cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases
ISSN : 25020447     EISSN : 25035134     DOI : -
Core Subject : Health,
JHECDs accept and publish 5 (five) original and review papers within health epidemiology and communicable diseases subject. Any other papers broader than previously mentioned but still related to communicable diseases (e.g economic or policy study related to communicable diseases) are considerable. JHECDs is scheduled publishs twice a year (June and December).
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 1 (2019): JHECDs Vol. 5, No. 1, Juni 2019" : 5 Documents clear
Spot survei entomologi di Desa Binawara, Kabupaten Tanah Bumbu pasca pemberian obat pencegahan massal filariasis Abdullah Fadilly; Wulan Sari Rasna Giri Sembiring; Besral Besral; Akmad Rosanji; M Rasyid Ridha; Budi Hairani
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 5 No 1 (2019): JHECDs Vol. 5, No. 1, Juni 2019
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.912 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v5i1.496

Abstract

Filariasis in South Kalimantan is still a problem, especially in rural areas, this is possible because there are still many potential places for vector breeding such as rice fields, forests and swamps. In Tanah Bumbu District, filariasis cases were reported as many as 38 cases where as many as 35 cases were found in Batulicin and Kusan Hilir Sub-districts, while as many as 3 recent cases in 2015 in Angsana District. The purpose of this study was to determine various types of mosquitoes, density, age, and habitat characteristics of potential mosquitoes as filariasis vectors in Binawara Village, Tanah Bumbu District. The study was carried out with descriptive observasional design and cross sectional approach in May 2018. Entomological surveys conducted included habitat surveys, mosquito capture by human bait, and surgery. The results showed the dominance of the habitat found was swamp. There were 12 species of mosquitoes caught i. e. Ma. uniformis, Ma. dives, Ma. bone, An. barbirostris, An. maculatus, Ae. linnetaopenis, Ae. albopictus, Ae. aegypti, Cx. sitiens,, Cx. crasipes, Cx. quinquefasciatus, and Cq. crassipes. The density of mosquitoes sucks the highest blood, Ma. dives, with a value of 4 mosquitoes / person / hour (MHD) and 3 mosquitoes / person / night (MBR). The results of surgery are high parity for Ma.dives, Ma.uniformis and Cx. quinquefasciatus shows that the mosquito has undergone a gonothrophic cycle with a relative age of mosquitoes that have the opportunity to be filariasis vectors. Longevity of mosquito age that should be suspected as filariasis vectors are 42.43 days for Ma.uniformis and 47.96 days for Cx. quinquefasciatus. Although filariasis transmission has not been proven in this study, but with the discovery of potential vectors and the discovery of positive patients, the awareness of filariasis transmission needs to be increased. In terms of increasing vector control of PHBS and self protection from mosquito bites (repellent and the use of closed clothing) can be a form of control in order to avoid filariasis transmission.
Pengaruh iklim terhadap Annual Parasite Incidence malaria di Kabupaten Jayapura tahun 2011 – 2018 Semuel Sandy; Irawati Wike
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 5 No 1 (2019): JHECDs Vol. 5, No. 1, Juni 2019
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.757 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v5i1.1031

Abstract

Penyakit malaria di kabupaten Jayapura merupakan penyakit yang endemic karena penyakit ini telah ada sejak lama dan hampir sebagian masyarakat di Kabuapten Jayapura pernah menderita penyakit malaria. letak geografis dimana banyaknya rawa-rawa dan pengaruh lingkungan seperti iklim juga berkontribusi terhadap peningkatan kasus malaria. Penelitian ini bersifat studi retrospektif, menggunakan data sekunder berupa data curah hujan, kelembapan udara, suhu, kecepatan dan arah angin dari Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan serta data angka Annual Parasite Incidence (API) malaria dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura selama kurun waktu tahun 2011-2016. Hasil analisis menunjukkan bahwa curah hujan, suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin memiliki korelasi yang lemah namun tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan angka API malaria. Kesimpulan menunjukkan bahwa kecenderungan perubahan variabel iklim tidak mempengaruhi secara langsung terjadinya peningkatan kasus malaria
Risk Factors of Dengue Fever Outbreak in Karo District, North Sumatera, Indonesia Frans Yosep Sitepu
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 5 No 1 (2019): JHECDs Vol. 5, No. 1, Juni 2019
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.792 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v5i1.1545

Abstract

Dengue fever (DF) infection continues to present a seriuos public health problem in North Sumatera, Indonesia. A DF outbreak was reported in Merek Sub-district, Karo District which is one tourist destination in North Sumatera during April-May 2017. An epidemiological investigation was conducted to identify the risk factors and recommend control measures. An observational study with a matched case control design was conducted. A case was defined as any resident of Merek sub-district who had suffer major clinical symptoms of DF such as fever, severe headache, pain behind eyes, muscle and joint pains, and rash from April – May, 2017. A control was defined as neighbors of cases who did not have clinical signs and symptoms of DF and were matched for age and sex. We interviewed 37 cases and 37 controls. Age cases ranged from 2 year to 37 years (median= 12 years). The multivariate analyses showed that presence of mosquito breeding sites (OR=4.87, 95%CI=1.33-17.85) and habit of hanging worn clothes (OR=5.12, 95%CI=1.25-21.03) were significant risk factors. It is recommended to eliminate mosquito breeding sites routinely, avoid habit of hanging worn clothes, and conduct strict surveillance of DF continously.
Karakteristik penderita, hari dan curah hujan terhadap kejadian Demam Berdarah di Kabupaten Ogan Komering Ulu rika mayasari; Maya Arisanti; Rizki Nurmaliani; Hotnida Sitorus; Lasbudi Pertama Ambarita
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 5 No 1 (2019): JHECDs Vol. 5, No. 1, Juni 2019
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v5i1.1300

Abstract

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan penularannya melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini telah berkembang di seluruh dunia dan lebih dari 100 negara endemik DBD termasuk Indonesia. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu daerah endemis di Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kejadian DBD kaitannya dengan faktor iklim (curah hujan dan jumlah hari hujan) serta karakteristik penderitanya (umur dan jenis kelamin) di Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan OKU dan Badan Pusat Statistik (BPS) OKU tahun 2015. Pola kejadian kasus DBD dengan curah hujan dan jumlah hari hujan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa jumlah kasus DBD di tahun 2015 sebanyak 83 kasus. Pada tahun 2016 terjadi penurunan kasus menjadi 43 kasus. Peningkatan curah hujan tidak serta merta diikuti dengan peningkatan kasus. Kejadian demam berdarah tahun 2015 dan 2016 di Kabupaten OKU menunjukkan pola jumlah dan kemunculan kasus DBD sedikit berbeda.
Kajian literatur: Dampak perubahan iklim terhadap timbulnya penyakit tular nyamuk terutama Limfatik Filariasis Risqa Novita
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 5 No 1 (2019): JHECDs Vol. 5, No. 1, Juni 2019
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v5i1.1583

Abstract

Lingkungan memberikan kontribusi terbesar sebesar 45% terhadap status kesehatan seseorang dibandingkan faktor lainnya seperti perilaku sebesar 30%, pelayanan kesehatan sebesar 20% dan keturunan sebesar 5%. Kondisi kesehatan lingkungan di Indonesia masih rendah, yang dibuktikan dengan rendahnya pencapaian indikator kesehatan lingkungan dan masih menjadi masalah kesehatan tertinggi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk. Perubahan iklim menimbulkan peningkatan mosquito borne diseases terutama penyakit Limfatik Filariasis yang ditularkan oleh nyamuk Aedes sp, Anopheles sp, Culex sp dan Mansonia sp. Tujuan penulisan review artikel ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan iklim dengan kejadian mosquito borne diseases, terutama Limfatik Filariasis. Studi ini berupa review dari literatur di Google dan Pubmed yang dicari melalui pencarian kata kunci yaitu kesehatan lingkungan, perubahan iklim, mosquito borne diseases dan Limfatik Filariasis. Berdasarkan analisis terhadap literatur diketahui bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu standar yang harus dicapai untuk terciptanya kesehatan manusia. Variabel perubahan iklim yang berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk perantara Limfatik filariasis adalah temperatur dan presipitasi. Temperatur sebesar 33.50C dan presipitasi 600 mm optimal untuk perkembangan nyamuk. Kesimpulan. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap kejadian penyakit mosquito borne diseases terutama Limfatik Filariasis. Nyamuk perantara Limfatik filariasis bersifat ektoterm yang bergantung dengan perubahan iklim. Kata kunci : Kesehatan lingkungan, Limfatik Filariasis, mosquito borne diseases, perubahan iklim

Page 1 of 1 | Total Record : 5