cover
Contact Name
Dr. dr. Puspa Wardhani, SpPK
Contact Email
admin@indonesianjournalofclinicalpathology.org
Phone
+6285733220600
Journal Mail Official
majalah.jicp@yahoo.com
Editorial Address
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML)
ISSN : 08544263     EISSN : 24774685     DOI : https://dx.doi.org/10.24293
Core Subject : Health, Science,
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML) is a journal published by “Association of Clinical Pathologist” professional association. This journal displays articles in the Clinical Pathology and Medical Laboratory scope. Clinical Pathology has a couple of subdivisions, namely: Clinical Chemistry, Hematology, Immunology and Serology, Microbiology and Infectious Disease, Hepatology, Cardiovascular, Endocrinology, Blood Transfusion, Nephrology, and Molecular Biology. Scientific articles of these topics, mainly emphasize on the laboratory examinations, pathophysiology, and pathogenesis in a disease.
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 2 (2017)" : 20 Documents clear
CORRELATION OF ADVANCED GLYCATION END PRODUCTS WITH URINARY ALBUMIN CREATININ RATIO IN PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS Debie Anggraini; Rismawati Yaswir; Lillah Lillah; Husni Husni
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1129

Abstract

Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular di pasien Diabetes Melitus (DM) yang menyebabkan End Stage RenalDisease (ESRD). Proses glikasi non-enzimatik asam amino bebas di hiperglikemia kronis menghasilkan advanced glycation end-products(AGEs). Advanced glycation end-products dimetabolisme di ginjal sehingga terjadi penumpukan yang memicu kerusakan glomerulusginjal. Advanced glycation end-products terbukti berperan dalam perjalanan penyakit nefropati diabetik. Pemeriksaan mikroalbuminuriadengan rasio air kemih albumin kreatinin merupakan pemeriksaan yang disarankan untuk mendeteksi nefropati lebih awal. Tujuanpenelitian ini untuk mengetahui kenasaban kadar AGEs dengan rasio air kemih albumin kreatinin di pasien DM tipe 2. Penelitian inimenggunakan metode analitik dengan desain potong lintang di 30 orang pasien DM tipe 2 yang memenuhi patokan kesertaan dannonkesertaan serta melakukan pemeriksaan darah di Instalasi Laboratorium Sentral RSUP Dr. M. Djamil Padang masa waktu Mei2015-Maret 2016. Pemeriksaan kadar AGEs dilakukan dengan metode sandwich ELISA. Pemeriksaan mikroalbumin air kemih dilakukandengan metode imunoturbidimetri. Data dianalisis dengan uji kenasaban Spearman, bermakna jika p<0,05. Rerata kadar AGEs di DMtipe 2 adalah 1052,18±750,25 ng/L. Rerata nilai rasio air kemih albumin kreatinin di pasien DM tipe 2 adalah 23,77±16,58 mg/g.Uji kenasaban Spearman menunjukkan kenasaban sangat kuat antara kadar AGEs dan rasio air kemih albumin kreatinin dengannilai r=0,85 dan nilai p<0,05. Terdapat kenasaban sangat kuat antara kadar AGEs dengan rasio air kemih albumin kreatinin di DMtipe 2.
MONOCYTE LYMPHOCYTE RATIO IN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER Dwi Retnoningrum; Purwanto AP
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1130

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, virus yang dapat ditularkan melalui gigitannyamuk. Dengue hemorrhagic fever merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian terbanyak di dunia termasuk di Asia.Patogenesis infeksi DHF diduga melibatkan monosit dan limfosit akibat dari respons imun terhadap infeksi. Monocyte Lymphocyte Ratio(MLR) sebelumnya digunakan dalam menggambarkan respons imun di infeksi malaria, tuberkulosis dan HIV. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui apakah terdapat perbedaan MLR di infeksi DHF derajat ringan dan berat. Metode penelitian ini observasional analitikdengan desain potong lintang di pasien DHF di RS Dr. Kariadi Semarang masa waktu Januari-Desember 2013. Nilai MLR didapat dariperhitungan jumlah monosit dibagi jumlah limfosit dari hitung jenis lekosit. Derajat DHF ditentukan sesuai dengan patokan WHO, yaituderajat I-II masuk dalam derajat ringan, derajat III-IV adalah derajat berat. Analisis statistik dengan Student t test. Kelompok I terdiridari 40 pasien DHF derajat ringan dan kelompok II terdiri dari 40 pasien DHF derajat berat. Subjek terdiri dari 41 laki-laki (51,2%)dan 39 perempuan (48,8%). Rentang nilai MLR di DHF derajat ringan ditemukan dari 0,03–0,33 (median 0,11) sedangkan di DHFderajat berat dari 0,03–0,59 (median 0,16). Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan nilai MLR antara kelompok I(derajat ringan) dan kelompok II (derajat berat) (p=0,08). Tidak didapatkan perbedaan nilai MLR di infeksi DHF derajat ringan danberat.
DIFFERENCES OF LYMPHOCYTE PROLIFERATION INDEX AFTER CULTURE FILTRATE PROTEIN 10 STIMULATION IN PATIENTS WITH ACTIVE AND LATENT TUBERCULOSIS AND HEALTHY INDIVIDUALS Binar R. Utami; Betty Agustina T; Suprapto Ma’at
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1144

Abstract

Angka kejadian tuberkulosis di dunia semakin meningkat, akibat rendahnya ketepatgunaan vaksin BCG untuk pencegahan infeksi TB.Saat ini telah dikembangkan vaksin DNA dari protein M.tuberculosis yaitu Culture filtrate protein-10 (CFP-10) yang dapat merangsangrespons imun seluler. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui salah satu kemampuan antigenik antigen CFP-10 pasca stimulasi CFP-10 di pasien TB aktif, TB laten dan orang sehat. Penelitian bersifat eksperimen semu (quasi experimental). Sampel penelitian adalahPeripheral blood mononuclear cell (PBMC) dari 10 pasien TB paru aktif baru, 10 TB laten RS Khusus Paru Surabaya dan 10 orangsehat. Perlakuan kultur PBMC tanpa stimulasi (pembanding), dengan Mitogen (PHA) sebagai pembanding positif dan dengan stimulasiantigen CFP-10 diinkubasi pada CO2 5% selama 5 hari. Uji proliferasi limfosit dilakukan dengan menambahkan MTT. Indeks proliferasilimfosit adalah rasio antara absorban pembanding dan absorban dengan stimulasi pada λ 560 nm. Terdapat perbedaan bermakna indeksuji proliferasi limfosit pascastimulasi CFP-10 antara pasien TB paru aktif dan orang sehat (p=0,019) dan di pasien TB aktif, TB latendan orang sehat (p=0,0356). Antigen CFP 10 mampu merangsang respons imun protektif pada pasien TB aktif, TB laten dan orangsehat. Aktivitas imunogenik antigen CFP-10 dapat dipengaruhi oleh status imun seseorang dan kemampuan antigen CFP menginduksirespons imun protektif.
CORRELATION BETWEEN SERUM TISSUE POLYPEPTIDE SPECIFIC ANTIGEN LEVEL AND PROSTATE VOLUME IN BPH Mahrany Graciella Bumbungan; Endang Retnowati; Wahjoe Djatisoesanto
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1136

Abstract

Volume prostat menjadi informasi yang penting karena dapat memperkirakan kematian pada Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).Volume prostat diukur menggunakan TRUS (Transrectal Ultrasonography) sebagai baku emas namun TRUS mempunyai beberapakekurangan. Dibutuhkan suatu tolok ukur lain yang dapat memperkirakan volume prostat. Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS)yang terdeteksi di peredaran terdiri dari fragmen sitokeratin yang terdapat dalam jaringan dan menunjukkan status proliferasi. Selepitel di BPH yang mengandung sitokeratin 18 akan mengalami hiperplasia sehingga dapat terdeteksi dengan pemeriksaan TPS. Tujuanpenelitian ini adalah membuktikan adanya kenasaban antara kadar TPS serum dan volume prostat. Subjek penelitian terdiri dari 28pasien BPH yang datang berobat ke Poli Rawat Jalan Urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Volume prostat diukur menggunakan alatTRUS. Kadar TPS serum diukur menggunakan metode ELISA (TPS® ELISA IDL Biotech). Kadar TPS serum berkisar antara 82,45–1771,5U/L (195,35±349,79 U/L). Volume prostat beragam antara 20,7-87,4 cm (34,70±15,31 cm). Tidak terdapat kenasaban positif yangbermakna antara kadar TPS serum dan volume prostat (p=0,404; r=0,164).
FRUCTOSAMINE AND GLYCATED ALBUMIN IN PATIENTS WITH TYPE 1 DIABETES MELLITUS DURING RAMADHAN FASTING Vinzy Yulina; Sidarti Soehita; Muhammad Faizi; Budiono Budiono
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1141

Abstract

Puasa Ramadhan dapat meningkatkan kebahayaan komplikasi di pasien Diabetes Melitus (DM) tipe 1, yang dapat dicegah dengankendali glikemik yang baik. Pemeriksaan fruktosamin dan albumin glikat digunakan untuk menggambarkan rerata kadar glukosa darahselama 2-3 minggu sebelumnya, sehingga lebih sesuai digunakan untuk menggambarkan kendali glikemik selama puasa Ramadhan(1 bulan). Tujuan penelitian ini adalah membandingkan dan membuktikan adanya kenasaban antara kadar fruktosamin dengan nilaialbumin glikat sebelum, pertengahan dan akhir bulan puasa Ramadhan di pasien DM tipe 1 di RSUD dr.Soetomo Surabaya. Penelitianini menggunakan desain analitik observasional di 13 pasien DM tipe 1 berusia 9–18 tahun yang menjalankan puasa Ramadhan.Pemeriksaan fruktosamin menggunakan metode nitroblutetrazolium (NBT) dengan alat Cobas Integra. Nilai albumin glikat dihitungsebagai persentase kadar albumin glikat (menggunakan metode enzimatik) terhadap kadar jumlah keseluruhan albumin serum(menggunakan metode bromcresol purple), dengan alat Proline R-910. Hasil dianalisis menggunakan uji statistik t-berpasangan dankenasaban Pearson. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara rerata kadar fruktosamin pertengahan dibandingkan sebelum(p=0,307), akhir dibandingkan sebelum (p=0,249) dan akhir dibandingkan pertengahan bulan puasa Ramadhan (p=0,362). Tidakdidapatkan perbedaan bermakna antara rerata nilai albumin glikat pertengahan dibandingkan sebelum (p=0,478), akhir dibandingkansebelum (p=0,285) dan akhir dibandingkan pertengahan bulan puasa Ramadhan (p=0,247). Kenasaban positif bermakna didapatkanantara kadar fruktosamin dan nilai albumin glikat sebelum (p=0,0001, r=0,952), pertengahan (p=0,0001, r=0,948) dan akhir bulanpuasa Ramadhan (p=0,0001 dan r=0,963). Kadar fruktosamin dan nilai albumin glikat dapat digunakan sebagai tolok ukur kendaliglikemik di pasien DM tipe 1 yang menjalankan puasa Ramadhan.
DETECTION OF MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS WITH TB ANTIGEN RAPID TEST IN PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS WITH FOUR TYPES OF SPUCTUM SAMPLE PREPARATION Miftahul Ilmiah; IGAA. Putri Sri Rejeki; Betty Agustina Tambunan
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1132

Abstract

Pemeriksaan mikroskopis langsung untuk mendiagnosis TB memiliki banyak keterbatasan. TB Ag Rapid Test Device merupakanmetode pemeriksaan ICT TB yang mendeteksi antigen yang disekresi khas dari Regions of Difference (RD) M.tuberculosis. Penelitiansebelumnya menunjukkan uji sering tidak berjalan dengan baik. Sampel penelitian adalah 30 dahak BTA positif dengan pemeriksaanmikroskopis langsung. Dahak diberikan 4 perlakuan berbeda yaitu: perlakuan rutin sesuai tata langkah perangkat; penambahan0,5 mL NALC 2,5% dan dahak dikocok sesuai tata langkah perangkat; perlakuan vorteks dilanjutkan pemusingan 10.000g suhu 4°C;penambahan 0,5 mL NALC 2,5%, vorteks dilanjutkan pemusingan 10.000g suhu 4°C. Hasil pemeriksaan antigen M.tuberculosis sebagaiberikut: perlakuan kesatu 43,3% positif, perlakuan kedua hasil positif tinggi (96,7%), perlakuan ketiga dan keempat didapatkanhasil positif sebesar 36,7% dan 86,7%. Pemeriksaan Ag menggunakan vorteks-pemusingan dengan pemeriksaan rutin menunjukkankesesuaian sebesar 86,6% (33,3% positif dan 53,5% negatif) dengan nilai Kappa 0,724 (p<0,0001). Perlakuan 2 (penambahan0,5 mL NALC 2,5%) dengan perlakuan 4 (penambahan NALC 2,5%-vorteks-pemusingan) menunjukkan kesesuaian sebesar 90% (86,7%positif dan 3,3% negatif) dengan nilai Kappa 0,366 (p=0,010). Pemberian pretreatment 0,5 mL NALC 2,5% dapat digunakan untukmeningkatkan hasil positif kit TB Ag Rapid Test Device untuk mendiagnosis tuberkulosis paru.
ERYTHROLEUKEMIA Ailinda Theodora Tedja; Riadi Wirawan
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1146

Abstract

Leukemia eritroid akut dibagi menjadi dua (2) subtipe berdasarkan penggolongan World Health Organization (WHO) 2008,yaitu eritroleukemia dan pure erythroid leukemia. Penggolongan WHO 2008 menganjurkan diagnosis leukemia eritroid akutcukup berdasarkan hasil menilai sumsum tulang, berdasarkan jumlah eritroblas dan sel blas, keberadaan diseritropoiesis, sertadisgranulopoiesis. Eritroleukemia merupakan bentuk leukemia mieloid akut yang jarang terjadi, yaitu <5% kasus leukemia mieloidakut. Eritroleukemia terutama terjadi di orang dewasa dan lebih sering terjadi di laki-laki. Satu kasus dilaporkan perempuan berusia42 tahun dengan hasil memeriksa pansitopenia di laboratorium, kemudian dinilai sumsum tulangnya dan didapatkan eritroblas 67%All Nucleated Cells (ANC), disertai diseritropoiesis yang jelas dan blas 25% Non-Erythroid Cells (NEC) dengan disgranulopoiesis 35%.Hasil ini menetapkan diagnosis eritroleukemia (AML-M6) berdasarkan penggolongan WHO 2008. Hasil memeriksa imunofenotip flowcytometry didapatkan komponen eritroid dan mieloid yang mendukung diagnosis eritroleukemia. Pemeriksaan imunofenotip denganflow cytometry tersebut sebenarnya tidak diperlukan untuk menetapkan diagnosis eritroleukemia. Pemeriksaan sitogenetika disarankanuntuk menentukan peramalan perjalanan penyakit.
CORRELATION OF ANTINUCLEAR ANTIBODY PROFILE WITH HEMATOLOGIC AND RENAL DISORDERS IN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS Chelvi Wijaya; Asvin Nurulita; Uleng Bahrun
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1137

Abstract

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun dan bersifat multi organ. Kelainan hematologi sering ditemukandi penyakit ini, begitu juga dengan kelainan ginjal yang merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh. Uji ANA profile dapatmengetahui subtipe antibodi antinuklear yang khas. Autoantibodi tersebut diduga berhubungan dengan manifestasi klinis. Penelitian inimerupakan penelitian analitik retrospektif di Laboratorium Patologi Klinik dan Instalasi Rekam Medik RSUP. Dr. Wahidin SudirohusodoMakassar dengan mengambil data hasil ANA profile, darah rutin dan urinalisis pasien terduga SLE masa waktu Januari 2014–Juli 2016.Data dikelompokkan menjadi SLE dan nonSLE. Analisis statitik dengan uji Chi Kuadrat dan Fisher. Dari 72 sampel, 39 dengan diagnosaakhir SLE. Terdapat hubungan bermakna antara anti RNP/Sm, Sm, SS-A, Ro-52, dsDNA, Nucleosome, Histone, Ribosomal P denganSLE (p<0,05). Terdapat hubungan bermakna antara anti dsDNA (p=0,029) dan anti nucleosome (p=0,037) dengan anemia serta antidsDNA (p=0,013) dan anti nucleosome (p=0,036) dengan gangguan ginjal. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara autoantibodidalam penelitian ini dengan leukopenia, limfopenia dan trombositopenia. Anti RNP/Sm, Sm, SS-A, Ro-52, dsDNA, nucleosome, Histones,Ribosomal P berhubungan dengan SLE. Anti dsDNA dan anti nucleosome berhubungan dengan anemia dan gangguan ginjal padaSLE, sehingga mungkin dapat digunakan untuk meramalkan kejadian tersebut, walaupun dibutuhkan penelitian lanjutan untukmembuktikannya. Tidak ditemukan autoantibodi yang dapat dihubungkan dengan leukopenia, limfopenia dan trombositopenia.
Author Guideline and Subcribes Form Utami, Dian Wahyu
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1805

Abstract

THE AGREEMENT BETWEEN LIGHT CRITERIA AND SERUM ASCITES ALBUMIN GRADIENT FOR DISTINGUISHING TRANSUDATE AND EXUDATE Rike Puspasari; Lillah Lillah; Efrida Efrida
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i2.1135

Abstract

Jenis cairan asites transudat atau eksudat perlu dibedakan sebagai tahap awal untuk mengetahui penyebab penyakit yang mendasariasites. Penggabungan beberapa tolok ukur memiliki kepekaan dan kekhasan yang baik dalam membedakan jenis cairan asites. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara patokan Light dan Serum Ascites Albumin Gradient (SAAG) dalam membedakantransudat dan eksudat pada cairan asites. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang terhadap 24 pasienasites di RSUP Dr. M. Djamil Padang, mulai bulan Maret sampai September 2016. Tolok ukur yang diperiksa adalah protein jumlahkeseluruhan (metode kolorimetrik biuret), albumin (metode kolorimetrik bromocresol green), serta laktat dehidrogenase (LDH) (metodeenzimatik). Hasil pemeriksaan setiap tolok ukur dirumuskan kedalam patokan Light dan SAAG. Kesesuaian patokan Light dan SAAGdalam membedakan transudat dan eksudat cairan asites ditentukan dengan uji kappa. Hasil dianggap bermakna secara statistik jikap<0,05. Ciri subjek penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 54,2% dan perempuan 45,8% dengan rentang umur 22–76 tahun. PatokanLight dapat menentukan 9 eksudat dan 15 transudat, sedangkan menggunakan SAAG dapat menentukan 2 eksudat dan 22 transudat.Kesesuaian patokan Light dengan SAAG menggunakan uji kappa adalah cukup (nilai kappa=0,26) dan tidak bermakna secara statistik(p>0,05). Hasil penelitian ini menyimpulkan tidak terdapat kesesuaian antara patokan Light dan SAAG dalam membedakan transudatdan eksudat pada cairan asites. Penelitian dalam jumlah besar perlu dilakukan untuk menentukan kepekaan dan kekhasan keduapemeriksaan.

Page 2 of 2 | Total Record : 20


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2025) Vol. 31 No. 3 (2025) Vol. 31 No. 2 (2025) Vol. 31 No. 1 (2024) Vol. 30 No. 3 (2024) Vol. 30 No. 2 (2024) Vol. 30 No. 1 (2023) Vol. 29 No. 3 (2023) Vol. 29 No. 2 (2023) Vol 29, No 1 (2022) Vol. 29 No. 1 (2022) Vol 28, No 3 (2022) Vol. 28 No. 3 (2022) Vol. 28 No. 2 (2022) Vol 28, No 2 (2022) Vol. 28 No. 1 (2021) Vol 28, No 1 (2021) Vol. 27 No. 3 (2021) Vol 27, No 3 (2021) Vol. 27 No. 2 (2021) Vol 27, No 2 (2021) Vol. 27 No. 1 (2020) Vol 27, No 1 (2020) Vol 26, No 3 (2020) Vol. 26 No. 3 (2020) Vol 26, No 2 (2020) Vol. 26 No. 2 (2020) Vol 26, No 1 (2019) Vol. 26 No. 1 (2019) Vol 25, No 3 (2019) Vol. 25 No. 3 (2019) Vol. 25 No. 2 (2019) Vol 25, No 2 (2019) Vol 25, No 1 (2018) Vol. 25 No. 1 (2018) Vol 24, No 3 (2018) Vol. 24 No. 3 (2018) Vol 24, No 2 (2018) Vol. 24 No. 2 (2018) Vol 24, No 1 (2017) Vol. 24 No. 1 (2017) Vol. 23 No. 3 (2017) Vol 23, No 3 (2017) Vol 23, No 2 (2017) Vol. 23 No. 2 (2017) Vol 23, No 1 (2016) Vol 22, No 3 (2016) Vol 22, No 2 (2016) Vol 22, No 1 (2015) Vol 21, No 3 (2015) Vol 21, No 2 (2015) Vol 21, No 1 (2014) Vol 20, No 3 (2014) Vol 20, No 2 (2014) Vol 20, No 1 (2013) Vol 19, No 3 (2013) Vol 19, No 2 (2013) Vol 19, No 1 (2012) Vol. 19 No. 1 (2012) Vol 18, No 3 (2012) Vol. 18 No. 3 (2012) Vol 18, No 2 (2012) Vol 18, No 1 (2011) Vol. 18 No. 1 (2011) Vol 17, No 3 (2011) Vol 17, No 2 (2011) Vol 17, No 1 (2010) Vol 16, No 3 (2010) Vol 16, No 2 (2010) Vol 16, No 1 (2009) Vol 15, No 3 (2009) Vol 15, No 2 (2009) Vol 15, No 1 (2008) Vol 14, No 3 (2008) Vol 14, No 2 (2008) Vol 14, No 1 (2007) Vol 13, No 3 (2007) Vol 13, No 2 (2007) Vol 13, No 1 (2006) Vol 12, No 3 (2006) Vol 12, No 2 (2005) Vol 12, No 1 (2005) More Issue