cover
Contact Name
Deflit Dujerslaim Lilo
Contact Email
deflitlilo@iakn-toraja.ac.id
Phone
+6281282027174
Journal Mail Official
admin@kamasean.iakn-toraja.ac.id
Editorial Address
Jalan Poros Makale - Makassar Km. 11,5, Kelurahan Rante Kalua', Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia (91871).
Location
Kab. tana toraja,
Sulawesi selatan
INDONESIA
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen
ISSN : 27228657     EISSN : 27228800     DOI : https://doi.org/10.34307/kamasean.v1i1
Core Subject : Religion,
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen, terbit dua kali setahun. Tim editorial menerima dan menerbitkan naskah hasil penelitian untuk kategori: 1. Teologi Multikultural 2. Teologi Biblika Kontekstual 3. Pembangunan Jemaat 4. Sejarah Kekristenan 5. Misi Gereja
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 2 (2021): Kamasean : Jurnal Teologi Kristen" : 5 Documents clear
Makna Kata τέλειος Dalam Injil Matius 5:48 Dan Implikasinya Bagi Orang Percaya Fajar Gumelar; Christopher James Luthy; Robi Panggarra; Hanny Frederik
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Vol. 2 No. 2 (2021): Kamasean : Jurnal Teologi Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.48 KB) | DOI: 10.34307/kamasean.v2i2.28

Abstract

Abstract: Matthew 5:17-48 is part of Jesus' Sermon on the Mount, where it is the deepest reflection of God's law which contrasts sharply with the patterns and teachings of the scribes and Pharisees. This passage concludes with Jesus' mandate to His followers to be perfect as their Father in heaven is perfect (5:48). The word perfect in this text is translated from the Greek word τέλειος which can actually be translated as perfect, complete or mature. The difference in interpretation of the meaning of the word τέλειος has led to several different thoughts and doctrines. In Matthew 5:48's research, the author uses general hermeneutic principles to find the meaning or meaning conveyed by the author to the first reader. This research used the critical historical interpretation method. In addition, the author also uses library research methods, by reading books, journals and investigating books related to the discussion of this scientific work. Based on the description of this scientific work, the authors draw the following conclusions: first, the meaning of the word τέλειος in Matthew 5:48 does not refer to a sinless perfect state, but rather to the meaning of completeness. Second, the example of life for believers is God himself, not others. Third, the command to be perfect like God is not an impossible thing for God's people to do. Fourth, completeness like God can only be experienced if humans have an intimate relationship with God. Fifth, Jesus calls His people to be complete in fellowship. Abstrak: Matius 5:17-48 merupakan bagian dari khotbah Yesus di bukit, dimana isinya merupakan refleksi terdalam terhadap hukum Allah yang sangat kontras dengan pola dan ajaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Perikop ini diakhiri dengan amanat Yesus kepada para pengikut-Nya untuk menjadi sempurna sebagaimana Bapa di surga adalah sempurna (5:48). Kata sempurna dalam teks ini diterjemahkan dari kata Yunani τέλειος yang sebenarnya bisa diterjemahkan sebagai sempurna, lengkap atau dewasa. Perbedaan tafsir akan makna kata τέλειος ini kemudian memunculkan beberapa pemikiran dan doktrin yang berbeda-beda. Dalam penelitian Matius 5:48 ini penulis menggunakan prinsip-prinsip umum hermeneutik guna mencari makna atau maksud yang disampaikan penulis kepada pembaca pertama. Metode tafsir yang digunakan adalah metode tafsir historis kritis. Selain itu penulis juga menggunakan metode penelitian kepustakaan atau library research, dengan membaca buku-buku, jurnal-jurnal dan menyelidiki kitab yang berkaitan dengan bahasan karya ilmiah ini. Berdasarkan hasil uraian dari karya ilmiah ini, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: pertama, makna kata τέλειος dalam Matius 5:48 tidak menunjuk pada keadaan sempurna yang tanpa dosa, melainkan pada arti kelengkapan. Kedua, keteladanan hidup bagi orang percaya adalah Allah sendiri, bukan orang lain. Ketiga, perintah untuk menjadi sempurna seperti Allah bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan umat Allah. Keempat, kelengkapan seperti Allah hanya dapat dialami jika manusia memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Kelima, Yesus memanggil umat-Nya untuk menjadi lengkap di dalam persekutuan.
Kurban Bagi Orang Toraja Dan Kurban Dalam Alkitab Ascteria Paya Rombe
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Vol. 2 No. 2 (2021): Kamasean : Jurnal Teologi Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.415 KB) | DOI: 10.34307/kamasean.v2i2.37

Abstract

Abstract: The author raises this title departs from concerns about the problems that occur in the life of the Toraja people, especially regarding the culture of mantunu. Outside criticism emphasizes the abuse of motivation in rituals, which results in large-scale slaughter of animals. Another impact is the increasing gambling in the tedong silaga arena (buffalo fighter) which is carried out before a series of Rambu Solo’ ceremonies are held. The author then reviews theologically-sociologically to answer this problem. After the authors conducted the research, the saroan group sociologically is one of the causes of the slaughter of largescale animals today, with various motivations in them. Even if the cause is covered or wrapped in the value of respect for parents. But in reality these values have begun to be displaced by social motivations, such as the demands of saroan, to maintain a good name, as an identity of wealth, and as a cultural habit for the Toraja people. Based on theological observations, the truth is that your mantunu is not against the Christian faith, as long as your family is not motivated by things that do not respect or obey God. Abstrak: Penulis mengangkat judul ini berangkat dari keprihatinan terhadap masalah yang terjadi dalam kehidupan orang Toraja, khususnya menyangkut budaya mantunu. Berbagai kritik dari luar menegaskan mengenai penyelewengan motivasi dalam ritual tersebut, yang mengakibatkan penyembelihan hewan yang berskala besar. Dampak lainnya ialah semakin meningkatnya perjudian di arena tedong silaga (kerbau petarung) yang dilakukan sebelum serangkaian upacara Rambu Solo’ dilaksanakan. Penulis kemudian meninjau secara teologis-sosiologis guna menjawab permasalahan ini. Setelah penulis melakukan penelitian, secara sosiologis kelompok saroan merupakan salah-satu penyebab penyembelihan hewan bersakala besar saat ini, dengan berbagai motivasi di dalamnya. Sekalipun penyebab tersebut ditutupi atau dibungkus dalam nilai penghormatan terhadap orang tua. Tetapi pada kenyataannya nilai tersebut mulai tergeserkan oleh motivasi-motivasi sosial, seperti tuntutan saroan, untuk mempertahankan nama baik, sebagai identitas kekayaan, dan sebagai adat kebudayaan bagi orang Toraja. Berdasarkan peninjauan teologis, maka sesungguhnya mantunu tidaklah bertentangan dengan iman Kristen, sejauh keluarga yang mantunu tidak dimotivasi oleh hal-hal yang tidak menghormati atau mentaati Allah. 
Teologi Mistik Pengharapan Bagi Sebuah Restorasi: Tafsir Yehezkiel 37:1-14 Martiyani; Iman Krisdayanti Halawa; Firman Panjaitan
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Vol. 2 No. 2 (2021): Kamasean : Jurnal Teologi Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.834 KB) | DOI: 10.34307/kamasean.v2i2.45

Abstract

Mystical Theology of Hope for a Restoration: The Interpretation of Ezekiel 37: 1-14. Various problems in the world have made humans live in suffering, especially when facing a pandemic which is still ongoing today. Humans need strength and certainty to face these difficult times in order to rise from adversity and experience restoration that is able to bring life into hope. This article examines efforts to cultivate hope theologically by describing a mystical theological view of hope in Ezekiel 37: 1-14. By using qualitative methods, especially through the approach of textual interpretation that examines the text to find the core of the news, the main message is found in the view of the mystical theology of the hope of the Prophet Ezekiel regarding the picture of Israel's recovery in exile, through Ezekiel's vision of the condition of dry bones scattered in the valley. The final findings of this article reveal that restoration from God is both a physical and a spiritual one that is represented by the act of God's Spirit awakening the dry bones. This event contains a bright hope for Israel, and for humans who believe, that life will be restored as long as humans are willing to keep themselves faithful as God's people. Abstrak: Teologi Mistik Pengharapan bagi Sebuah Restorasi: Tafsir Yehezkiel 37:1-14. Berbagai persoalan di dunia telah menjadikan manusia hidup di dalam penderitaan, terkhusus ketika menghadapi pandemi yang masih berlangsung saat sekarang. Manusia membutuhkan kekuatan dan kepastian untuk menghadapi masa-masa sulit ini guna bangkit dari keterpurukan penderitaan dan mengalami restorasi yang mampu mengantar kehidupan ke dalam pengharapan. Artikel ini mengupas upaya menumbuhkan pengharapan secara teologis dengan menjabarkan sebuah pandangan teologi mistik pengharapan dalam Yehezkiel 37:1-14. Dengan menggunakan metode kualitatif, khususnya melalui pendekatan tafsir tekstual yang meneliti teks untuk menemukan inti berita, ditemukan pesan utama dalam pandangan teologi mistik pengharapan Nabi Yehezkiel mengenai gambaran pemulihan Israel dalam pembuangan, melalui penglihatan Yehezkiel terhadap kondisi tulang-tulang kering yang berserakan di lembah. Temuan akhir dari artikel ini mengungkapkan bahwa pemulihan dari Allah merupakan pemulihan fisik dan sekaligus spiritual yang digambarkan melalui tindakan Roh Allah yang membangkitan tulang-tulang kering. Peristiwa ini berisi harapan yang cerah bagi Israel, dan manusia yang percaya, bahwa akan membuat pulih lagi kehidupan asalkan manusia mau tetap menjaga diri untuk setia sebagai umat kepunyaan Allah.  
Praksis Pastoral Terhadap Pelaut di Gereja Toraja Klasis Makale Selatan Martinus Esong
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Vol. 2 No. 2 (2021): Kamasean : Jurnal Teologi Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.605 KB) | DOI: 10.34307/kamasean.v2i2.57

Abstract

The aim to be achived in this paper is to analyze the relevant pastoral services (praxis) for the problems of seafares in the service area of the Southern  Makale Classics Toraja Church. In this paper, the approach method that i use is a qualitative approach. Qualitative research is research that intends or aims to understand the phenomena experienced by research subjects sich as perseptual behavior, motivation, action, etc., holistically, and by means of description in the form of words and language. In addition, the authors also use literature studies. Based on the results obtained from field research and literature riview, the author can conclude that basically the servants (counselors) understand their duties but they have not been able to prove it in the world of service specifically to seafarers (theoretical). This is what makes the image seafarer continue to be under the bad quotes and also experiencing such dire conditions. That is what makes sailors continue to live in deep inner wounds. Servants should make visits, contact seafarers who are far from family, regularly refer seamen, make no distinctions about seafarers and be trustworthy friends. These are the practical things that sailors desperately need. Abstrak: Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah hendak menganalis pelayanan pastoral (praksis) yang relevan bagi permasalahan pelaut dalam wilayah Pelayanan Gereja Toraja Klasis Makale Selatan. Dalam karya tulisan ini metode pendekatan yang penulis gunakan adalah metode pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud atau bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Selain itu penulis juga menggunakan studi literature atau kajian pustaka. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan dan kajian pustaka, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya para pelayan (konselor) paham akan tugasnya tetapi mereka belum mampu membuktikan hal itu dalam dunia pelayanan secara khusus kepada para pelaut (teoritis). Hal itulah yang mebuat citra pelaut terkesan terus berada  dalam tanda kutip buruk dan juga mengalami kondisi yang memprihatinkan. Hal itulah yang mebuat para pelaut terus hidup dalam luka batin yang mendalam. Para pelayan seharusnya melakukan perkunjungan, menghubungi para pelaut yang jauh dari kelaurga, rutin mendokan pelaut, tidak mebeda-bedakan pelaut dan menjadi sahabat yang dapat dipercaya. Itulah hal-hal praksis yang sangat dibutuhkan pelaut.
Aktualisasi Amanat Agung Yesus Melalui Tinjauan Historis Pertumbuhan Gereja Kristen Di Pulau Batam Ediman Jonson Manurung; Alvyn Hendriks; Stimson Hutagalung; Rolyana Ferinia
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Vol. 2 No. 2 (2021): Kamasean : Jurnal Teologi Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.307 KB) | DOI: 10.34307/kamasean.v2i2.72

Abstract

Batam Island has diverse social characteristics that are shown by many ethnicities, traditions, and religions. This diversity exists as a result of the population on this island is dominated by domestic migrants from all around Indonesia. In line with the expansion of industry in Batam, the island's population is rapidly increasing, which is accompanied by the establishment of various types of worship places.  Based on population growth, it is essential to examine the historical development of churches of all denominations as well as the establishment of worship places in other religions. The research method used in this writing is qualitative research method by conducting literature review related to church growth. The result of this historical review was, the growth of Christian churches in Batam is not as fast as the growth of mosques, but that does not mean it has decreased in number. They continue to grow and shift geographically in various ways. Clearly, Christianity has spread far from its historical origins and supports Jesus' great commission of making disciples of all nations, baptizing him, and teaching the gospel throughout the world. Abstrak: Pulau Batam merupakan wilayah dengan unsur masyarakat heterogen yang ditunjukkan dengan keberagaman suku, adat istiadat, serta agama yang dianut oleh masyarakat pulau Batam. Keberagaman ini terbentuk karena masyarakat di pulau Batam didominasi oleh pendatang yang berasal dari seluruh Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan industri di pulau Batam, maka pertumbuhan penduduk juga meningkat pesat dan diikuti juga bertumbuhnya berbagai macam rumah ibadah.  Berdasarkan latar belakang pertumbuhan penduduk tersebut, maka perlu dilakukan tinjauan historis perkembangan gereja dari semua denominasi dan juga berdirinya rumah ibadah agama -agama lainnya. Penulisan ini menggunakan metodologi kualitatif dengan melakukan penelitian kepustakaan atau kajian literatur yang berhubungan dengan pertumbuhan gereja. Hasil tinjauan historis ini adalah pertumbuhan gereja Kristen tidak sepesat pertumbuhan masjid tetapi bukan berarti berkurang dalam jumlah.  Mereka terus bertumbuh dan bergeser secara geografis dalam berbagai cara, Jelas agama Kristen telah menyebar jauh dari asal usul historisnya dan mendukung amanat agung Yesus yaitu menjadikan semua bangsa murid, membaptiskannya dan mengajar injil keseluruh dunia.

Page 1 of 1 | Total Record : 5