cover
Contact Name
Didik Harnowo
Contact Email
bpalawija@gmail.com
Phone
+62341-801468
Journal Mail Official
bpalawija@gmail.com
Editorial Address
Balitkabi. Jalan Raya Kendalpayak No 8, Malang.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Palawija
Core Subject : Agriculture,
Buletin Palawija merupakan wadah bagi para peneliti aneka kacang dan umbi untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya dalam bentuk naskah review (tinjauan), primer dan komunikasi pendek. Naskah review dan primer mencakup berbagai disiplin ilmu, yaitu pemuliaan tanaman dan plasma nutfah, fisiologi/budidaya, perlindungan, pascapanen, dan sosial-ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman palawija. Buletin Palawija bertujuan menyajikan karya penelitian yang dapat memberikan wawasan pada dunia ilmu pengetahuan secara nasional atau international, sehinga naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap literatur teoritis, metodologis, dan/atau inovatif dalam penelitian aneka kacang dan umbi.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010" : 5 Documents clear
STRATEGI PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI ADAPTIF LAHAN PASANG SURUT Heru Kuswantoro
Buletin Palawija No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.541 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n19.2010.p38-46

Abstract

Ekstensifikasi ke luar pulau Jawa merupakan salah satu cara dalam usaha peningkatan produksi kedelai di Indonesia, karena masih terdapat banyak lahan yang belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu lahan tersebut adalah lahan pasang surut yang mencapai 20,192 juta hektar. Dalam pengembangan kedelai di wilayah ini, diperlukan suatu varietas adaptif lahan pasang surut karena habitat kedelai sebenarnya adalah di lahan yang bebas dari genangan air. Strategi pembentukan kedelai adaptif lahan pasang surut mengacu pada pemecahan masalah utama, yaitu genangan diikuti dengan pemecahan masalah lainnya seperti kemasaman tanah serta defisiensi unsur hara makro dan toksisitas unsur hara mikro. Oleh karena itu lingkungan seleksi memegang peranan utama dalam pembentukan varietas adaptif ini. Selain itu, kriteria seleksi juga sangat penting karena menentukan pemilihan galur-galur adaptif. Metode identifikasi juga penting karena menentukan mekanisme ketahanan yang dimiliki oleh genotipe terpilih, dan dapat dilakukan berdasarkan pada karakter fisiologis, morfologis, dan agronomis. Pada dasarnya arah pengembangan merupakan faktor utama strategi pembentukan varietas adaptif ditetapkan.
“TALAM 1” VARIETAS KACANG TANAH UNGGUL BARU ADAPTIF LAHAN MASAM DAN TOLERAN Aspergillus flavus Astanto Kasno
Buletin Palawija No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.873 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n19.2010.p19-26

Abstract

Galur kacang tanah (Arachys hipogaea L.), J/91283-99-C-90-8 adalah keturunan dari persilangan pasangan induk betina varietas Jerapah dengan induk jantan ICGV 91283, yang dilakukan pada tahun 1999. Seleksi dan penggaluran dilakukan menggunakan metode pedigri. Galur J/91283-99-C-90-8 tergolong ke dalam kacang tanah tipe Spanish (2 biji/polong) dan bijinya berwarna merah muda dengan ukuran biji sedang sesuai dengan preferensi pasar domestik, terutama untuk kacang garing. Dalam pengujian galur J/91283-99-C-90-8 memiliki keunggulan dalam hasil, toleransi terhadap lahan masam dan Aspergilus flavus. serta tahan terhadap penyakit bercak daun. Pada lingkungan yang relatif produktif hasilnya mencapai 2,5 t/ha polong kering lebih tinggi dari hasil varietas pembanding Jerapah (2,30 t/ha polong kering), dan potensinya mencapai 3,2 t/ha polong kering. Kacang tanah galur J/91283-99-C-90-8 disetujui untuk dilepas sebagai varietas unggul baru dengan nama TALAM 1 pada tanggal 13 Juli 2010 Selain itu, galur tersebut menunjukkan toleran terhadap kutu kebul.
HAMA BOLENG PADA TANAMAN UBIJALAR DAN PENGENDALIANNYA Indiati, Sri Wahyuni; Saleh, Nasir
Buletin Palawija No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.847 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n19.2010.p27-37

Abstract

Di Indonesia, ubijalar merupakan bahan pangan sumber karbohidrat sesudah beras dan jagung. Sayangnya produktivitas ubijalar hingga saat ini masih tergolong rendah yaitu sekitar 10,78 t/ha. Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas ubijalar tersebut adalah serangan hama boleng, Cylas formicarius sedangkan petani belum melakukan pengendalian terhadap hama tersebut secara optimal. Pengendalian terpadu menggunakan dua atau lebih komponen pengendalian sangat diperlukan untuk mengatasi serangan hama boleng tersebut. Pengendalian hama boleng terpadu dilakukan dengan memadukan beberapa komponen pengendalian, yaitu: Sanitasi lahan, cara bercocok tanam meliputi penggunaan bibit sehat (stek pucuk), pembumbunan, pengairan, dan pergiliran tanaman; penggunaan varietas/klon toleran terhadap hama boleng seperti Cangkuang dan Genjahrante; penangkapan serangga jantan dengan menggunakan feromon seks sintetik atau C. formicarius virgin sebanyak 5–10 ekor/100 m2; pemanfaatan agensia biologi, jamur B. bassiana; penyemprotan dengan insektisida organik yaitu serbuk biji mimba dengan takaran 20 kg/ha; secara kimiawi dengan perendaman stek ke dalam insektisida dan penyemprotan pertanaman dengan insektisida permetrin, karbosulfan, dan endosulfan, atau insektisida dalam bentuk butiran yaitu karbofuran 3G masing-masing dengan konsentrasi anjuran.
DUKUNGAN PLASMA NUTFAH DALAM PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI Made J. Mejaya
Buletin Palawija No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.265 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n19.2010.p13-18

Abstract

Saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 t/ha dengan kisaran 0,6–2,0 t/ha di tingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7–3,2 t/ha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan. Peningkatan produktivitas kedelai sangat tergantung pada ketersediaan plasma nutfah sebagai sumber gen sifat atau karakter tanaman. Pelestarian, pengkayaan, pencirian dan penilaian bahan genetik dari plasma nutfah kedelai dilakukan guna menopang kegiatan pemuliaan berkelanjutan dalam menghasilkan varietas unggul yang bernilai tambah ekonomi.Hingga tahun 2006, koleksi plasma nutfah kedelai di Balitkabi yang telah dibuat katalog plasma nutfah kedelai sebanyak 595 aksesi. Sebagian besar (83%) berasal dari kegiatan eksplorasi ke pusat-pusat kedelai di Indonesia, sisanya adalah introduksi yang berasal dari Taiwan, USA, Jepang, Filipina, Brazil, Columbia, dan Peru. Hasil karakterisasi menunjukkan, empat aksesi kedelai yang memiliki berat biji/tanaman diatas 20 gram berasal dari koleksi varietas lokal serta varietas unggul lama Ringgit dan Wilis yang dilepas tahun 1935 dan 1983. Pada tahun 2008 Balitkabi telah melepas lima varietas unggul baru yakni dua varietas unggul kedelai hitam (Detam 1 dan Detam 2), varietas Grobogan, Gepak Kuning, dan Gepak Ijo. Varietas unggul baru tersebut berasal dari koleksi plasma nutfah kedelai di Balitkabi dan hasil pemutihan varietas lokal bekerjasama dengan pemerintah daerah. Beberapa galur harapan kedelai adaptif lahan masam, toleran kekeringan, berbiji besar, dan tahan terhadap hama/penyakit utama akan segera dilepas sebagai varietas unggul baru.
TEKNOLOGI BUDIDAYA TUMPANGSARI UBIKAYU–KACANG TANAH MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI TERNAK–TANAMAN PADA LAHAN KERING MASAM Subandi Subandi
Buletin Palawija No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n19.2010.p1-12

Abstract

Untuk pasokan bahan pangan dan industri pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan produksi beberapa produk pertanian, di antaranya adalah ubikayu, kacang tanah, dan daging sapi. Dalam meningkatkan produksi ketiga komoditas tersebut, dihadapkan pada sejumlah permasalahan, di antaranya areal tanam/panen yang belum luas, penerapan teknologi yang belum optimal sehingga produktivitasnya rendah, kekurangan pakan, dan ketidak-cukupan modal untuk menyediakan sarana produksi. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, upaya yang dinilai strategis adalah pengembangan pertanaman tumpangsari ubikayu dengan kacang tanah untuk mendukung sistem usahatani Integrasi ternak-tanaman pada lahan kering masam yang banyak tersebar di luar Jawa. Untuk ini diperlukan dukungan teknologi yang tepat agar usaha pertanaman menjadi produktif dan efisien. Berkenaan dengan itu kini telah tersedia komponen teknologi, yakni meliputi: (a) varietas unggul ubikayu, diantaranya Adira-4, Malang-4, Malang-6, UJ-5, dan UJ-3, (b) varietas unggul kacang tanah, di antaranya Kancil, Jerapah, Tuban, dan Bison, (3) tanah harus diolah, (d) pengaturan tanaman, yakni pada awal musim hujan menanam kacang tanah secara monokultur berjarak tanam 15 cm x 40 cm, ubikayu ditanam 20 hari kemudian secara sistem baris ganda dengan pengaturan jarak tanam (60 cm x 70 cm) x 260 cm; setelah kacang tanah pertama dipanen, kacang tanah kedua ditanam dalam lorong antara baris ganda ubikayu, (e) stek ubikayu dengan panjang 20-25 cm dan diameter 2-3 cm yang diperoleh dari pertanaman yang berumur 7–12 bulan, ditanam secara vertical, (f) pemupukan: (a) untuk ubikayu 170 kg Urea+85 kg SP36+70 kg KCl+5.000 kg pupuk kandang/ha, sedang (b) bagi kacang tanah adalah untuk kacang tanah pertama 50 kg Urea+100 kg SP36+100 kg KCl+1.500 kg pupuk kandang/ha atau 1.500 kg/ha pupuk organik kaya hara Santap rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, sedangkan untuk untuk kacang tanah kedua 35 kg Urea+70 kg SP36+70 kg KCl+1.000 kg pupuk kandang/ha; atau 1.000 kg pupuk organik kaya hara Santap. Jika kejenuhan Al lebih dari 30%, lahan harus dikapur untuk menurunkan kejenuhan Al hingga menjadi 30%, tetapi kalau kejenuhan Al kurang dari 30% pemberian kapur cukup 500 kg/ha. Pada sistem pertanaman tumpangsari tersebut, akan diperoleh pakan sebagai hasil samping tanaman berupa: (a) daun ubikayu segar 5,9 t/ha, (b) kulit ubikayu segar 8,1 t/ha, dan (c) brangkasan kacang tanah segar 17,9 t/ha.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2022): Buletin Palawija Vol 20 No 1, 2022 Vol 19, No 2 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 2, 2021 Vol 19, No 1 (2021): Buletin Palawija Vol 19 No 1, 2021 Vol 18, No 2 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 2, 2020 Vol 18, No 1 (2020): Buletin Palawija Vol 18 No 1, 2020 Vol 17, No 2 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 2, 2019 Vol 17, No 1 (2019): Buletin Palawija Vol 17 no 1, 2019 Vol 16, No 2 (2018): Buletin Palawija Vol 16 no 2, 2018 Vol 16, No 1 (2018): Buletin Palawija Vol 16 No 1, 2018 Vol 15, No 2 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 2, 2017 Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017 Vol 14, No 2 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 2, 2016 Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016 Vol 13, No 1 (2015): Buletin Palawija Vol 13 No 1, 2015 No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015 No 28 (2014): Buletin Palawija No 28, 2014 No 27 (2014): Buletin Palawija No 27, 2014 No 26 (2013): Buletin Palawija No 26, 2013 No 25 (2013): Buletin Palawija No 25, 2012 No 24 (2012): Buletin Palawija No 24, 2012 No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012 No 22 (2011): Buletin Palawija No 22, 2011 No 21 (2011): Buletin Palawija No 21, 2011 No 20 (2010): Buletin Palawija No 20, 2010 No 19 (2010): Buletin Palawija No 19, 2010 No 18 (2009): Buletin Palawija No 18, 2010 No 17 (2009): Buletin Palawija No 17, 2009 No 16 (2008): Buletin Palawija No 16, 2008 No 15 (2008): Buletin Palawija No 15, 2008 No 14 (2007): Buletin Palawija No 14, 2007 No 13 (2007): Buletin Palawija No 13, 2007 No 12 (2006): Buletin Palawija No 12, 2006 No 11 (2006): Buletin Palawija No 11, 2006 No 10 (2005): Buletin Palawija No 10, 2005 No 9 (2005): Buletin Palawija No 9, 2005 No 7-8 (2004): Buletin Palawija No 7-8, 2004 No 5-6 (2003): Buletin Palawija No 5 & 6, 2003 No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002 No 3 (2002): Buletin Palawija No 3, 2002 No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001 No 1 (2001): Buletin Palawija No 1, 2001 More Issue