cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)" : 9 Documents clear
INVENTARISASI JENIS DAN STRUKTUR EKOLOGI ZOOPLANKTON DI SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR, SUMATERA SELATAN Eko Prianto; Husnah Husnah; Siti Nurul Aida
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.729 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.263-271

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di Sungai Musi bagian hilir telah dilakukan pada bulan Mei, September, dan Januari 2007. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei pada 9 lokasi. Pemilihan lokasi pengambilan contoh dengan menggunakan purposive sampling didasarkan pada mikrohabitat. Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan ember 10 l dan total volume yang disaring dengan plankton net 150 l. Parameter yang diukur meliputi kelimpahan, komposisi jenis, keragaman, keseragaman, dan indeks dominasi zooplankton. Hasil analisis jumlah spesies zooplankton yang tertinggi dijumpai pada bulan September dan terendah pada bulan Mei. Indeks keragaman dan kelimpahan zooplankton pada Mei 2006 dan Januari 2007 berkisar antara 0 sampai dengan 2,2 dan 0,8 sampai dengan 21x103 ind.m-3. Indeks keseragaman bervariasi. Nilai yang tertinggi diperoleh pada bulan Januari (0,8 sampai dengan 1), sedangkan bulan Mei dan September 2006. Pada September dan Mei lebih bervariasi dengan kisaran nilai masing-masing 0,6 sampai dengan 1 dan 0,6 sampai dengan 0,9. Selanjutnya untuk dominasi jenis, terdapat 2 stasiun yaitu Sebokor (bulan Mei) dan Selat Cemara (bulan September), yang didominasi 1 jenis zooplankton. Research with aiming to know the community structure of zooplankton at the down stream of Musi Rivers was conducted in May and September 2006, and January 2007. The work was done with field survey method at nine sampling sites, that were set up by using purposive sampling method based on the difference an microhabitat. Samples for zooplankton were collected by using 10 l bucket to sample a total of 150 l of water, and the total volume of wals filtered by using plankton net. Parameters measured include the abundance, spesies composition, diversity, similarity, and dominance index of zooplankton. Results show that the highest number of zooplankton species was found in September while the lowest one was recorded in May. The diversity index and abundance zooplankton in May 2006 and January 2007 were between 0 until 2.2, and 0.8 until 21x103 ind.m-3, respectively. The similarity index varied. The highest value was recorded in january (0.8 until 1) while in may and september 2006 were 0.6 until 1 and 0.6 until 0.9, respectively. Zooplankton was dominanted sebokor and cemara sampling sites.
STRATEGI REPRODUKSI IKAN TERBANG (EXOCOETIDAE) DAN KAITANNYA DENGAN FAKTOR OSEANOGRAFI DI PERAIRAN INDONESIA Augy Syahailatua; Syamsu Alam Ali; Petrus Makatipu
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.185 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.303-311

Abstract

Ikan terbang (Excoetidae) memiliki strategi reproduksi yang diduga terkait dengan kondisi lingkungan perairan laut, seperti suhu, salinitas, angin, curah hujan, dan radiasi matahari. Penelitian dilakukan untuk 3 jenis ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus, Cheilopogon cyanopterus, dan C. Spilopterus) selama tahun 2004 sampai dengan 2007 di perairan Indonesia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ikan terbang (Excoetidae) memiliki peluang untuk memijah sepanjang tahun, dengan puncak pemijahan agak berbeda antar jenis maupun lokasi. Ada indikasi bahwa kecenderungan strategi pencapaian puncak pemijahan ikan terbang (Excoetidae) sangat dipengaruhi kondisi oseanografi, terutama suhu dan salinitas. Peristiwa upwelling yang secara periodik berlangsung selama musim timur (bulan Juni sampai dengan Agustus) di Laut Flores dan selatan Jawa diperkirakan sebagai faktor pemicu proses pemijahan ikan terbang (Excoetidae), sedangkan pola arus north equatorial di Laut Sulawesi sebagai faktor oseanografi yang mempengaruhi siklus reproduksi ikan terbang (Excoetidae). Pembuktian yang otentik lewat penelitian yang lebih komprehensif sangat diperlukan untuk mengungkapkan hal ini. Informasi ini akan sangat berguna untuk menyusun konsep kebijakan pengelolaan perikanan ikan terbang (Excoetidae) di Indonesia.  Reproductive strategy of flyingfish (Exocoetidae) relate to like temperature, salinity, wind, rainfall, and solar radiation. Three species of flyingfish (Hirundichthys oxycephalus, Cheilopogon cyanopterus, and C. Spilopterus) had been observed from 2004 to 2007. The results show that those fishes spawn throughout a year, with the spawning peak differed slightly among species and locations. However, seemingly the spawning peaks associated to the oceanographic conditions, especially temperature and salinity. Reproductive strategic of flyingfish would be generated by decreased temperature. In Flores sea and south of Java, upwelling occurs during the southeast monsoon (June until August), and this event creates low temperature. Whereas in Sulawesi Sea, the decrease of sea surface temperature occurs due to the north equatorial current. A valid evidence from comprehensive study is required to proof the phenomena. This information is valuable to develop a management plan for flyingfish fishery in Indonesia.
ASPEK BIOLOGI IKAN LIDAH (Achiroides leuchorhinchos) DAN SEBARAN DI SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN Eti Nurhayati; Eko Prianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.337 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.273-277

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Sungai Musi, Sumatera Selatan pada tahun 2007 untuk mempelajari biologi ikan lidah (Achiroides leuchorhinchos) yang meliputi distribusi ukuran, bobot tubuh, kebiasaan makan, fekunditas, serta sebaran di Sungai Musi. Contoh ikan diperoleh dengan alat jaring, jala, dan stroom eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan lidah (Achiroides leuchorhinchos) terdapat di Sungai Musi bagian hulu sampai dengan hilir. Ikan ini memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif (b=2.894) dengan ikan terbanyak pada kisaran panjang 41 sampai dengan 48 mm dan 0,5 sampai dengan 1 g. Ikan lidah (Achiroides leuchorhinchos) termasuk ikan karnifora dengan makanan utama kepiting dan makanan pelengkap ikan. Pola pemijahan adalah total spawner dengan fekunditas sekitar 2x103 butir telur berukuran rata-rata 0,06 mm. Musim pemijahan ikan lidah (Achiroides leuchorhinchos) diperkirakan terjadi pada bulan Juli (musim kemarau). Research was done in Musi River, South Sumatera in 2007 to study the biology of tongue fish (Achiroides leuchorhinchos) covering distribution of size measure, body wight, food habit, fecundity, and distribution in Musi River. Fish samples were collected by using net and electric fishing. The result shows that tongue fish (Achiroides leuchorhinchos) was found in upstream until downstream. This fish has negative growth allometric pattern (b=2,894). Tongue fish is carnivore with the espesial food crab and fish as complement food. Its fecunditity pattern is total spawner with number of eggs of about 2x103 eggs, size of eggs of 0.06 mm. The spawning season of tongue fish might occur on July (dry season).
STATUS PERIKANAN HUHATE (POLE AND LINE) DI BITUNG, SULAWESI UTARA Budi Nugraha; Enjah Rahmat
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.773 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.313-320

Abstract

Tulisan ini menyajikan tentang status perikanan huhate di Bitung meliputi deskripsi unit penangkapan, daerah penangkapan, komposisi hasil tangkapan, catch per unit of effort, dan ukuran ikan pertama kali tertangkap. Data dikumpulkan selama tahun 2004 sampai dengan 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa huhate yang terdapat di Bitung dioperasikan dengan kapal penangkapan yang terbuat dari kayu berukuran 50 sampai dengan 80 GT. Daerah penangkapan di sekitar lokasi rumpon di Laut Sulawesi dan Laut Maluku. Hasil tangkapan yang diperoleh terdiri atas cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus albacares), baby tuna (Thunnus spp.), dan tongkol (Auxis spp.) serta hasil tangkapan sampingan yaitu lemadang (Coryphaena hippurus) dan sunglir (Elagatis bipinnulatus). Hasil analisis catch per unit of effort diperoleh bahwa nilai catch per unit of effort baby tuna (Thunnus spp.) mengalami kenaikan pada bulan Agustus 2004, dan cakalang (Katsuwonus pelamis) mengalami kenaikan pada bulan September 2004. Hasil analisis terhadap ukuran pertama kali cakalang (Katsuwonus pelamis) tertangkap oleh huhate 49,3 FLcm. Ukuran ini lebih panjang dibandingkan ukuran pertama kali cakalang (Katsuwonus pelamis) matang gonad. Sedangkan hasil analisis terhadap ukuran pertama kali madidihang (Thunnus albacares) tertangkap oleh huhate 51,6 FLcm. Ukuran ini lebih pendek dibandingkan ukuran pertama kali madidihang (Thunnus albacares) matang gonad. This paper presents the status of pole and line fishery in Bitung of North Sulawesi, consisting of description of fishing gear, fishing ground, catch composition, catch per unit of effort, and length at first capture. Data were collected during the period of 2004 until 2005. Results show that the pole and line in Bitung operated by wooden vessels of 50 until 80 GT. The fishing grounds were the waters around FADs location in Sulawesi Sea and Maluku Sea. Catch composition consists of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), yellow fin tuna (Thunnus albacares), baby tuna (Thunnus spp.), and frigate tuna (Auxis spp.), while the bycatch consisted of dolphinfish (Coryphaena hippurus) and rainbow runner (Elagatis bipinnulatus). Catch per unit of effort analysis shows that catch per unit of effort value of baby tuna (Thunnus spp.) increased on August 2004, whereas catch per unit of effort value of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) increased on September 2004. The length at first capture of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) was 49,3 FLcm. The catch size was bigger than the length at first maturity for skipjack tuna (Katsuwonus pelamis). The length at first capture of yellowfin tuna (Thunnus albacares) was 51,6 FLcm. This catch size was smaller than the length at first maturity for yellowfin tuna (Thunnus albacares).
KUALITAS AIR BAGI KEHIDUPAN ORGANISME BAGIAN TENGAH DAN HILIR SUNGAI MUSI BERDASARKAN PADA SUMBER POLUTAN Siswanta Kaban; Husnah Husnah; Siti Nurul Aida
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2433.768 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.253-261

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air Sungai Musi tahun 2007 sampai dengan 2008 di bagian tengah dan hilir berdasarkan pada sumber polutan. Empat belas stasiun pengambilan contoh ditetapkan sebagai sumber polutan seperti industri maupun pemukiman penduduk, dan referensi yang jauh dari industri maupun pemukiman yang digunakan sebagai pembanding. Pada setiap stasiun, pengambilan contoh dilakukan 3 kali waktu pengambilan, yaitu bulan April, Juni, dan Januari yang dapat mewakili 3 musim yang berbeda pada tahun tersebut. Beberapa parameter diukur in situ sementara beberapa lain dianalisis di laboratorium dengan standar methods (AWWAWEF, 2005). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa industri yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit dan karet cenderung menurunkan kualitas perairan di Sungai Musi. Kandungan logam berat dalam sedimen di Sungai Musi relatif rendah dengan kandungan Cr+6 dan Pb yang tertinggi masing-masing 13,481 dan 1,747 μg per g. Curah hujan cenderung menurunkan beberapa parameter fisika dan kimia kualitas perairan. Potensi pencemaran cenderung ditemukan di bagian hilir Sungai Musi, karena sebaran industri dan intensitas pemanfaatan perairan cukup tinggi di bagian sungai tersebut. Study in order to know distribution of pollution source and its effect on water quality of the middle and down stream of Musi River was conducted in April and June 2007 and January 2008. Fourteen sampling sites were selected based on the pollution source and the minimal degradation site (reference sites). Parameters observed were pollution source distribution and water and sediment parameters such as physical and chemical parameters. Water sample was collected at 0.5 m from water surface by using Kemmerer water sampler while sediment samples were taken by using Ekman grab. Some of the parameters were analyzed in situ while the rest were analyzed in laboratory. Results indicated that oil palm and rubber industries were mostly the pollution source in Musi River. Potential pollution source was mostly found in the middle and down stream of Musi River since most of pollution source and high water utilization found in this area. Water quality parameters except total suspended solid and biochemical oxygen demand, were still in the range that can be tolerated by the aquatic organisms. Rain fall tends to decrease water quality of the river. Concentration of heavy metal such as Chrom (Cr+6) and plumbum in the sediment were in still in low concentration with the highest concentration reaching 13.481 and 1.747 μg per g respectively.
KONTRIBUSI IKAN PARI (Elasmobranchii) PADA PERIKANAN CANTRANG DI LAUT JAWA Fahmi Fahmi; Mohammad Adrim; Dharmadi Dharmadi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.643 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.295-301

Abstract

Tinggi tingkat eksploitasi ikan hiu (Shark) dan pari (Elasmobranchii) di Indonesia telah memberikan predikat pada negara ini sebagai negara dengan total produksi ikan-ikan Elasmobranchii yang terbesar di dunia. Akan tetapi, upaya pengelolaan dan konservasi terhadap sumber daya tersebut di Indonesia belum terlaksana disebabkan minim informasi dan data yang mendukung baik biologi maupun perikanan. Penelitian hiu (Shark) dan pari (Elasmobranchii) di Indonesia yang secara intensif telah dilaksanakan sejak tahun 2001, telah berhasil menginventalisir keanekaragaman jenis ikan-ikan Elasmobranchii dari sebagian besar wilayah perairan Indonesia, dan informasi biologi untuk beberapa jenis hiu (Shark) dan pari (Elasmobranchii) yang umum dijumpai telah berhasil pula diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan pari (Elasmobranchii) merupakan kelompok ikan bertulang rawan yang umum dijumpai di perairan Laut Jawa dibandingkan kelompok ikan hiu. Ikan pari bintang (Shark), Himantura gerrardi merupakan salah satu jenis pari (Elasmobranchii) yang paling umum ditemui di seluruh wilayah perairan Indonesia dan memiliki kontribusi yang sangat besar pada total hasil tangkapan yang menggunakan jaring cantrang (danish seine net) di Laut Jawa. Berdasarkan pada hasil tersebut, jenis pari (Elasmobranchii) ini dapat dijadikan sebagai salah satu spesies indikator terhadap keberlangsungan perikanan Elasmobranchii di Indonesia bagian barat, atau Laut Jawa pada khususnya. Indonesia has been regarded as a country which has the highest production of Elasmobranchs in the world. In contrast, there are still no management and conservation actions for this group of fishes yet due to the lack of knowledge and information on Elasmobranchs in Indonesia. Study on sharks and rays have been conducted intensively since 2001 and recorded some preliminary informations about Elasmobranch diversity in this country. One of the results summarized that rays were more common group of Elasmobranchs occurred in the Java Sea. Also, Himantura gerrardi was indicated as one of the commonest rays and it gave the highest contribution of Elasmobranchs caught by the danish seine fishery operating in the Java Sea. This species can also be used as an indicator species for the sustainability of Elasmobranch fisheries in Indonesia or in the Java Sea.
PANJANG BOBOT DAN KOMPOSISI MAKANAN IKAN BUNTAL PISANG Lagocephalus lunaris (TETRAODONTIDAE) DI SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN Ni Komang Suryati; Eko Prianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.695 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.279-283

Abstract

Riset mengenai biologi ikan buntal pisang (Lagocephalus lunaris) dilakukan tahun 2007 di Sungai Musi. Tujuan riset yaitu untuk mengetahui karakteristik biologi yang meliputi distribusi panjang dan bobot ikan, hubungan panjang bobot, komposisi jenis makanan (menggunakan index of preponderance). Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara ukuran panjang dan bobot tubuh Ikan buntal pisang (Lagocephalus lunaris) menunjukkan allometrik negatif (b<3) yang berarti pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan bobot tubuh. Ikan buntal pisang (Lagocephalus lunaris) merupakan ikan karnivor yang makanan utamanya udang kecil (Crustacea). Research on biology of Lagocephalus lunaris was carried out in 2007 at Musi River. The purpose of the study is to know about biological characteristic such as distribution of length weight, relationship between length and weight, composition of the food (index of preponderance). The result shows that relationship between length and weight of Lagocephalus lunaris was negative allometrik (b<3), it means that the increase of length was faster than weight Lagocephalus lunaris was a carnivorous which the primary food is small shrimp (Crustacea).
INDEKS KEANEKARAGAMAN HAYATI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN ARAFURA Suprapto Suprapto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.32 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.321-335

Abstract

Penelitian tentang indeks keanekaragaman hayati ikan demersal telah dilakukan pada periode tahun 2001 sampai dengan 2006 menggunakan sarana kapal riset KM. Mutiara, KM. Bawal Putih I, dan KM. Mandidihang 02. Data spesies ikan demersal dikumpulkan dari hasil pengambilan contoh penangkapan menggunakan alat tangkap jaring pukat dasar dengan metode sapuan area. Pengambilan contoh dilakukan di sub lahan tepian Laut Arafura (sekitar daerah Mappi sampai dengan Dolak) dan sub lahan tengah Laut Arafura (sekitar Kepulauan Aru). Hasil analisis menunjukkan bahwa status kekayaan jenis ikan demersal sampai dengan tahun 2006 memiliki 149 spesies yang tergolong dalam 71 famili. Ikan-ikan yang cenderung memiliki jumlah individu terbanyak adalah kelompok famili ikan petek (Leiognathidae), gerot-gerot (Pomadasyidae), dan gulamah (Scianidae). Tingkat keanekaragaman jenis ikan demersal di perairan Arafura termasuk dalam kategori sedang. Kondisi komunitas bersifat labil dan cenderung mengalami penurunan. Status keanekaragaman hayati sampai dengan tahun 2006 memiliki indeks keanekaragaman jenis Shanon-Wiener (H’) berkisar 2,22 sampai dengan 2,79; indeks kekayaan jenis Margalef (R1 ) berkisar 4,84 sampai dengan 11,23; indeks keragaman Hill number (N1) berkisar 9,2 sampai dengan 16,3 dan indeks kemerataan jenis Pielou (E) berkisar 0,54 sampai dengan 0,56. Study on biodiversity indices of demersal fish was conducted in the period of 2001 until 2006 by using research vessel MV. MUTIARA, MV. BAWAL PUTIH I, and MV. MANDIDIHANG 02. Species data of demersal fish were collected from fishing samples by using bottom trawl with swept area method. Sampling location in the waters shore of Arafura Sea with sub area Mappi to Dolak and middle area of Arafura Sea (around of Aru Island). Result indicates that status of richness species of demersal fish till year 2006 of 149 species belongging to 71 families were recorded. Dominant families were Leiognathidae, Pomadasyidae, and Scianidae. From diversity analysis it also indicates that species diversity index in the Arafura Sea was at mid level. Condition of fish community was likely labile and the trend of it was decreasing. Index of biodiversity up to 2006 Shanon-Wiener (H’) was 2.22 until 2.79; species richness indices of Margalef (R1 ) were 4.84 until 1.23, diversity number Hill (N1) 9.2 until 16.3, and evenness indices of Pielou (E 1) were 0.54 until 0.56.
PARAMETER BIOMETRIK HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DI LAUT JAWA TERKAIT DENGAN KERAGAAN SELEKTIVITAS Wijopriono Wijopriono; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.75 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.285-293

Abstract

Pukat cincin merupakan alat tangkap utama perikanan pelagis di Laut Jawa dengan sasaran kelompok ikan pelagis kecil. Nelayan menggunakan mata jaring ukuran 19 mm (bagian kantong) dan 25 mm (bagian badan dan sayap). Sementara itu, pemerintah telah menetapkan ukuran mata jaring minimal 25 mm (bagian kantong) dan 51 mm (bagian sayap). Penelitian terhadap pukat cincin telah dilakukan untuk mengevaluasi selektivitas alat tangkap tersebut dan resistensi nelayan dalam menerapkan regulasi yang telah ditetapkan. Evaluasi selektivitas dilakukan melalui pendekatan karakteristik biometrik. Wawancara dilakukan untuk mengetahui masalah resistensi nelayan terhadap regulasi. Berdasarkan pada perbandingan antara hubungan fungsional parameter biometrik ikan sasaran tangkap dan bukaan mata jaring, rentang ukuran panjang ikan yang terjerat telah diestimasi. Diketahui bahwa pada ukuran mata jaring yang sama, ikan dapat terjerat pada ukuran panjang cagak (FL) yang berbeda tergantung dari morfologi. Hasil estimasi maupun aktual ikan yang terjerat menunjukkan kecenderungan yang sama, di mana rata-rata ukuran D. russelli dan S. crumenophthalmus yang terjerat lebih kecil dari D. macrosoma maupun R. kanagurta. Fakta bahwa aktual rentang ukuran ikan yang terjerat 25% lebih kecil dan 13% lebih besar dari hasil estimasi. Hal ini, membuktikan ada pengaruh faktor konstruksi jaring, khususnya hanging ratio, dan perilaku ikan terhadap, selain ukuran mata jaring yang berpengaruh terhadap selektivitas. Masalah resistensi nelayan terhadap regulasi dibahas dalam tulisan ini. Purse seine is the main fishing gear for pelagic fisheries in Java Sea with target species of small pelagic fish. The fishers applied mesh size of 19 mm at the bunt and 25 mm at the body and wing. While, the government has established to use mesh size of not less than 25 mm for the bunt and 51 mm for the wing. Research on the purse seine was done to evaluate its selectivity and to identify technical problems related to the resistence of the fishers in applying mesh regulation issued. Selectivity was evaluated using biometric characteristic approach, while the technical problems were identified through interviews. Based on the comparison of functional relationships among biometric parameters of the target species against mesh opening, the ranges of fish size enmeshed were estimated. It was found that for the same mesh size, fishes can be enmeshed at different fork length (FL) depending on their morphology. Both estimated and actual fish enmeshed showed the same tendency, where average sizes of D. russelli and S. crumenophthalmus enmeshed were smaller than those of D. macrosoma and R. kanagurta. The fact that range of actual size was 25% smaller and 13% larger than that of estimated size. This result revealed the existing of factors other than mesh size that influenced the selectivity. These factors considered as net construction, especially hanging ratio, and fish behaviour. Technical problems related to the resistence of fishers to the mesh regulation issue were discussed in this paper.

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue