cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)" : 8 Documents clear
DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN ENDEMIK RAINBOW SELEBENSIS (Telmatherina celebensis Boulenger) DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution; Sulistiono Sulistiono; D. S. Sjafei; G. S. Haryani
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.664 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.95-104

Abstract

Rainbow selebensis (Telmatherina celebensis) adalah salah satu jenis ikan endemik di Danau Towuti. Ikan tersebut memiliki warna tubuh yang indah dan berpotensi sebagai ikan hias air tawar yang bernilai ekonomis. Dikhawatirkan akan terjadi penurunan populasi ikan tersebut di alam akibat perubahan lingkungan dan penangkapan ikan yang intensif. Penurunan kualitas lingkungan tersebut secara tidak langsung berkaitan dengan penebangan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial dan temporal ikan Rainbow Selebensis. Penelitian dilakukan di perairan Danau Towuti dari bulan Maret 2002 sampai dengan April 2003. Ikan ditangkap menggunakan jaring insang eksperimental (experimental gill net) dengan 4 ukuran mata jaring yaitu ¾, 1, 1¼, dan 1½ inci di 4 stasiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan Rainbow selebensis berdistribusi luas di perairan Danau Towuti mulai dari wilayah litoral sampai dengan ke tengah danau. Jumlah ikan yang diperoleh lebih banyak dan ukuran ikan juga lebih bervariasi di stasiun yang terdapat tanaman air (stasiun I dan IV) dibandingkan di stasiun yang tidak terdapat tanaman air (stasiun II dan III). Distribusi ikan secara spasial dipengaruhi oleh kedalaman air dan tanaman air, sedangkan secara temporal dipengaruhi oleh ketinggian muka air, oksigen terlarut, dan pH. Puncak kelimpahan ikan ini ditemukan pada bulan Nopember. Rainbow selebensis (Telmatherina celebensis) is an endemic species in Lake Towuti. This species has excellent body color, which is commercialized as ornamental fishes. Concerning will be decress fish population due to change of environment and intensive fishing. Degradation of the environmental quality indirectly related the deforestation. The aim of this research is to obtain information on spatial and temporal distribution of Rainbow Selebensis in Lake Towuti on March 2002 until April 2003. The fish was captured with experimental gill net mesh size 0.75; 1; 1.25; and 1.5 inches at four stations. The result shows that Rainbow Celebensis has wide distribution in Lake Towuti from litoral zone until the middle of lake. At station where there are aquatic plant (station I and IV), the number and size of the fish were high and various compared to station where there were aquatic plant (station II and III). Spatial distribution of Rainbow selebensis was influenced by depth of water and existence of aquatic plant, while temporal distribution was influenced by water level, dissolved oxygen, and pH. The peak season abundance of the fish was in November.
KOMUNITAS BIOTA PENEMPEL PADA TERUMBU BUATAN DI PERAIRAN PULAU GANTENG DAN PULAU RAKIT, TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT Amran Ronny Syam; Sri Turni Hartati; Krismono Krismono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1742.84 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.157-166

Abstract

Rehabilitasi perairan melalui peletakan terumbu buatan di perairan Teluk Saleh telah dilakukan sejak bulan Juli 2005 yang merupakan awal dari perbaikan perairan karang di kawasan itu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi biota penempel pada terumbu buatan dan mengamati perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Metode yang digunakan adalah pengamatan sensus visual dengan penyelaman SCUBA di sekitar terumbu buatan. Hasil analisis menunjukkan ada peningkatan jumlah jenis biota penempel selama kurun waktu 10 bulan peletakkan modul terumbu buatan. Komunitas biota penempel pada umumnya didominasi oleh kelompok alga dan other fauna. Selama kurun waktu tersebut belum menunjukkan ada perubahan (suksesi) ke arah pembentukkan hard coral. Rehabilitation of water has been done through installation of artificial reef in Saleh Bay since July 2005. The activity should represent early stade up of coral reef waters. The objective of this research is to identify bioufalling communities on the artificial reef and perceive change of then from time to time. This work used a method enhancment of visual census with diving of SCUBA around artificial reef. Results show the improvements species and abundance of bioufalling during periode of 10 month when artificial reef module was settled. The community of bioufalling was generally predominated by group of algae and other fauna. Succession of the communities during the periode of study was not yet to forming hard coral formation.
STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Sri Turni Hartati; Awwaluddin Awwaluddin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1834.17 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.105-124

Abstract

Analisis struktur komunitas makrozoobentos dilakukan terkait dengan upaya pemantauan kondisi perairan Teluk Jakarta dengan membagi perairan ini menjadi 4 wilayah, yaitu A, B, C, dan D. Zona A terletak terjauh dari daratan, kurang lebih 20 mil dan wilayah D semakin mendekat daratan dengan jarak kurang lebih 5 mil. Analisis yang dilakukan meliputi komposisi jenis, kepadatan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi, dan beberapa parameter kualitas perairan yang mendukung seperti kedalaman, suhu, kecerahan, kecepatan arus, salinitas, oksigen terlarut (DO), pH, total organik matter, dan tekstur substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makrozoobentos yang ditemukan terdiri atas 5 kelas, 42 famili dan 63 genera. Pada wilayah A ditemukan makrozoobentos dari kelas Scaphopoda, Gastropoda, Bivalva, Malacostraca, dan Polychaeta yang didominasi oleh Scaphopoda. Pada wilayah B, C, dan D ditemukan makrozoobentos dari kelas Bivalva, Scaphopoda, Gastropoda, dan Malacostraca, jenis yang mendominasi ke-3 wilayah tersebut adalah Bivalva. Kepadatan makrozoobentos berkisar antara 2,2x103 sampai dengan 3,2x105 ind.m-2. Indeks Keanekaragaman berkisar antara 0,55 sampai dengan 2,95 yang berarti keanekaragaman rendah. Indeks Keseragaman berkisar antara 0,14 sampai dengan 0,79, nilai tersebut termasuk dalam kategori rendah sampai dengan tinggi. Nilai Indeks Dominansi berkisar antara 0,17 sampai dengan 0,86 yang berarti dominansi rendah sampai dengan tinggi. Dominansi terjadi di wilayah D yaitu di stasiun D4 dengan jenis dominan Donax sp. dari kelas Bivalva. Parameter perairan Teluk Jakarta pada umumnya cukup mendukung untuk kehidupan makroozoobentos. The community structure analysis on macrozoobenthos was conducted in relation to the monitoring action of water condition on Jakarta Bay. The bay was classified into 4 zones, such as A, B, C,and D. The zone A is located approximately 20 miles from land and the zone D is nearest (5 miles) from land. The analysis comprised of species composition, abundance, diversity, homogeneity, dominance, and other parameters of water quality such as depth, temperature, tranparancy, current velocity, salinity, dissolved oxygen, pH, total organic matter, and substrate texture. The results show that there were 5 classes of macrozoobenthos, consisting of 42 families and 63 genera. There were Scaphophods, Gastrophods, Bivalvas, Malacostracans, and Polychaetas found in zone A with regard to Scaphophods domination. There were only Bivalvas, Scaphophods, Gastrophods, and Malacostracans found in zone B, C, and D with regard to Bivalvas domination. The abundance of these macrozoobenthos ranged from 2.215 to 323.100 ind.m-2. The diversity index ranged from 0.55 to 2.95 indicating low diversity. The homogeneity index ranged from 0.14 to 0.79, indicating the low to high category. The dominance index was about 0.17 to 0.86, showing the variety water condition. A species, Donax sp. (Bivalva) was most dominant in Zone D (St D4) The parameters of water qualitying Jakarta Bay might be in general to support the life of macrozoobenthos.
IDENTIFIKASI TIGA KELOMPOK IKAN BELIDA (Chitala lopis) DI SUNGAI TULANG BAWANG, KAMPAR, DAN KAPUAS DENGAN PENDEKATAN BIOMETRIK Mas Tri Djoko Sunarno
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.611 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.87-94

Abstract

Aktivitas penangkapan lebih (over fishing), penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, dan perubahan kondisi lingkungan perairan menyebabkan kelestarian ikan belida (Chitala lopis) menjadi terancam. Untuk itu, diperlukan upaya konservasi yang tepat untuk melestarikan ikan ini. Tahap awal adalah melalui penelitian morfologi. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi keragaman jenis ikan belida di Sungai Tulang Bawang (Lampung), Kampar (Riau), dan Kapuas (Kalimantan Barat) melalui variasi bentuk tubuh dan karakter morfologi pembeda. Penentuan lokasi pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling. Untuk setiap spesies pengambilan contoh per lokasi berkisar antara 10 sampai dengan 30 spesimen. Contoh ditandai (tagging) dituliskan kode spesimen dan lokasi kemudian diawetkan dengan direndam larutan alkohol 75%. Pengukuran spesimen dengan digital kaliper di sisi tubuh sebelah kiri, pada 28 karakter morfologi. Data yang diperoleh distandarisasi, disajikan dalam % SL dan % HL yang merupakan subyek principal component analysis menggunakan Statistik 6.0. Tahap ke-2, menggunakan analysis diskriminan untuk mengisolasi ke tipe spesimen tadi menjadi kelompok yang terpisah, melihat karakter morfologi dominan (factor score coefficient) akhirnya hanya 1 karakter yang paling dominan. Terdapat 3 kelompok ikan belida yang memperlihatkan penampilan morfologi yang berbeda, dari ke-3 lokasi yang diamati. Pembeda ke-3 kelompok ikan belida di 3 sungai tersebut adalah peduncle length (tinggi punguk) (% HL) dan mouth width (lebar mulut) (% SL). Over fishing activities, implementation of unfriendly environmental gears and altered aquatic environment condition have endangered the feather fish (Chitala lopis). Therefore appropriate conservation efforts will be needed and research on morphology variance can be the starting point. The objective of research is to indentify the diversity of feather fish in Tulang Bawang (Lampung), Kampar (Riau), and Kapuas (Kalimantan Barat) rivers through body shape variations and it’s main morphology characters. Sampling station were chosen based on purposive sampling. Whatever possible, the number of samples range between 10 to 30 in every station sampling. Samples were tagged with specimen code and location, and then preserve using alcohol 75%. Measurements were made manually using dial calipers correct to tenth milimetre. Measurements were made on the left side of body, 28 point to point measurements. These characters were standardized, perform in % SL and % HL subject to principal component analysis using Statistica 6.0. Futher analysis using discriminant analysis to isolate 3 type specimens, find out the dominant characters, and finally see the most dominance characters. There are 3 groups of feather fish’s that performed different morphology characters from the sampling site, where as peduncle length (% HL) and mouth width (% SL) were the dominance characters.
ESTIMASI HAMBUR BALIK DASAR PERAIRAN DAN SUMBER DAYA IKAN DEMERSAL MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK Sri Pujiyati; Wijopriono Wijopriono; Mahiswara Nahiswara; Bonar P. Pasaribu; Indra Jaya; Djisman Manurung
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.738 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.145-155

Abstract

Survei hidroakustik dilakukan pada bulan Oktober 2002 dengan menggunakan kapal penelitian Mutiara IV (115,19 GT) milik Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta. Alat hidroakustik yang digunakan adalah echosounder EY-500 dengan program pengolahan data EP-500, menu analisis expanded bottom dan bottom layer. Data yang diperoleh adalah nilai back scattering volume dari dasar perairan yang selanjutnya disebut dengan hambur balik dasar perairan, target strength dan densitas ikan demersal dilengkapi dengan data trawl untuk verifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai hambur balik dasar perairan, dan penyebaran ikan demersal secara hidroakustik. Penyebaran nilai hambur balik dasar perairan sepanjang lintasan penelitian yang diperoleh berkisar antara -38,29 sampai dengan -20,02 dB, dengan rata-rata -28,09 dB. Kisaran nilai target strength dari –51,00 sampai dengan –24,01 dB, dengan rata-rata -41,11 dB, adapun nilai densitas ikan berkisar 0,001 sampai dengan 1,640 g m-3 dengan rata-rata 0,342g m-3. Hydroacoustic survey was conducted in October 2002 by using research vessel Mutiara IV (115,19 GT) owned by Marine Fishery Research Institute, Ministry of Marine Affairs and Fisheries. The hydroacoustic apparatus used echousounder EY-500, used software EP-500 for data processing with menu for analyzing the expanded bottom and bottom layer. The obtained data were backscattering volume as sea bottom reflection, target strength and density of demersal fish. The research objectives are to analyze the sea bottom reflection and to explore demersal fish resources by hydroacoustic method. The distribution of sea bottom reflection along cruising area ranges between -38,29 to -20,02 dB, with average value of -28,09 dB. The range of target strength values is distributed between -51,00 and -24,01 dB, with and the average of target strength -41,11 dB. The density of fish ranges between 0,00 dB until 1,64 g m-3 with 0,33 g m 3 in average.
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP KETERTARIKAN GEROMBOLAN IKAN PELAGIS KECIL PADA MINI PURSE SEINE DI PERAIRAN PEMALANG JAWA TENGAH Erfind Nurdin; Mohammad Natsir; Hufiadi Hufiadi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.159 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.125-132

Abstract

Penggunaan intensitas cahaya pada unit penangkapan light fishing cenderung meningkat. Hal ini, didasari atas persepsi bahwa intensitas cahaya yang tinggi akan meningkatkan hasil tangkapan. Fenomena ini dijadikan suatu penelitian yang dilakukan selama 3 minggu pada bulan September 2004 di perairan Pemalang Jawa Tengah. Alat tangkap pukat cincin mini (mini purse seine) di pantai utara Jawa pada operasi penangkapan selain menggunakan rumpon juga mengggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Pengukuran nilai intensitas lampu dilakukan dengan meggunakan LI COR 250 quantum meter (μmol sɹ mɲ) pada jumlah lampu yang berbeda, dan digunakan pula akustik EY 500 untuk memperoleh data sebaran dan gerombolan ikan yang berada dalam pengaruh cahaya lampu. Pada deteksi awal (A) ikan cenderung mengelompok pada lahan intensitas tinggi, deteksi ke 2 (B) pengelompokkan mulai terkonsentrasi dekat kapal, deteksi ke-3 (C) pengelompokkan ikan bertambah banyak, dan deteksi ke-4 (D) kelompok ikan berada pada lahan yang sangat memungkinkan untuk ditangkap. Dari hasil penelitian diperoleh laju tangkap (catch rate) 125,7 kg per tawur. Perbedaan jumlah lampu yang sedikit tidak menunjukkan pengaruh yang terlalu besar terhadap hasil tangkapan. The influence of light intensity to the light fishing practices commonly tends to increase. Fishermen believe that with the higher intensity of light the bigger catch they have. This phenomenon stimulated us to a research that during was done three weeks on September 2004 in Pemalang West Java. Mini purse seine is conduct at north coast of Java use payaos and light artificial for fish attractive. LI COR 250 quantum metre (μmol sɹ mɲ) was used for light intencity at different lamps amount and EY 500 acoustic to obtain the data of fish school in influence of lamp light. At the first detecting (A) fish school was concentrated in high intensity area, the second detecting (B) the concentration was closer to the ship, the third detecting (C) fish school increased, and the forth detecting (D) fish school was consentrated in catchable area. The results show that the cath rate was 125.7 kg per setting. The difference of lamps amount with a small intensity did not show significant influence to the catch haul.
KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI BENIH IKAN DI BEBERAPA TIPE HABITAT SUNGAI BATANGHARI, JAMBI Syarifah Nurdawati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.672 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.71-86

Abstract

Penelitian keanekaragaman dan distribusi benih ikan di beberapa tipe habitat Sungai Batanghari, Jambi telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman benih ikan, habitat, dan distribusi. Penelitian ini dilakukan di perairan daerah aliran Sungai Batanghari yang terletak di Kodya Jambi (Danau Teluk dan Danau Buluran Kenali) dan Kabupaten Batanghari (Danau Kaos, Sungai Terap, Sungai Lubuk Ruso, dan Sungai Pijoan). Penelitian dilakukan pada waktu air surut setelah banjir besar. Contoh benih ikan dikumpulkan dari hasil percobaan penangkapan dan tangkapan nelayan kemudian diidentifikasi. Larva yang belum dapat diidentifikasi dipelihara terlebih dahulu di dalamhapa, danau, dan akuarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 90 jenis benih ikan yang termasuk ke dalam 44 genus, 18 famili, 5 sub ordo dari Ordo Perciformes (Percoidei, Gobioidei, Anabantoidei, Channoidei, dan Mastacembeloidei) dan 6 ordo (Osteoglosiformes, Cypriniformes, Siluriformes, Perciformes Cyprinodontiformes, dan Tetraodontiformes). Famili Cyprinidae mendominasi jenis yang ditemukan yaitu 40 jenis, diikuti oleh Famili Bagridae 15 jenis. Padawaktu air banjir kualitas air di lokasi penelitian menunjukkan kondisi yang baik untuk kehidupan benih ikan dan pada saat air surut setelah banjir kualitas air menurun. Habitat benih ikan di lokasi pengamatanmerupakan habitat sementara dan setelah kualitas airmenurun benih-benih ikan melakukan ruaya menuju ke sungai utama dan seterusnya beruaya ke bagian hulu sungai. Study on biodiversity and distribution of fish fry in some type of habitats of Batanghari River basin, Jambi was conducted to observe the kind of fish species, habitat, and the distribution. Location of the experiment were Batanghari River in Kodya Jambi (Teluk Lake and Buluran Kenali Lake and Kabupaten Batanghari (Terap River, Lubuk Ruso River, and Pijoan River).The study used survey method for every lowest fluktuation water. Larva and seeds fish were collected from fishermen and identified. For larvae were collected and held in aquaria or in hapas in lake before identified. The results show that 90 species seed fish were collected, there are 44 genus, 18 familiy, 5 sub ordo from Ordo Perciformes (Percoidei, Gobioidei, Anabantoidei, Channoidei, dan Mastacembeloidei) and 6 Ordo (Osteoglosiformes, Cypriniformes, Siluriformes, Perciformes Cyprinodontiformes, dan Tetraodontiformes), about 40 species dominated by Cyprinidae. Water quality in location was good for hight water fluctuation and bad for lowest water fluctuation. Four habitats of seed fish were not permanent habitat and in bad condition water quality, seed fish were migrating out of the floodplain and leaved for up stream of Batanghari River.
KARAKTERISTIK PERIKANAN JARING CUMI DI UTARA JAWA Hufiadi Hufiadi; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1977.489 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.2.2007.133-144

Abstract

Saat ini, perikanan jaring cumi khusus di Pulau Jawa berkembang pesat, keberadaannya dapat dijumpai terutama di Pelabuhan Perikanan Jakarta (Muara Baru dan Muara Angke), Indramayu, dan Juwana. Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian jaring nus (jaring cumi) di Juwana pada bulan Oktober 2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dasar secara deskriptif mengenai karakteristik perikanan jaring cumi di perairan Laut Jawa meliputi intensitas cahaya lampu, alat tangkap, dan armada, aktivitas penangkapan, komposisi hasil tangkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapal jaring cumi yang berbasis di Juwana diperoleh kisaran panjang 14,30 sampai dengan 19,10 m; lebar 4,35 sampai dengan 6,60 m; dalam 2,0 sampai dengan 2,5 m. Nelayan jaring cumi Juwana beroperasi di perairan utara Jawa pada posisi 03 04° LS dan 110–114° BT. Dari hasil tangkapan jaring cumi didominasi oleh ikan siro (Ambygaster sirm) mencapai (83,58%). Dari ke-3 titik pengukuran intensitas cahaya (pusat, tengah, dan haluan kapal), diperoleh variasi nilai pemudaran cahaya 0,1028 sampai dengan 0,2566 μmol s-1 m-2 per m.Based on the of used lighting of lamp, stick held dipnet is belong to the light fishing classification. The stick held dipnet fisheries especially in Java grow rapidly, its existence can be met in Jakarta fishery port (Nizam Zahman and Muara Angke), Indramayu, and Juwana. This paper is based on the results of studies and observer on stick held dipnet boat in Juwana at October 2004. The stick held dipnet research was conducted to know of fishing gear, light illumination intensity, fishing activities, catch composition, and body length of dominated catch. The stick held dipnet boats based in Juwana has dimention with range i.e. Length (L) 14,30 to 19,10 m; Broad (B) 4,35 to 6,60 m; Depth (D) 2,0 to 2,5 m. The stick held dipnet Java waters fishing ground was S 03-04° and E 110-114° positions. From the catch of stick held dipnet are dominated by Ambygaster Sirm (83,58%). From third point of measurement of light intensity (center, middle, and ship lower) on boat, it was found the variation of dull light illumination ranging from 0,1028 to 0,2566 μ mole of s- 1 m-2 per m. 

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2007 2007


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue