cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Saraswati
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 24 Documents
Search results for , issue "Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi" : 24 Documents clear
TITIK TITIK TITIK Moch. Gigin Ginanjar
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.657

Abstract

Titik Titik Titik is a piece of music that inspired by “Three”. Consisting of “Three” number, “Three” pattern and triangle which found in daily life easily. Birth, life and death, the “Three” pattern, is a main theme of the composition. The meaning of Titik Titik Titik itself is an odyssey of life to reach the aim by stepping from a point to another point and then reach the last one.Composer had been through many creative process steps. Starting from exploration, improvisation, composing and then end with a performance. As the title itself, this piece of music consist of three parts. Its tempo and dynamics will trick the audience’s feeling. Titik Titik Titik tries to review the old discourse about gamelan which gets contemporary treatment without losing traditional patterns & forms and also the aesthetic values of gamelan itself. Nothing is change from gamelan, it is just need the new treatment by considering this era. Gamelan is a spirit, not an object, while the gamelan instrument is just a medium.
KREATIVITAS SAMBASUNDA DI BANDUNG: STUDI KASUS BAJIDOR KAHOT Wawan Kurniawan
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.658

Abstract

Keberadaan Sambasunda memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan sebagai objek penelitian tersendiri. Di tengah sulitnya generasi sekarang yang akan tertarik terhadap kesenian tradisi, kehadiran kesenian tradisi di tengah masyarakat Bandung yang hampir dilupakan dan mengalami transisi ke arah modern. Banyaknya bermunculan grup-grup musik  yang mengusung konsep grup Sambasunda sebagai arah utama kreativitasnya, menjadikan Sambasunda semakin dikenal di masyarakat Bandung. Kreativitas Sambasunda merupakan perkembanggan dari kesenian tradisi sebagai tumpuan berkreativitas, dalam kreativitas yang dilakukan oleh Sambasunda pada lagu Bajidor Kahot ini berbeda dengan grup-grup musik lainnya dikarenakan pada lagu Bajidor Kahot adanya campuran dua unsur elmen musik yang berbeda budayanya, yaitu memadukan Gamelan Bali dengan instrumen Sunda. Selain itu juga adanya tepak Kendang Jaipong gaya Jugala dan Bajidoran dengan menonjolkan gending Bali yang sangat khas yaitu teknik Ubit-ubitan. Stuktur pola lagu Bajidor Kahot secara keseluruhan merupakan bentuk transformasi dari lagu Tokecang dalam ketuk tilu.Keywords: Sambasunda, Creativity Bajidor Kahot
GOD I Kadek Dwi Santika
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.659

Abstract

Konsep tiga dalam ajaran agama Hindu memang sangat lekat dengan kehidupan masrayakat Bali. Salah satu dari konsep tersebut adalah tri murti. Tri murti merupakan tiga pewujudan utama Tuhan. Tri artinya tiga, murti berarti manifestasi, bentuk, wujud, atau inkarnasi. Setali dengan beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat dipahami pengertiantri murtisebagai tiga manifestasi atau tiga pewujudan, kekuatan, kemampuan, dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Pewujudan Tuhan sebagai tri murti,dalam tradisi Hindu di Bali khususnya dan umat Hindu di Indonesia pada umumnya diyakini mempunyai tiga wujud (sifat). Tiga wujud tersebut adalah Tuhan sebagai pencipta yang disebut Brahma, Tuhan sebagai pemelihara yang disebut Wisnu, dan Tuhan sebagai pelebur yang disebut Siwa. GOD sebagai judul komposisi musik etnis Nusantara di sini bukan diartikan sebagai Tuhan, melainkan merupakan singkatan dari bahasa Inggris yaitu generation: generasi atau keturunan (G), organization: tata kerja/aturan (O), dan destruction: pekerjaan yang menghancurkan/ merusak/ membinasakan; pengrusakan, pembongkaran (D). Singkatan tersebut dapat pula dipandang atau dianalogkan sebagai tri murti.Generation analog dengan Brahma, organization analog dengan Wisnu, dan destruction analog dengan Siwa. Sebagaimana telah penulis paparkan, konsep tiga yang membumi di tanah Bali (khususnya) telah menginspirasi, dan memotivasi ketersentuhan bathin penulis untuk menciptakan sebuah komposisi musik etnis Nusantara dengan bingkai tajuk ritual.Karya musik etnis ini memiliki tujuan mewujudkan sebuah karya musik sebagai proses perwujudan kreativitas. Karya ini juga bertujuan untuk melestarikan, mengembangkan, dan memperkenalkan nilai-nilai budaya. Tahap untuk mewujudkan ide-ide seni dalam proses penciptaan karya musik etnis ini menggunakan enam tahap. Tahapan tersebut mulai dari rangsang awal, inspirasi (pemunculan ide) eksplorasi, improvisasi, komposisi, dan penyajian.   Kata kunci: tri murti, GOD, ritual.
KONTINUITAS DAN PERUBAHAN KELOMPOK MUSIK RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA DI PEKANBARU RIAU ABRIANDY OKTOBERTHA
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.700

Abstract

Kelompok musik Riau Rhythm Chambers Indonesia merupakan sebuah kelompok musik yang konsisten menjadikan musik tradisi Melayu sebagai genre musik mereka. Riau Rhythm Chambers Indonesia lahir dan terbentuk di kota Pekanbaru pada tanggal 17 Juni tahun 2001. Tujuan didirikannya kelompok musik ini adalah untuk mengembangkan musik tradisi Melayu, serta sebagai wadah bagi generasi muda untuk turut serta dalam upaya-upaya mengembangkan seni tradisi, khususnya musik tradisi Melayu. Dalam proses perjalanannya, kelompok musik Riau Rhythm Chambers Indonesia telah mengalami kontinuitas yang meliputi warna musik, Penggunaan instrumen gambus Melayu, dan nuansa musik tradisi yang selalu ada dalam setiap fase perubahannya. Kelompok musik Riau Rhythm Chambers Indonesia juga mengalami perubahan.Perubahan tersebut meliputi perubahan konsep musik, formasi personil dan instrumen, serta perubahan aransemen dalam karya-karyanya. Perubahan yang terjadi pada tubuh kelompok musik Riau Rhythm Chambers Indonesia dibagi menjadi tiga fase. Pada fase pertama Riau Rhythm Chambers Indonesia hanya terdiri dari tiga orang personil yang bermain multi instrumen menggunakan konsep yang diberi namaethnotronica. Pada fase kedua, Riau Rhythm Chambers Indonesia merubah formatnya menjadi combo band dengan menggunakan konsep world music. Dan pada fase ketiga, Riau Rhythm Chambers Indonesia kembali melakukan perubahan pada formasi personil, instrumen dan format bermusik yang lebih cenderung kepada musik tradisi, hingga perubahan pada konsep musik yang diberi namaethno contempo. Perubahan yang terjadi pada kelompok musik Riau Rhythm Chambers Indonesia terdiri dari beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada kelompok musik Riau Rhythm Chambers Indonesia ditandai dengan adanya perubahan pada formasi personil, sehingga memicu terjadinya regenerasi di dalam tubuh kelompok musik Riau Rhythm Chambers Indonesia. Faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada kelompok musik Riau Rhythm Chambers Indonesia adalah faktor ekonomi sebagai penunjang keberlangsungan kelompok ini, serta semakin terbatasnya lahan sebagai media ekssistensi dari musik tradisi, khususnya seni musik tradisi Melayu.   Kata kunci: kontinuitas, perubahan, Riau Rhythm Chambers Indonesia.
Jogja Noise Bombing: Komunitas Experimental-Noise Di Jogjakarta Annamira Sophia Latuconsina 1010371015
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.808

Abstract

Jogja Noise Bombing: Komunitas Experimental-Noise di Jogjakarta merupakan karya tulis ilmiah yang membahas tentang bagaimana satu-satunya komunitas noise di kota Jogjakarta memaknai musik sehingga terjadi aksi-aksi yang dianggap mengganggu bagi sebagian masyarakat kota Jogja. Musik yang umumnya dikenal indah karena terdapat keteraturan nada-nada, irama, dan harmoni justru membuat komunitas ini jenuh akan hal tersebut karena keteraturan dari unsur-unsur tersebut justru membelenggu mereka dalam berkarya, sehingga mereka memutuskan untuk keluar jalur agar dapat lebih bebas berekspresi dalam membuat karya yakni lewat musiknya yang ber-genre experimental-noise. Berawal dari sekedar wacana untuk membuat sebuah acara spontan noise bombing yang akhirnya dapat terealisasikan pada awal tahun 2012, nama komunitas Jogja Noise Bombing semakin dikenal oleh forum-forum kesenian Jogjakarta hingga akhirnya mereka saling bekerja sama dalam membuat event-event musik yang kemudian membuat nama komunitas ini semakin berkembang dan eksis hingga ke luar kota bahkan luar negeri. Tidak hanya keluar dari patron-patron dalam musik konvensional, komunitas ini menggunakan noise sebagai ide pokok dalam pembuatan komposisinya. Noise yang umumnya dikenal sebagai suara bising yang mengganggu diolah menjadi musik dengan sumber-sumber suara yang musikal maupun non-musikal. Bebunyian absurd yang ditimbulkan dapat dimengerti dengan hadirnya tanda literal berupa judul sehingga maksud beserta maknanya dapat dipahami oleh para penonton yang mendengarkan karya-karya dari masing-masing grup dalam komunitas Jogja Noise BombingKata kunci : Jogja Noise Bombing, experimental-noise,
Relasi-Kuasa Dalam Dangdut (Studi Kasus Dangdut Sebagai Media Kampanye Politik) Aris Setyawan 1010373015
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.809

Abstract

Dangdut adalah salah satu musik yang paling populer dan paling digemari masyarakat Indonesia. Namun sejak tahun 70-an hingga sekarang dangdut tetap mendapatkan stigma sebagai musiknya rakyat atau musik kalangan menengah kebawah. Stigma yang melekat ini yang menjadikan dangdut kemudian dimanfaatkan oleh politisi maupun partai politik untuk menjadi media kampanye politik. Dangdut digunakan sebagai alat mobilisasi massa, untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang ke sebuah titik kemudian para politisi akan menyampaikan orasi politiknya. Penelitian ini bertujuan mencari deskripsi bagaimana relasi-kuasa yang terjadi dalam penggunaan musik dangdut sebagai media kampanye politik. Locus atau lokasi penelitian berada di Yogyakarta dengan focus sebuah grup dangdut bernama Gilas OBB yang disewa oleh salah satu parpol untuk bermain di kampanye terbuka mereka. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa ternyata relasi-kuasa yang terjadi dalam kasus ini persis seperti yang diungkapkan Michel Foucault bahwa kuasa berjalan dalam dua arah, setiap ada kuasa pasti ada perlawanan. Bahwa musik dangdut sebagai sebuah musik dengan bentuk yang sederhana dan mudah dipahami penikmatnya ternyata hanya sebatas sebuah alat mobilisasi massa dalam kampanye politik, tidak serta merta memengaruhi ideologi masyarakat. Ini terbukti saat kuasa (partai politik) mengadakan kampanye, masyarakat yang hadir dalam kampanye (para penikmat dangdut) tidak serta merta mengikuti ideologi partai dan menganggap musik dangdut yang dihadirkan sebatas sebagai hiburan. Begitu juga dengan Gilas OBB yang tidak serta merta mengikuti ideologi partai yang menyewanya, mereka melawan dengan menyatakan diri sebagai netral dan apatis. Kata kunci : dangdut,politik, relasi-kuasa
Embus Arita Bagja Pramudita 1010384015
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.810

Abstract

“Embus” merupakan persembahan sebuah komposisi musik etnis yang didedikasikan kepada sosok Ibu. Ibu yang selalu mendo’akan anaknya dengan cara menghembuskan nafas ke kepala anaknya dengan penuh cinta kasih. Dari hembusanya tersebut penulis percaya bahwa hembusannya adalah nafas kehidupan bagi anaknya. Nafas mempunyai kekuatan yang dahsyat, karena tanpa ada nafas kehidupan akan berhenti pula. Di mulai dari nafas ketika bayi dalam kandungan Ibu melalui plasenta. Ketika itulah nafas lahir melalui nafas cinta dan kasih sayang seorang Ibu. Nafas Ibu lah yang menjadikan awal kehidupan bagi sang bayi, hingga apa yang penulis rasakan dari kecil hingga dewasa ini tidak pernah lepas dari nafas atau hembusan nafas Ibu. Salah satu fenomena tentang nafas kehidupan adalah hal pertama dan juga terakhir. Dalam berbagai bahasa, satu kata yang sama bisa memiliki dua arti; bisa berarti nafas atau bisa juga berarti spirit. Ini merupakan petunjuk yang menarik bahwa nafas sangat dekat atau bahkan sama dengan spirit atau rohani kita. Bahkan pola bernafas sangat menggambarkan kondisi batin dan hati kita. Dari hembusan nafas ibu dan penulis percaya bahwa hembusan itu adalah nafas kehidupan menjadikan tema dalam komposisi musik etnis ini. Penyajian “Embus” menggunakan instrumen tiup (suling bambu), diantaranya suling Sunda dan Suling Bali sebagai gagasan awal. Gagasan awal tersebut dimusikalisasikan dengan beberapa idiom yaitu Sunda, Jawa, Bali.Kata kunci : embus, nafas, ibu
Identitas Musik Dalam Indie Label Studi Kasus Band White Shoes And The Couples Company Aurelia Marshal 1010374015
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.811

Abstract

Identitas merupakan suatu hal yang penting dimiliki seseorang atau kelompok. Melalui identitas seseorang atau kelompok mampu membedakan dirinya dari orang lain dan kelompok lain. Identitas ini ditunjukan melalui tanda-tanda yang mampu menandai seseorang atau kelompok sehingga mampu menunjukan siapa seseorang atau kelompok tersebut. Subyektifitas pun harus dihadirkan dalam proses pembentukan jati diri atau identitas tersebut. Identitas ini juga tentunya diperlukan bagi seorang pelaku pertunjukan, agar masyarakat mampu mengenali pelaku pertunjukan tersebut. Tanda-tanda yang ditawarkan oleh seorang pelaku pertunjukan ini, secara sadar atau tidak akan diikuti oleh masyarakat penikmatnya, dan tanda tersebut akhirnya mampu menjadi identitas fans atau kelompok yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok yang lain. White Shoes and The Couples Company yang memilih jalur indie sebagai proses pendistribusiannya mampu hadir dengan identitas dan subyektifitasnya dalam industri musik. Melalui konsep retro dan musik jazz/ pop/ funk yang mereka mainkan, White Shoes and The Couples Company mampu memberikan warna baru yang berbeda dalam dunia industri musik di tanah air. Melalui fashion retro yang ditawarkan, White Shoes and The Couples Company mampu menjadikan fansnya menjadi penonton aktif dalam performativitas. Musik jazz/ pop/ funk yang mereka mainkan pun mampu dikemas dengan konsep retro yang mereka usung sehingga mampu membedakan kelompok White Shoes and The Couples Company dengan kelompok musik yang lainKata kunci : identitas, indie label
“Yin - Yang” Darta Meilando 1010377015
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.812

Abstract

Komposisi musik Yin-Yang merupakan interpretasi dari konsep dualisme hakekat manusia, yakni mengenai jiwa-raga yang sangat berkaitan erat dengan tujuan hidup manusia. Kajian tentang hakekat hidup manusia memiliki perbedaan antara filsuf Barat dan Timur. Filsuf Barat memfokuskan hakekat jiwa pada rasio (pemikiran). Sementara pendapat filsuf Timur, hakekat jiwa terletak pada qolb. Hal tersebut dalam karya ini digunakan sebagai inspirasi. Dalam konsep diatas, manusia merupakan makhluk yang sempurna, dan didalam konsep dualisme Yin-Yang memiliki empat prinsip. Selanjutnya prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk mengeksplorasi mediom dan idiom musikal. Lebih lanjut, pemilihan berbagai model melodi, ritme, harmoni serta dinamika dilakukan. Hal terakhir yang dilakukan ialah menentukan bentuk-bentuk musik yang sesuai dengan komposisi musik yang berjudul Yin-Yang ini. Setelah mengaplikasikan konsep ke dalam komposisi musik, diketahui bahwa di dalam kehidupan musik tidak kalah kompleksnya dengan berbagai unsur yang terdapat dalam diri manusiaKata kunci : dualisme, yin-yang, prinsip
Nol Leo Pradana Putra 1010395015
Saraswati Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.813

Abstract

Nol merupakan sebuah komposisi musik etnis yang bersumber dari angka yang ada di dalam kalkulator. Ide ini berkembang menjadi sebuah proses perjalanan kehidupan seorang manusia. Memulai kehidupannya dari nol untuk mencapai nilai yang tertinggi, dan pada akhirnya seorang manusia tersebut akan mengalami nol kembali. Sebuah proses sirkulasi kehidupan manusia menuju ketiadaannya kembali. Secara proses, kelahiran manusia berawal dari bayi kemudian menjadi kanak-kanak, remaja, tumbuh dewasa, tua kemudian mati. Disepanjang perjalanan tersebut, manusia terus berproses dan menemukan makna hidup dibalik perjalanannya menuju kematian agar tidak sia-sia. Komposisi Nol diawali dengan tabuhan gong sebanyak sembilan bar yang menandakan seorang ibu yang mengandung janin. Untuk mencapai sebuah kelahiran janin tersebut, sang ibu menunggu waktu sembilan bulan. Hal tersebut disimbolkan dengan sembilan bar pada komposisi ini. Penulis menggambarkan sebuah ketiadaan, ada, dan akan kembali tiada dalam komposisi ini. Hal tersebut dimusikalisasikan dengan berbagai instrumen etnis Nusantara seperti cak, biola, contrabass, rekorder, hulusi, bedug, cymbal, cowbell, triangle, dan gong, dengan menggabungkan bentuk skema lancaran Jawa dan bentuk tradisi dambus Bangka, melalui proses eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan, sehingga tercipta komposisi baruKata kunci : sirkulasi kehidupan, lancaran, dambus

Page 1 of 3 | Total Record : 24