kelapangan merupakan penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini guna memperoleh keabsahan dari sumber. Hasil penelitian ini adalah ritual Tepung Tawar dalam Upacara pernikahan masyarakat Melayu Karimun. Tujuan penelitian ini antara lain; menjelaskan keberadaan tradisi tepung tawar dalam pernikahan Melayu Karimun; mengetahui fungsi tepung tawar dalam pernikahan melayu; proses dan tata cara tepung tawar dalam pernikahan melayu. Memiliki fungsi sebagai doa dan juga tolak bala. Pelaksanaan tepung tawar dalam perkawinan Melayu Karimun sangat penting dan juga digunakan dalam upacara tradisi melayu lainnya.Kata kunci : Ritual ,Tepung Tawar, tolak bala, Pernikahan Melayu AbstractThis study describes the procession of plain flour which is a traditional procession that is almost found in every ceremony carried out by the Malay community where there are Islamic meanings and symbols in it. The data obtained by data collection techniques directly through field observation is a qualitative descriptive study in this study in order to obtain the validity of the source. The result of this research is the Tepung Tawar ritual in the marriage ceremony of the Karimun Malay community. The objectives of this research include; explaining the existence of the tradition of white flour in Karimun's Malay marriage; knowing the function of plain flour in Malay marriage; process and procedures for plain flour in Malay marriage. Has a function as a prayer and also rejects reinforcements. The implementation of plain flour in the Malay Karimun marriage is very important and is also used in other Malay traditional ceremonies.Keywords: Ritual, Plain Flour, Reject reinforcements, Malay Wedding
Barentak Function In Barumpe Mayang Ceremony In Dayak Simpakng Tribe Rina Martiara; Budi Astuti; Ranty Muwa Pratama
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang Vol 5, No 1: May 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1251.809 KB) | DOI: 10.24821/dtr.v5i1.7658

Abstract

Barentak dance is a dance by Boren (shaman) at Barumpe Mayang ritual ceremony in Dayak Simpakng tribe.    Barentak is a foot-centered movement, which is a foot beat that follows the sound of accompaniment music and rayah (singing) sung by Pabayu. At the time of Barentak, Boretn was in a trance state to communicate with Duata or God, the spirits of ancestors to be present in Barumpe Mayang.Barentak is the centerpiece of the  Barumpe Mayang.  Barentak  dance  can not be separated in the running of the ritual. Barumpe Mayang  is an ordination ceremony (level increase) performed by a  Form to clean his body (mansiakng daging) by using pinang flowers (mayang). With this ordination it is expected that a  Boretn  will pass through renewal, be cleansed from disease, kept away from danger, given good luck, and given back strength (spiritual power).To solve research problems, structural functionalism theory is an anthropological perspective of Brown. This theory explores society as a social system, wherein the concept there is a concept of conditions of existence.   The condition of existence is used as a process to achieve existence (something), which involves existence other than human beings to meet the needs of what is being done. If there is a missing structure and element, then there will be an imbalance, so  Barumpe Mayang and Barentak dance cannot be done.The analogy is used to see the function of Barentak in the ceremony  Barumpe Mayang. There are very supportive structures in it such as  Barentak dance, motion,  actors, accompaniment and poetry, offerings, makeup and clothing, floor patterns and so on. The structures, elements and parts are interconnected in the Barumpe Mayang ceremony,  functioning, integrating, moving and operating in the unity of the system.Keywords: Barentak, Barumpe Mayang ,  Dayak Simpakng Tribe.
Relevansi Tari Tamborin Sebagai Pelayanan Gereja Dalam Masa Pandemi Ivena Nathania
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang Vol 5, No 1: May 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (908.644 KB) | DOI: 10.24821/dtr.v5i1.7659

Abstract

 Penelitian ini merupakan kajian sosiologi Talcott Parson tentang teori Skema AGIL yaitu Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency yang digunakan untuk menganalisis tari Tamborin sebagai tatanan peribadatan gereja yang relevan dengan masa pandemi. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi relevansi Tari Tamborin dalam masa pandemi ini sesuai dengan Skema AGIL menurut teori Talcott Parson, untuk itu dibutuhkan analisis yang mendalam menggunakan metodologi kualitatif, sehingga mendapatkan hasil berupa : (1) Tari Tamborin harus beradaptasi selama masa pandemi agar tercapai tujuan peribadatan (2) Integrasi Tari Tamborin tidak dapat dilakukan sendiri tanpa adanya kerja sama dari tatanan ibadah lainnya sehingga tercapai tujuan yaitu hanya berpusat kepada Tuhan (3) Menjadi sebuah kesempatan untuk dapat menyebarkan Injil ke seluruh dunia dengan adanya media digital yang digunakan sekarang. Kata kunci: Tari Tamborin, Skema AGIL, Talcott Parson   AbstractThis research is a sociological study of Talcott Person on the theory of the AGIL Scheme, namely Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency which is used to analyze the Tamborin dance as a church worship order that is relevant to the pandemic. The purpose of this study is to identify the relevance of the Tamborin Dance during this pandemic in accordance with the AGIL Scheme according to Tallcot Parson's theory, for that an in-depth analysis using qualitative methodologies is needed, so as to get the results in the form of: (1) The Tamborin Dance must adapt during the pandemic in order to achieve the goals of worship ( 2) The integration of the Tamborin Dance cannot be done alone without the cooperation of other worship arrangements so that the goal is achieved which is only centered on God (3) It becomes an opportunity to be able to spread the gospel throughout the world with the digital media used today.Keywords : Tamborin Dance, AGIL Scheme, Talcott Parson
Alih Wahana Lakon Malin Nan Kondang dalam Media Komik Edy Suisno; Novesar Jamarun; Navisha Yustitia
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang Vol 5, No 1: May 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1597.59 KB) | DOI: 10.24821/dtr.v5i1.7661

Abstract

Naskah lakon Malin Nan Kondang adalah karya drama sebagai hasil dari alih wahana folklor Sumatera Barat: Malin Kundang. Folklor Malin Kundang mengisahkan tentang pemuda Minangkabau bernama Malin yang sukses dalam perantauan tapi akhirnya durhaka pada ibu kandungnya. Folklor Malin Kundang tersebut dialih-wahanakan dalam karya Opera Minangkabau melalui re-interpretasi (tafsir ulang), yang berusaha menghadirkan tokoh Malin sebagai anak berbudi dan selalu berbakti pada orang tua. ‘Kedurhakaan’ dalam folklor Malin Kundang ditafsir kembali sebagai sikap kritis anak dalam menghadapi keinginan orang tua yang terkadang memaksakan kehendak, terlebih setelah pihak orang tua terimbas kesuksesan perantauan anak sebagai orang kaya baru. Secara substansial, capaian penikmat naskah lakon Malin Nan Kondang, yang telah ditampilkan dalam bentuk pertunjukan opera Minangkabau tersebut telah menjangkau kalangan seniman, mahasiswa seni, para kritikus teater dan kalangan pemerhati seni budaya tradisional. Namun, jangkauan itu masihlah dipandang belum mewakili khalayak luas. Maka dari itu, untuk memperluas target audience dalam bentuk pencapaian ke semua lapisan masyarakat, penggarapan alih media dalam bentuk komik akhirnya dirancang sebagai strategi untuk memperluas audience, terutama dalam memperluas segmen dari kalangan remaja. Pembuatan komik yang berpijak dari naskah Malin Nan Kondang tersebut juga dirancang untuk memanfaatkan teknologi online yang sangat berperan aktif dalam proses pengenalan ke semua lapisan masyarakat, terutama di kalangan remaja sebagai pengguna aktif teknologi digital. Kata kunci : Alih Wahana, Komik, Naskah Lakon Malin Nan Kondang

Page 1 of 1 | Total Record : 5