cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)" : 7 Documents clear
PENGARUH ILUMINASI ATRAKTOR CAHAYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PADA BAGAN APUNG PELABUHAN RATU Regi Fiji Anggawangsa; Ignatius Tri Hargiyatno; Berbudi Wibowo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.554 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.105-111

Abstract

Atraktor cahaya sebagai alat bantu penangkapan banyak digunakan untuk mengumpulkan ikan pada alat tangkap bagan apung. Tiga macam atraktor cahaya, yaitu petromaks minyak tanah (dengan iluminasi maksimal 80 lux), petromaks gas (dengan iluminasi maksimal 60 lux), dan lampu genset (dengan iluminasi maksimal 500 lux) digunakan pada bagan apung di Palabuhanratu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan iluminasi cahaya pada ketiga macam sumber cahaya tersebut terhadap hasil tangkapan bagan apung. Metode yang digunakan adalah eksperimen penangkapan ikan dengan menggunakan tiga jenis atraktor cahaya pada bagan apung. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan iluminasi atraktor cahaya pada bagan apung berpengaruh terhadap komposisi hasil tangkapan. Hasil tangkapan bagan pada saat menggunakan atraktor cahaya petromaks minyak tanah (80 lux) didominasi oleh ikan layur (Trichiurus spp.) yang mencapai lebih dari 50%, petromaks gas (60 lux) didominasi oleh ikan layur (Trichiurus spp.) dan cumi-cumi (Loligo spp.) sedangkan untuk atraktor lampu genset (500 lux) didominasi oleh layur dan cumi-cumi. Light attractor has been used as a fishing device to gather fish schooling on lift net. There are three types of light attractors i.e. kerosene pressure lamp, gas pressure lamp and genset lamp used by Palabuhanratu’s lift net. The aim of this research is to investigate the effect of those light attractors on the lift net catches. The experimental fishing method was used. The results show that illumination produced by genset lamp was higher (500 lux) than the two other light attractors at all observation positions with maximum illumination obtained of 80 lux for kerosene pressure lamp and 60 lux for gas pressure lamp. Catch of lift net when using kerosene pressure lamp attractor (80 lux) was dominated by hairtail fish (Trichiurus spp.) that reaches more than 50%, gas kerosene lamps attractor (60 lux) was dominated by fish Layur (Trichiurus spp.) and squid (Loligo spp.) while for the attractor generator light (500 lux) was dominated either by Layur and squid.
OPTIMISASI HASIL TANGKAPAN PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN LAUT JAWA DAN SEKITARNYA Suherman Banon Atmaja; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.181 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.73-80

Abstract

Dinamika dan kompleksitas perikanan pukat cincin di Laut Jawa memerlukan kajian dari berbagai sudut pandang analisis.  Perkembangan ini memberikan peluang dilakukannya pendekatan integrasi bio-ekonomi untuk menduga tingkat hasil tangkapan, upaya penangkapan dan biomassa optimum, melalui  aplikasi model surplus produksi Schaefer dan konsep optimisasi Gordon & Schaefer.  Pandangan umum selama ini mencerminkan bahwa sebagian besar pengelolaan perikanan di berbagai perairan selalu mengacu pada pencarian tingkat upaya penangkapan tertinggi untuk menghasilkan nilai hasil ekonomi maksimum (MEY) daripada mencari tingkat upaya penangkapan optimum untuk menghasilkan tangkapan lestari maksimum (MSY). Kajian ini secara umum memberikan indikasi bahwa semakin tinggi rasio nilai biaya eksploitasi (p/c) maka tingkat tangkapan optimum lestari (OSY) akan mendekati nilai MSY.  Apabila nilai OSY atau JTB (total tangkapan yang diperbolehkan) sungguh-sungguh akan diterapkan sebagai landasan utama pengelolaan perikanan pukat cincin di Laut Jawa, maka sudah sewajarnya dilakukan penataan upaya penangkapan melalui pengurangan intensitas pemanfaatan sekitar 30%.  Selain itu, perlu dilaksanakan pengendalian teknologi terhadap peningkatan bertahap upaya penangkapan (technological creep atau effort creep) dan pembatasan investasi tambahan input lainnya.  The dynamic and existence of purse seine fisheries operated in the Java Sea need to be explored from a broader view to manage the fisheries. This situation allow to describe and discuss the integration of bio-economy to determine the level optimum of catch, fishing effort and biomass, through application of surplus production models and concepts Gordon & Schaefer. It has been generally accepted that most of fisheries management reference points rely on effort level which produces maximum economic yield (MEY) rather than at effort level produces maximum sustainable yield (MSY). Overall, the higher the ratio price/exploitation cost (p/c) then optimum sustainable yield (OSY) close to MSY.  If OSY or TAC (Total Allowable Catch) seriously applied as a baseline of fisheries management plan on purse seine fleets in the Java Sea, the on going fishing efforts should be decreased by about 30%. In addition a regular monitoring and control of technological creep or effort creep including additional investment restrictions on other inputs must be done.
PENGARUH LAMA SETTING DAN JUMLAH PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA DI LAUT BANDA setiya Triharyuni; Budi Nugraha; Umi Chodriyah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.379 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.81-88

Abstract

Rawai tuna atau tuna longline merupakan salah satu alat tangkap yang sangat efektif untuk menangkap tuna dan merupakan alat tangkap yang selektif. Kegiatan observasi di atas kapal telah dilakukan selama Oktober 2002 – Februari 2003 pada 31 kapal dan pada Oktober-November 2011 pada 1 kapal yang beroperasi di Laut Banda. Data yang dicatat selama observasi berupa data trip kapal, setting, waktu setting (mulai dan selesai), jumlah pancing yang digunakan tiap setting dan hasil tangkapan berdasarkan jenis ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan lama setting dan jumlah pancing terhadap hasil tangkapan rawai tuna di perairan Laut Banda. Waktu setting selama penelitian berkisar antara 190-345 menit sedangkan untuk pancing berkisar antara 660-1600 pancing. Data waktu untuk setting kemudian dibedakan dalam enam kelompok dan untuk jumlah pancing dibedakan dalam empat kelompok. Hasil pengelompokan data ini kemudian dilakukan analisis ragam atau analysis of variance (ANOVA). Analisis digunakan untuk mengetahui pengaruh perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama setting tidak berpengaruh nyata terhadap hook rate rawai tuna sehingga tidak berpengaruh juga terhadap hasil tangkapan. Sedangkan perbedaan jumlah pancing berpengaruh nyata terhadap nilai hook rate rawai tuna di Laut Banda. Jumlah pancing dengan nilai hook rate tinggi dan hasil tangkapan paling banyak adalah pada jumlah pancing 1201-1600 buah dengan didominasi ikan tuna mata besar. Tuna longline is an effective fishing gear to catch tuna. It is also a selective  fishing gear. Observation on the board had been conducted during October 2002 - February 2003 which 31 tuna longline vessels and October-November 2011 only 1 vessel. These vessels operated in the Banda Sea. Data of boat trips, setting, time setting (start and finish), the number of hooks used for each setting and catch were collected. The purpose of this paper is to determine differences in the setting time and the number of hooks for tuna longline catches. Range of the setting time for the study between 190-345 minutes and then divided into 6 groups. Range of hooks between 660-1600 hooks and then divided into 4 groups. Analysis of variance (ANOVA) performed to determine the effect of differences between groups. The results showed that the length of setting did not significantly affect hook rate while differences in the number of hooks are significantly affects the hook rate. The highest tuna longline hook rate and the most of the tuna longline catch on 1201-1600 hooks with begeye tuna dominated.
INTERAKSI ANTAR TRAWL DAN RAWAI DASAR PADA PERIKANAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DI LAUT TIMOR DAN ARAFURA Bambang Sadhotomo; Suprapto Suprapto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.262 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.89-95

Abstract

Informasi mengenai biologi populasi ikan kakap yang diduga merupakan stok bersama dan dimanfaatkan oleh Indonesia dan Australia masih sangat minim. Begitu pula informasi mengenai pengaruh interaksi antara alat tangkap terhadap kelangsungan reproduksi ikan kakap. Informasi-informasi tersebut diharapkan dapat menunjang pengelolaan perikanan kakap merah yang dilakukan di Laut Timor dan Arafura terutama dalam hal pengaturan alokasi upaya penangkapan dan jumlah alat tangkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh interaksi dari alat tangkap pukat ikan dan pancing dasar yang memiliki ikan target yang sama yaitu kakap merah. Penelitian ini berbasis pada data komposisi panjang ikan demersal laut dalam yang tertangkap trawl ikan dan rawai pancing dasar vertikal yang beroperasi di Laut Arafura dan Laut Timor. Estimasi parameter biologi dan populasi dilakukan untuk memenuhi masukan bagi analisis yield per recruit. Hasil analisis menunjukkan adanya interaksi antar perikanan pukat ikan dan pancing rawai dasar yang mengeksploitasi ikan demersal di perairan tersebut. Dampak perkembangan perikanan pukat ikan terhadap penurunan produksi dan yield keseluruhan perikanan tangkap terlihat sangat signifikan. Information on the biology of snapper populations which had  possibility as a shared stock utilized by Indonesia and Australia fisheries is still lack. Moreover information on the effect of interactions between fishing gears to the sustainable of the snapper resource. This information is expected to support the management of red snapper in the Timor and Arafura Sea, especially in terms of setting the allocation of effort and number of fishing gear. The objective of this study is to obtain information regarding the interaction effect from two different fishing gears i.e. trawl fishing gear and vertical bottom long line which targeted  red snapper as the main target species. The research was based on length composition data of demersal deep-sea fish caught by fishnet and vertical bottom longline operations in the Arafura Sea and Timor Sea. Estimation of the biology and population parameter was conducted to meet the input for the analysis of yield per recruit. The analysis revealed the existence of interactions between fisheries and other fishnet which exploit demersal fish in these waters. The impact of the development of fishnet to the decline of production and the total fisheries yield was very significant.
PENGARUH KECERAHAN AIR LAUT TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU BELITUNG Isa Nagib Edrus; Iwan Erik Setiawan
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1273.345 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.55-64

Abstract

Ikan karang selalu memberikan respon terhadap perubahan habitatnya, terutama ganguan yang terjadi pada terumbu karang dan kolom airnya. Penelitian ini dilakukan pada Juli 2010 di pesisir Pulau Belitung.  Tujuan penelitian adalah untuk mengindentifikasi struktur komunitas ikan karang dan hubungannya dengan kecerahan perairan. Metode pengumpulan data adalah mengunakan cara sensus visual dalam transek sabuk seluas 250 m2 dan alat secchi disk.  Hasil penelitian pada 25 lokasi transek  menunjukkan bahwa  sedikitnya terdapat 163 jenis ikan karang dari 75 genus dan 30 famili. Indeks kekayaan jenis berkisar pada nilai 2,3 sampai 9,3. Keanekaragam komunitas ikan tergolong sedang, dibawah 3,6. Kepadatan individu per meter persegi tergolong sangat jarang pada semua lokasi transek. Kecerahan perairan berkisar dari 1,5 sampai 15 meter. Peubah jumlah jenis dan indeks ekologisnya berkorelasi nyata dengan peubah kecerahan. Kecerahan di bawah 5 meter berpengaruh negatif pada keanekaragaman ikan karang. Reef fishes are always responsive to their habitat changes especially to alterations on coral reefs and body water. This study was caried out in July 2010 in the Belitung Island and adjacent waters.  The objective of this study is to identify community structures of reef fishes and their relationship with water transparency. This study used a visual census technique within area of 250 m2, while transparency was measured using a secchi disk from 25 sampling sites. The results show that at least there were 163 reef-fish species represented 75 genus and 30 families.  Richness index of fish ranged from 2.3 to 9.3.  Diversity indices of fish community were grouped in moderate level (< 3.6).  The density of fish per square meter was very rare in each transect area. Water transfarency ranged from 1.5 to 15 meter. The species numbers and their ecological indices have a significant relationship with water transparency variables. The low level of water transfarency negatively influenced to reef fish diversity. 
KAPASITAS PENANGKAPAN PANCING ULUR TUNA DI KEPULAUAN BANDA NEIRA Baihaqi Baihaqi; Hufiadi Hufiadi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.89 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.97-103

Abstract

Kapasitas penangkapan merupakan suatu pendekatan pengelolaan perikanan yang berkaitan dengan pembatasan kapasitas upaya penangkapan ikan.  Keberadaan kapasitas upaya penangkapan ditentukan oleh beberapa variabel, seperti : ukuran kapal dan mesin kapal, ukuran jaring, dan teknologi alat bantu penangkapan. Kajian pengelolaan perikanan berbasis kapasitas penangkapan merupakan alternatif pendekatan guna mengendalikan faktor-faktor input yang tidak efisien yang digunakan dalam usaha penangkapan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui tingkat efesiensi teknis armada penangkapan pancing tuna di Laut Banda (Banda Neira). Kapasitas penangkapan dikaji menggunakan analisis teknik data envelopment analysis (DEA) dengan menggunakan program linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perikanan pancing tuna di Banda Neira dengan pendekatan single output (bobot tangkapan), secara umum berada pada tingkat efisiensi yang jauh di bawah optimal dan tingkat input yang ada saat ini sudah melebihi kapasitas yang seharusnya (optimal). Untuk mencapai produksi yang potensial dari ketiga daerah penangkapan (P.Hatta, P.Manukang dan P.Rhum), dilakukan dengan mengurangi kapasitas masing-masing sebesar  33%, 42% dan 45%. Fishing capacity is an approach to fishery management relating to restrictions on fishing effort capacity. The effort capacity is determined by several variables such as vessel  and engine sizes, the size of the nets, and fishing tool technology. Study of fishing capacity based fisheries management is an alternative approach to control the input factors that are not efficiently used in fishing effort. Through the research capacity, it is expected to know the level of technical efficiency of fishing tuna fishing fleet in the Banda Sea. Fishing capacity was examined using analysis technique Data Envelopment Analysis (DEA) using a linear programming. The results show that the tuna line fisheries in the Banda Neira with single output approach (catch weight), was generally at the level of efficiency that is far under from the optimal level with the current input has exceeded the optimal capacity. To achieve the production potential of the third fishing grounds, reductions of the capacity of 33%, 42% and 45% for Hatta Island, Manukang Island and Rhum Island, respectively should be done.
SELEKTIVITAS JARING INSANG MONOFILAMEN DAN ASPEK BIOLOGI IKAN OSCAR (Amphilopus citrinellus) DI SITU PANJALU, CIAMIS Andri Warsa; Kunto Purnomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.438 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.65-72

Abstract

Situ Panjalu yang terdapat di Kabupaten Ciamis dengan luas ± 45 ha memiliki keragaman ikan yang cukup tinggi. Ikan oscar merupakan ikan introduksi yang berasal dari benua Afrika yang hidup pada perairan yang hangat dengan kisaran suhu 28–33oC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui selektivitas jaring insang dan aspek biologi ikan oscar (Amphilopus Citrinellus) di Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis – Jawa Barat. Penelitian dilakukan di Situ Panjalu pada bulan Mei, Juni, Agustus dan Oktober 2010 dengan menggunakan jaring insang percobaan dengan mesh size 2,54-7,62 cm dengan interval 0,65 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang infinity (L∞) ikan oscar adalah 21,0 cm TL dengan kecepatan pertumbuhan (K) adalah 1,7 /tahun. Ikan oscar yang terdapat di Situ Panjalu mempunyai pola pertumbuhan alometrik negatif dengan nilai b = 2,890. Panjang total ikan oscar yang ditemukan matang gonad adalah 11-17 cm TL dan berat 27,0 – 80,0 gram  dengan fekunditas berkisar 463 – 3.663 butir. Ikan oscar di Situ Panjalu termasuk karnivora dengan pakan alami berupa ikan dan udang. Faktor selektivitas jaring insang dengan ukuran mata jaring 2,54; 3,18; 3,81 dan 4,45 cm yang dipasang secara bersamaan untuk penangkapan ikan oscar adalah 3,074. Panjang total optimal ikan oscar yang tertangkap pada ukuran mata jaring 2,54; 3,18; 3,81 dan 4,45 cm masing-masing adalah 7,5; 10; 11,5 dan 14 cm TL. The area of Panjalu Pond Ciamis Regency estimated about 45 ha, has a high diversity of fish. Midas cichlid (Amphilophus citrinellus) as fish introduction from Africa which live in warm water with temperature around 28-33oC. The purpose of this research were to know gillnet selectivity and some biology aspect of midas cichlid at Panjalu Lake, Ciamis Regency-West Java Province. This research was done in May, June, August and October 2010. Using experimental gillnet by 2.54-7.62 cm mesh size with 0.65 cm interval. The result show that lenght infinity (L∞) and growth contants (k) of this fish were 21.0 cmTL and 1.7 /year respectively. Lenght-weight relationship of this fish was negative allometric with value of b=2.890. Total lenght of fish at maturity ranged between 11-17 cm, weight ranged between  27-80 g and fecundity ranged between 463-3.663 eggs. Midas cichlid was carnivore by feed of small fish and shrimp. Gillnets selectivity factor for the following mesh sizes 2.54; 3.18; 3.81 dan 4.45 cm of mesh size for midas cichlid capture was 3.074. Optimal total lenght of midas cichlid caught by gillnet with the following mesh sizes 2.54; 3.18; 3.81 and 4.45 cm mesh size were 7.5; 10.0; 11.5 and 14 cm TL, respectively.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2013 2013


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue