cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Gedung Graha Medika Lt. 1, Ruang 104
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Brawijaya
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 02169347     EISSN : 23380772     DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jkb
Core Subject : Health,
JKB contains articles from research that focus on basic medicine, clinical medicine, epidemiology, and preventive medicine (social medicine).
Articles 18 Documents
Search results for , issue "Vol 29, No. 3 (2017)" : 18 Documents clear
Nasopharyngeal Non Hodgkin Lymphoma Wardhani, Shinta Oktya; Kartikasari, Nanik Triana
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.15

Abstract

Non Hodgkin lymphomas (NHL) are tumors originating from lymphoid tissue, mainly from lymph nodes. These tumors may result from chromosomal translocation, infections, environmental factors, immunodeficiency states, and chronic inflammation. In general, the incidence of NHL is slightly higher in men than in women. The incidence of NHL nasopharynx is rare. A high degree of suspicion is required to avoid unnecessary radiologic and surgical procedures since NHL can be mistakenly diagnosed as carcinoma. We reported a 16 year old male patient with gradual epistaxis, hearing impairment, decreased body weight, and multiple nodules in right forehead, right axilla, right colli posterior, and left waist. The patient also suffered from inferior paraplegic extremities. The Head CT scan result showed carcinoma nasopharynx. After biopsy of nodules was done, it revealed differential diagnoses such as blastoma, Non Hodgkin lymphoma, and small cell carcinoma. Immunohistochemistry result showed Leucocyte Common Antigen (LCA) positive, and MRI thorax showed suspect of schwannoma. Based on the data, chemotherapy with regiment CHOP (cyclophosphamide, hydroxydaunorubicin, oncovin/vincristine, and prednisone) was given. The prognosis of NHL Nasopharynx was better than nasopharyngeal squamous cell carcinoma. The prognostic of NHL depends on the age, performance status, staging, extranodal involvement, serum Lactate Dehydrogenase (LDH) and response of therapy. The prognosis in our patient was poor.Keywords: Mass, Non Hodgkin Lymphoma, nasopharyngeal carcinoma, prognostic
Infeksi HIV Bersamaan dengan Systemic Lupus Erythematosus Sariningsih, Fajar; Suryana, Bagus Putu Putra; Ismanoe, Gatoet
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.14

Abstract

Munculnya Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan Human Immuno Deficiency Virus (HIV) yang terjadi secara bersamaan merupakan hal yang eksklusif. Tulisan ini melaporkan kasus HIV dan SLE yang terjadi bersamaan pada seorang wanita usia 50 tahun. Pasien mengalami keluhan yang mendukung adanya infeksi HIV dengan ditemukannya gejala diare kronis, penurunan berat badan, batuk-batuk, demam-demam, kelelahan badan, sariawan, nyeri sendi, dan allopesia. Pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosis HIV pada pasien ini adalah peningkatan LED, tes determinan yang reaktif, dan penurunan CD4+. Pasien juga menderita SLE yang ditunjukkan dengan ditemukannya gejala allopesia (kerontokan rambut), sariawan yang tidak nyeri, sering menderita sakit sendi-sendi, demam yang hilang timbul tanpa penyebab jelas, riwayat trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), penurunan berat badan. Hasil pemerikaan laboratorium immunologi yang mendukung diagnosis SLE adalah ANA test yang positif, ds DNA yang positif dan coombs test +2. Pemberian terapi antiretroviral dan chloroquin yang diberikan menunjukkan hasil perbaikan gambaran laboratorium dan gejala klinis pada bulan keempat pengobatan.Kata Kunci: Human Immuno Deficiency Virus (HIV), Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Pemberian Kombinasi 5FU-Leucovorin dengan Phaleria macrocarpa terhadap Proliferasi Sel dan Diameter Adenokarsinoma Kolon Tikus Sprague dawley Alwi, Luqman; Budijitno, Selamat; Basyar, Edwin
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.7

Abstract

Insidensi kanker kolon di seluruh dunia masih tinggi dan menjadi penyebab kematian terbanyak kategori penyakit tidak menular. Pembedahan tetap merupakan pilihan utama dengan modalitas lainnya berupa kemoterapi, radiasi dan imunoterapi seperti P. macrocarpa (Mahkota Dewa). Penelitian dilakukan dengan desain eksperimental laboratorik dengan desain post test only menggunakan tikus putih betina strain Sprague dawley dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok K (kontrol), P1 (kelompok kemoterapi), P2 (kelompok P. macrocarpa), dan P3 (Kelompok kombinasi). Tumor kolon diperoleh dengan induksi 1,2-DMH subkutan. Kemoterapi yang diberikan 5FU-Leucovorin sebanyak 6 siklus sesuai Rosswell Park Regiment. P. macrocarpa diberikan dengan dosis 0,495mg/hari (0,99mL/hari) per oral. Proliferasi sel dinilai dengan pengecatan IHC Ki-67 sedangkan diameter massa tumor diukur menggunakan caliper tumor. Proliferasi sel dan diameter massa tumor didapatkan rerata kelompok K, P1, P2, P3 berturut-turut 37,150±8,878, 28,567±12,531, 35,533±8,982, 22,567±3,445 dan 1,403±0,265, 1,135±0,154, 1,339±0,111, 1,074±0,164. Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada proliferasi sel antara kelompok K vs P3 (p=0,011), P2 vs P3 (p=0,022) dan pada diameter massa tumor antara kelompok K vs P1 (p=0,020), K vs P3 (p=0,005), P2 vs P3 (0,021). Analisis korelasi proliferasi sel dengan diameter massa tumor didapatkan korelasi tidak bermakna (p=0,405). P. macrocarpa mempunyai potensi sebagai imunostimulator yang dapat meningkatkan efektivitas kemoterapi 5FU-Leucovorin dalam hal penurunan proliferasi sel dan penurunan diameter adenokarsinoma kolon tikus Sprague dawley.Kata Kunci: Adenokarsinoma kolon, P. macrocarpa, proliferasi sel 
Manajemen Ruptur Septum Ventrikel Pasca Infark Miokard Akut di Rumah Sakit tanpa Fasilitas Bedah Wahjono, Andi; Anjarwani, Setyasih
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.16

Abstract

Ruptur septum ventrikel merupakan komplikasi mekanik yang sangat jarang terjadi pada pasien infark miokard akut (IMA) namun memiliki mortalitas yang tinggi. Sejak dimulainya era reperfusi modern, insiden ruptur septum ventrikel semakin menurun sampai dengan 0,2% kasus IMA. Dalam laporan kasus ini kami laporkan 2 pasien ruptur septum ventrikel pasca IMA. Pasien mendapatkan perawatan intensif dan terapi medikamentosa, selama dalam masa perawatan hemodinamik cenderung tidak stabil dan meninggal beberapa hari kemudian tanpa tindakan invasif karena keterbatasan fasilitas. Intra aortic counterpulsation balloon pump (IABP) dapat dipertimbangkan sebelum operasi sebagai bridging therapy. Operasi merupakan standar baku emas terapi dan bersama dengan Coronary Artery Bypass Graft (CABG) tanpa melihat status hemodinamik. Hasil yang optimal dapat dicapai pada 2-6 minggu pasca serangan akut namun demikian penutupan defek dengan transcatheter septal occluder dalam keadaan tertentu dapat dipertimbangkan. Kata Kunci: Infark miokard akut, operasi, ruptur septum ventrikel, transcatheter septal occluder
Pengaruh Ekstrak Propolis terhadap Apoptosis melalui Ekspresi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) pada Sel Otak Tikus Model Cedera Otak Traumatik Pramesti, Fathia Annis; Purnomo, Hari; Balafif, Farhad
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.5

Abstract

Cedera otak merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada semua kelompok umur. Selama cedera kepala terjadi reaksi kaskade inflamasi yang nantinya akan menyebabkan apoptosis dan nekrosis. Propolis memiliki aktivitas antiinflamasi yang kuat melalui peningkatan ekspresi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) yang akan berikatan dengan tyrosine kinase-B (trkB) yang akan menghambat apoptosis, sehingga propolis memiliki potensi sebagai alternatif terapi dalam menurunkan apoptosis melalui peningkatan ekspresi BDNF pada cedera otak traumatik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian propolis dalam berbagai dosis pada ekspresi BDNF dan apoptosis di sel otak tikus Rattus norvegicus model traumatik. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu: kelompok model trauma dan diberi perlakuan propolis masing-masing dosis 50mg, 100mg, dan 200mg, kontrol positif dan kontrol negatif. Pada akhir penelitian, tikus dikorbankan dan dibuat preparat otak untuk menilai ekspresi BDNF dan apoptosis. Berdasarkan hasil analisa statistik, didapatkan hubungan yang signifikan antara ekspresi BDNF dan apoptosis sel otak tikus model traumatik dengan berbagai dosis propolis (p=0,001, r=0,955; p=0,000, r=0,904, korelasi Pearson). Penelitian ini membuktikan bahwa propolis berpengaruh dalam peningkatan ekspresi BDNF dan penurunan apoptosis di sel otak tikus model traumatik.Kata Kunci: Apoptosis, BDNF, cedera otak traumatik, propolis
Gambaran Skor Risiko Stroke Framingham, Obesitas, Dislipidemia, dan Hiperurisemia pada Penduduk Kecamatan Sekarbela Mataram Harahap, Herpan Syafii; Padauleng, Novrita; Rizki, Mohammad; Pintaningrum, Yusra; Indrayana, Yanna
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.814 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.11

Abstract

Stroke iskemik merupakan salah satu penyebab kecacatan dan kematian yang dapat dicegah. Kejadian stroke iskemik dapat diprediksi berdasarkan skor risiko stroke Framingham, serta faktor risiko lain seperti obesitas, dislipidemia, dan hiperurisemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil risiko stroke iskemik, obesitas, dislipidemia, dan hiperurisemia pada penduduk di Kecamatan Sekarbela Mataram. Sebanyak 115 subjek dilibatkan dalam penelitian potong lintang yang mengukur derajat risiko stroke iskemik dalam 10 tahun menurut Framingham, indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, serta rasio lingkar pinggang-panggul. Faktor risiko dislipidemia pada 84 subjek ditentukan berdasarkan kadar kolesterol total dan kolesterol HDL. Faktor risiko hiperurisemia pada 77 subjek ditentukan berdasarkan serta kadar asam urat serum. Hasil penelitian menunjukkan derajat risiko stroke iskemik tinggi dan sedang masing-masing sebesar 12,2% dan 13%. Subjek obese berdasarkan IMT, lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang-panggul masing-masing sebesar 14,78%, 37,39%, dan 9,57%. Subjek dengan kadar kolesterol total serum tinggi dan kolesterol HDL serum rendah didapatkan masing-masing sebesar 10,72%, dan 51,19%. Hiperurisemia didapatkan pada 46,75% subjek. Sebagai kesimpulan, penduduk di Kecamatan Sekarbela Mataram memiliki risiko stroke iskemik 10 tahun Framingham dan proporsi obesitas yang rendah, disertai dislipidemia dan hiperurisemia pada separuh penduduk. Kata Kunci: Dislipidemia, hiperurisemia, obesitas, skor risiko stroke Framingham
Hubungan Kadar Sistein, Kadar Interleukin (IL) -1 dan Lama Hari Rawat pada Anak Gizi Buruk Chabibi, Mochamad Chabibi; Puryatni, Anik -; Sujuti, Hidayat -
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.12

Abstract

Gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan utama di negara berkembang, dan melatar belakangi lebih dari 50% kematian. Pada gizi buruk terjadi penurunan protein maupun asam amino, salah satunya sistein, asam amino yang mengandung sulfur. Kekurangan sistein berkaitan dengan sistim kekebalan tubuh karena sistein merupakan unsur pembentuk gluthatione yang merupakan antioksidan. Tujuan penelitian untuk membuktikan bahwa pada anak gizi buruk, kadar sistein & IL-1β lebih rendah serta jumlah hari rawat lebih tinggi dibandingkan kontrol dan hubungan antara ketiga parameter tersebut. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional, pada 19 anak gizi buruk dan 19 kontrol, dengan mengukur kadar sistein, IL-1β dan hari rawat. Perbandingan kadar sistein, IL-1β dan hari rawat dianalisis menggunakan independent samples t-test. Korelasi antara kadar sistein, IL-1β dan hari rawat dianalisis menggunakan korelasi Pearson. Kadar sistein pada anak gizi buruk lebih rendah bermakna dibandingkan kontrol (3,493±1,015 vs 4,656±0,577ng/ml; p=0,000). IL-1β pada anak gizi buruk lebih rendah bermakna dibandingkan kontrol (52,66±9,95 vs 65,46±7,99)ng/mL; p=0,000). Lama hari rawat pada penderita gizi buruk lebih tinggi bermakna dibandingkan kontrol (21,89±10,31 vs 8,53±4,06)ng/L; p=0,000). Kadar sistein berkorelasi positif dengan kadar IL-1β (p=0,000; r=-0,961). Kadar sistein tidak berkorelasi dengan hari rawat (r=0,112;p=0,648). Kadar IL-1β tidak berkorelasi dengan hari rawat (r=-0,020; p=0,934). Pada anak dengan gizi buruk, kadar sistein dan IL-1β lebih rendah serta hari rawat lebih tinggi dibandingkan kontrol. Terdapat korelasi antara kadar sistein dengan IL-1β, tidak ada korelasi antara sistein dan IL-1β dengan hari rawat pada anak gizi buruk.Kata Kunci: Gizi buruk, interleukin-1β, hari rawat, sistein
Hubungan antara Imunoekspresi ER-α, ER-β, dan PR dengan Gradasipada Tumor Filodes Payudara Quzwain, Fairuz; Hernowo, Bethy Suryawati
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.10

Abstract

Berbeda dengan tumor dari unsur epitelial duktuli dan kelenjar payudara, penelitian tentang peranan hormonal pada tumor filodes masih menunjukkan hasil yang inkonsisten, sehingga patogenesis dan penatalaksanaan tumor ini dalam jalur hormonal masih kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara imunoekspresi faktor hormonal yaitu Estrogen Receptor Alpha (ER-α), Estrogen Receptor Beta (ER-β) dan Progesteron Receptor (PR) dengan gradasi tumor filodes payudara. Dilakukan penilaian histologi dan imunoekspresi pada parafin blok jaringan tumor filodes payudara di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP. Hasan Sadikin Bandung periode tahun 2011 sampai 2014. Subjek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok gradasi berdasarkan kriteria WHO tahun 2012 yaitu benign, borderline dan malignant. Didapatkan 62 kasus tumor filodes yang sebagian besar menunjukkan distribusi imunoekspresi ER- α>50 % yaitu pada kategori benign sebesar 35(87,5%). Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara imunoekspresi ER-α dengan gradasi histopatologis (p=0,001 r=-0,423), artinya nilai imunoekspresi ER-α yang tinggi justru banyak diekpresikan pada gradasi benign. Tidak ditemukan korelasi signifikan antara imunoekspresi ER-β dan PR dengan gradasi tumor filodes payudara pada penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai imunoekspresi ER-α maka gradasi tumor filodes semakin rendah. Kata Kunci: ER-α, ER-β, PR, gradasi, tumor filodes

Page 2 of 2 | Total Record : 18