cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
E-Journal Graduate
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Economy,
Jurnal elektronik pada Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan media bagi mahasiswa untuk mempublikasikan karya ilmiah hasil penelitian maupun karya pemikiran lainnya.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur" : 15 Documents clear
TRANSFORMASI DAN TIPOLOGI BANGUNAN INDO-EUROPEESCHEN ARCHITECTUUR STIJL KAWASAN BRAGA BANDUNG Santoni Santoni
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan Braga merupakan pusat perbelanjaan atau gaya hidup orang Eropa di Hindia Belanda pada tahun 1920-an. Bangunan-bangunan di kawasan Braga termasuk ke dalam Indo-Europeeschen Architectuur Stijl yaitu penggabungan gaya arsitektur Eropa dengan Indonesia. Setelah kemerdekaan kawasan Braga mengalami banyak perubahan dikarenakan belum adanya kesadaran terhadap pelestarian bangunan sebagai peninggalan sejarah. Belum adanya peraturan yang mengatur mengenai sejauh mana perubahan yang boleh dilakukan pada bangunan di kawasan Braga mengakibatkan terjadinya perubahan pada tipologi bangunan Indo-Europeeschen Architectuur Stijl yang ada di Braga. Penelitian ini memfokuskan pada perubahan dan juga pengelompokan bangunan yang ada di Braga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dasar dari tipologi bangunan Indo-Europeeschen Architectuur Stijl dengan melihat pola perubahan yang terjadi pada bangunan di kawasan Braga. Teori yang digunakan dalam menganalisis kawasan Braga ialah teori Andre Loeckx dan Markus Zahnd dalam membahas kawasan melalui morfologi dan tipologi bangunan. Perubahan yang terjadi di kawasan Braga beragam, dari perubahan dalam rangka mengembalikan ke bentuk semula hingga melahirkan bentuk yang sama sekali baru di Braga. Tipologi bangunan Indo-Europeeschen Architectuur Stijl yang ada di Braga ialah bangunan seri atau ganda dengan ketinggian dua lantai dengan kesatuan atap dan kesinambungan elemen visual pada tampak bangunan. Manfaat dari penelitian ini bertujuan untuk menghindari adanya perubahan pada bangunan yang terlalu jauh dari bentuk dasar tipologi bangunan di kawasan Braga Bandung.Kata Kunci : Transformasi, Tipologi
KONSEP RUANG DALAM DAN RUANG LUAR ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU ATONI DI KAMPUNG TAMKESI DI PULAU TIMOR reginaldo christophori lake
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.749 KB)

Abstract

Abstrak :Penelitian ini berfokus pada konsep ruang arsitektur tradisional. Konsep ini diyakini akandapat melahirkan teori-teori lokal untuk kontribusi pada perancangan yang dapat bertahan dalamkurun waktu yang cukup lama atau dengan kata lain adalah dapat berkelanjutan. Penelitian inimenganalisis hasil karya arsitektur (permukiman) tradisional yang telah berumur lebih dari seratustahun tetapi masih tetap dapat dikatakan permukiman yang mempunyai nilai arsitektur tinggisampai sekarang. Alat baca yang digunakan berlandaskan pada elaborasi paradigma fenomenologi-Schulz dan teori ordering principles-Salura. Tujuan penelitian adalah menghasilkan pemahamanmendalam (verstehen) tentang budaya bermukim di kalangan suku Atoni di kampung adatTamkesi dan menemukan konsep serta relasi ruang dalam dan ruang luar arsitektur permukimantradisional mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi lingkungan sekitar, tapak, bentuk,sosok, dan siklus alam-budaya dipegaruhi oleh konsep hirarki atas-bawah serta adanya pengikat(datum) yang didukung oleh konsep spesifik, yaitu (1) tata suku-tata gender, (2) persaudaraanetnis, (3) ketaatan tradisi, simbol budaya, spiritual, dan (4) konsep menyatu dengan alam. Konseptersebutlah yang membuat arsitektur permukiman adat Tamkesi dapat terus bertahan sampai saatini.Kata Kunci: Permukiman Tradisional Suku Atoni, dan Arsitektur Tradisional Tamkesi Abstract :This research focuses on the concept of the traditional architectural space. The concept isassured to convey local theories for the contribution of an enduring planning which stays for a longperiod in other words; sustainable. This research will analyze the outcome of a hundredth yearstraditional architecture (settlement) which is said comprises a high architecure‟s value even untillnow. The measurement used will be based on the paradigm elaboration of Schulz phenomenologyand Salura Ordering Principles Theory. However the purpose of this research is to create a deepcomprehension (verstehen) about the culture of adaptation in Atony tribe community at TamkesiVillage and to find the concept along with the relation between interior and exterior of theirtraditional settlement architecture. So the result showed that the enviroment relationship, siting,form, figure, and the cycles of nature-culture influenced by the concept of top-down hierarchy andthe presence of a binder (datum) which supported by specific concept: (1) governance-governancetribes of gender, (2) ethnic fraternity, (3) obidience traditions, cultural symbol, spiritual, and (4)the fused-with-nature concept. In short, this concept will makes the custom settlement architectureof Tamkesi Village can continue to survive untill today.Keywords: Traditional Settlement Atoni Tribe, and Traditional Architecture of TamkesiKampong
KELELUASAAN RUANG PADA UNIT APARTEMEN Gabriela Harianto
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1466.153 KB)

Abstract

AbstrakSemakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, semakin tinggi pula keinginan yang menjadi kebutuhan. Setelah terpenuhinya kebutuhan dasar hunian dalam unit apartemen sebagai hunian, masyarakat yang memiliki kemampuan lebih akan menuntut ruang yang lebih mengakomodasi “kebutuhan” -nya. Apartemen adalah hunian yang sangat mementingkan efisiensi spasial. Perancangan unit apartemen yang mengakomodasi seluruh aktivitas hunian dan memiliki keleluasaan ruang adalah unit apartemen dengan perancangan yang memenuhi luas ruang gerak minimal per jiwa dan memiliki luas toleransi yang juga memperhitungkan aktivitas dan juga dimensi perabot yang ada di dalamnya. Unit hunian dibuat dengan partisi seminimal mungkin di dalam unit apartemen. Sehingga dapat memanfaatkan ruang semaksimal mungkin. Menghubungkan ruang dalam dan ruang luar sehingga memungkinkan penghuni untuk berinteraksi dengan ruang luar meskipun di dalam unit hunian masing-masing. Penataan perabot yang tepat, sesuai dengan zona dan kebutuhannya. Penciptaan kesan spasial baik secara horisontal maupun vertikal dengan dimensi yang proporsional.Dengan menerapkan pedoman perancangan yang telah dirumuskan, diharapkan keleluasaan pada unit apartemen dapat tercapai.Kata kunci: keleluasaan, ruang, unit apartemen AbstractThe higher someone’s economic level, the higher wants that become needs as well. After fulfill the basic needs of shelter in an apartment unit as residential, people who hasbetterfinancial capabilities will require more space to accommodate their "needs". Apartment is strictly concern about spatial efficiency. Apartmentunit, which designed to accommodate all of residential activities and having a spacious impression,is unit apartment with spacious design that meets the minimum space per capita and has a space of tolerance that also includes the activity and the furniture dimensions in it. Minimizing the interior partition. Then the space can be functionalized as much as possible. Connecting interior and exterior spaces that allow occupants to interact with the outside space though in each unit. Design and order the right furniture that fits to the zone and its needs. Creating spatial impression both horizontally and vertically with good proportion of dimensions.By applying the design guidelines that have been formulated, the expected spaciousness of the apartment units can be achieved.Keywords: spacious, space, apartment unit
Wujud Akulturasi Sebagai Pembentuk Identitas Arsitektur Nusa Tenggara Timur Jeni Messakh
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.514 KB)

Abstract

Arsitektur merupakan bentuk kebudayaan yang paling rentan berubah dimana modernisasi dan globalisasi demikian kuat mempengaruhi kehidupan manusia. Keprihatinan itu muncul ketika arsitektur tradisional mendapat tekanan ketika harus hadir bersama arsitektur modern dalam proses Akulturasi. Fenomena ini menjadi perhatian karena keprihatinan dan nilai budaya lokal juga menjadi terabaikan karena pengaruh arsitektur modern.  Studi ini mengungkap tentang akulturasi arsitektur yang terjadi pada Kantor Walikota Kupang, dengan melihat elemen – elemen arsitektur  pada Kantor walikota Kupang dan sejauh mana makna nilai-nilai lokal tetap terjaga. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah kualitatif deskriptif dan menghasilkan interpretasi, dengan mengacu pada bukti empiris dilapangan. Berpijak pada akulturasi  untuk melihat transformasi, dan relasi fungsi bentuk makna pada Gedung kantor walikota Kupang. Hasil studi ini memperlihatkan bagaimana  melihat akulturasi yang terjadi  dalam relasi fungsi bentuk makna, sehingga nilai-nilai makna budaya masih tetap dijaga sebagai salah satu upaya pelestarian aristektur tradisional budaya NTT khususnya di Kota Kupang. Kata Kunci: Kebudayaan, Akulturasi, arsitektur, Modern, lokal
PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN DAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP BENTUK DAN DIMENSI FILTER PADA FASAD BANGUNAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Marunda, Cilincing, Jakarta) Sally Septania Napitupulu
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.754 KB)

Abstract

AbstrakPembangunan rumah susun merupakan respon terhadap kebutuhan rumah bagi daerah-daerah yang memiliki permasalahan kurangnya ketersediaan lahan hunian. Rumah susun menjadi alternatif pilihan untuk penyediaan hunian karena merupakan pilihan yang ideal bagi daerah-daerah yang sedang berkembang. Pada dasarnya pembangunan rumah susun memiliki permasalahan yang sama yaitu mengesampingkan kondisi alam sekitar dan hanya berdasarkan dengan kemudahan perancangan antar lokasinya.Suhu thermal dalam ruang merupakan satu hal yang tidak dapat di anggap sepele untuk memaksimalkan kenyamanan penghuni saat beraktivitas. Dan salah satu faktor yang mempengaruhi kenyaman suhu termal ini adalah besaran kecepatan angin pada lokasi pembangunan rumah susun itu sendiri dan bentuk fasad bangunan tersebut.Dengan adanya permasalahan kenyamanan penghuni pada rumah susun dan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, saat ini pada bangunan tinggi telah digunakan pereduksi pengaruh alam terhadap bangunan yang disebut sebagai double layer yang merupakan fasad kedua pada bangunan yang berfungsi sebagai penyaring panas dan kecepatan angin dan juga digunakan sebagai estetika bangunan. Dengan menggunakan double layer fasad, kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan dapat tereduksi hingga 50% sehingga kenyaman di dalam ruangan akan lebih terjaga dibandingkan dengan bangunan tingkat tinggi yang tidak menggunakan double layer fasad.Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem arsitektur dan sistem lingkungan, yang dikhususkan pada bentuk fasad dan kecepatan angin sehingga dapat diketahui efektifitas double layer fasad serta pengaruhnya terhadap penangan besaran kecepatan angin dan besaran suhu ruang pada rumah susun sederhana.Kata Kunci : Double layer, rumah susun, kenyamanan termalAbstractPublic housing development is a response to the housing needs for those areas that have a lack of sufficient housing land availability. Rumah susun to be an alternative option for the provision of shelter as an ideal choice for areas that are being developed. Basically the construction of flats have the same problem, namely the exclusion of the natural conditions around and just based on the design of inter-location with ease.Thermal temperature in the room is the one thing that can not be considered trivial to maximize occupant comfort during activity. And one of the factors that influence the thermal comfort temperature is the magnitude of the wind speed at the location of the apartment building itself and the shape of the building facades.With the problems in the comfort of the occupants of the apartment and with the development of science and technology, currently used in high-rise buildings have a reducing effect on the nature of the building is referred to as a double layer which is second on the facade of the building which serves as a heat filter and wind speed and also used as the aesthetics of the building. By using a double-layer facade, wind speed into the room can be reduced by up to 50% so that the comfort in the room will be more awake than the high-level building that does not use double-layer facade.This research was conducted with the system approach and system architecture environment, which is devoted to the shape of the facade and the wind velocity so as to know the effectiveness of the double-layer facade and its influence on the wind speed and the amount of handling massive room temperature in a simple apartment.Keywords : Double layer, rumah susun, thermal comfort
Konservasi Arsitektur Indies Pada Rumah Abu Di Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang Suzzana Winda Artha
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.265 KB)

Abstract

AbstrakAktivitas konservasi merupakan aktivitas multi displin. Semakin beragam tinjauan bidang keahlian akan menghasilkan solusi yang berimbang. Sebelum arsitek mulai bekerja, nilai sebuah bangunan bersejarah baik yang eksplisit maupun implisit harus dipahami dan diberi urutan prioritas sesuai yang sudah disepakati. Kegiatan konservasi memiliki hubungan dengan arsitektur karena proses konservasi tersebut bertujuan untuk memperpanjang umur dari bangunan arsitektur. Dengan demikian bangunan dapat digunakan baik pada masa sekarang maupun di waktu yang akan datang. Ada banyak praktik untuk menjaga dan memelihara warisan arsitektur yang ada di Indonesia, khususnya di Palembang. Praktik konservasi di banyak warisan bangunan di Palembang dengan digunakan sebagai kantor maupun museum. Hanya saja, praktik konservasi bangunan semacam itu tidak memperhatikan kapasitas, fungsi dan arsitektur asli bangunan itu. Praktik-praktik seperti ini justru mematikan nilai arsitektur bangunan tersebut. Oleh karena itu, dalam hal mengkonservasi bangunan bersejarah harus mencari nilai-nilai penting dan mendasar dari bangunan tersebut. Upaya konservasi bangunan bersejarah harus diarahkan agar sedapat mungkin fungsi bangunan tersebut tidak berubah. Dalam pelaksanaannya pemerintah daerah dan masyarakat setempat wajib ikut mendukung dan melaksanakan konservasi agar warisan bangunan tetap utuh dan juga dapat menjadi objek wisata baik bagi masyarakat lokal maupun internasional.Penelitian ini berusaha menggali nilai-nilai bangunan bersejarah yang mendasar dari sudut pandang konservasi pada bangunan Rumah Abu - tempat menyimpan abu jenazah- di Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang.Kata Kunci: arsitektur, konservasi, sejarah, warisan AbstractConservation activities is a multi-disciplinary activity. The more diverse a review areas of expertise will produce a balanced solution. Before architects started work, the value of a historic building either explicitly or implicitly to be understood and given appropriate priority order agreed. Conservation activities have a relationship with architecture because of the conservation process aims to extend the life of the building architecture. Thus the building can be used either in the present or in the future. There are many practices to maintain and preserve the architectural heritage in Indonesia, particularly in Palembang. Conservation practices in many heritage buildings in Palembang used as an office or a museum. Unfortunately, the practice of building conservation does not pay attention to that kind of capacity, functionality and architecture of the original building. Practices like this would turn off the architectural value of the building. Therefore, in terms of the conservation of historic buildings should look for values and the fundamental importance of the building. Historic building conservation efforts should be directed as much as possible in order not to change the function of the building. In practice, governments and local communities should support and implement the conservation of heritage buildings that remain intact and can also become a tourist attraction for both local and international communities.This research tries to explore the values underlying the historic buildings from the viewpoint of conservation on Rumah Abu -home place to store ashes- in Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang.Keywords: architecture, conservation, history, heritage
Citra Gerbang Pada Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin 2, Palembang Steven Christian
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.012 KB)

Abstract

AbstrakBandara merupakan sebuah sarana transportasi udara yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan yang lain, baik itu antar provinsi maupun antar negara. Oleh karena bandara merupakan sebuah gerbang transportasi yang penting maka bandara perlu menunjukan citranya sebagai gerbang daerah. Gerbang dalam fungsinya dapat terbagi menjadi gerbang kontekstual dan gerbang fungsional. Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin 2 sebagai bandara internasional yang berada di provinsi yang memiliki aspek lokal yang kuat maka pada tulisan ini akan ditelaah lebih dalam bagaimana aspek lokal Palembang membentuk citra gerbang. Metode yang digunakan adalah dengan metode deskriptif eksploratif pada elemen-elemen pembentuk bandara internasional Sultan Mahmud Badaruddin 2 untuk menemukan nilai positif dan negatif dalam pembentukan citra gerbang. Dengan penelitian ini diharapkan ditemukan aspek-aspek yang mempengaruhi citra gerbang pada bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2 yang dapat dijadikan masukan desain.Kata kunci: Citra Gerbang, Bandara Internasional Sultan Mahmud   Badaruddin 2,     Palembang,  Aspek Lokal. Abstract Airport is an air transport facility which connecting one region with the other province or even states. Because an airport is a transportation gate, its important to show the image as gate of that region. Gate in function classified as contextual gate and functional gate. Sultan Mahmud Badaruddin 2 international airport is located in a province which have strong local aspect, so in this research will be investigate how local aspect of Palembang can create image as a gate. Descriptive explorative method will be used in elements of Sultan Mahmud Badaruddin 2 International Airport to find positive and negative value in creating gate image. This research is expexted to find all the aspect which effect gate image at Sultan Mahmud Badaruddin 2 Iinternational Airport so that aspect can be use as design suggestion.Keyword: Gate Image, Sultan Mahmud Badaruddin 2 International Airport, Palembang, Local Aspect.
PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR INFILL PADA BANGUNAN MUSEUM DALAM KAWASAN HERITAGE DI BANJARMASIN I Made Yuridha Wirawan
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.856 KB)

Abstract

AbstrakPerubahan dan perkembangan yang terjadi diperkotaan saat ini sudah tidak terbendung lagi. Berbagai keinginan dan kebutuhan masyarakat untuk menuntut fasilitas-fasilitas baru  seringkali tidak memperhatikan keberadaan bangunan-bangunan bersejarah disekitarnya, sehingga merusak citra kawasan yang telah terbentuk. Fenomena ini juga terjadi di kota Banjarmasin yang mengalami pertumbuhan dengan pesat, dalam kasus ini bangunan bersejarah rumah tradisional yang menjadi museum di kawasan museum Wasaka. Berbagai aktifitas dan benda-benda bersejarah sudah tidak dapat tertampung lagi karena keterbatasan ruang, oleh karena itulah fungsi museum Wasaka perlu ditambahkan dan diperluas dengan penambahan bangunan baru.Museum Wasaka yang akan ditambahkan fungsi-fungsi bangunan baru, memiliki kekhawatiran bangunan baru tersebut tidak hadir dengan harmonis diantara kawasannya.  Dengan kondisi tersebut maka diperlukanlah sebuah pedoman untuk menyisipkan bangunan baru terhadap konteksnya yang bersejarah.Untungnya beberapa pembangunan belakangan ini ada usaha untuk penggunaan konsep infill sebagai  acuan untuk menyisipkan bangunan baru pada kawasan bersejarah, sebagai contoh bangunan Memorial Park Soekarno, Blitar dan Museum Nasional, Jakarta. Kedua bangunan tersebut dikatakan memiliki aspek-aspek kontekstual dalam penyisipan bangunan barunya. Meskipun keduanya menggunakan konsep infill, Namun terdapat beberapa perbedaan dan persamaan konsep kedua bangunan ini, sehingga dilakukan penelitian yang lebih detil untuk mengetahui konsep infill apa saja yang digunakan dalam menyisipkan bangunan baru ke kawasan bersejarah.Hasil analisa kemudian akan dijadikan sebuah pedoman desain untuk menghadirkan bangunan baru  pada kawasan Museum Wasaka di Banjarmasin . Diharapkan dengan adanya bangunan baru tersebut dapat menambah nilai dari citra kawasan yang telah ada.Kata kunci : arsitektur infill, museum, kawasan bersejarah, Banjarmasin AbstractThe chances and developments in some city today is unstoppable. Wishes and needs from the people from that city often ignore the existence of surroundings historic building or heritage. Those (new building) can destroy architecture characteristic of its quarters.This Condition also can be discovered in rapidly growing Banjarmasin, particulary concerning the context of traditional building  heritage in Wasaka Museum. Various of social and cultural activities and historic object could no longer be accomodated because of its limited space. According to that, the existing building need to be added and expanded with a new building.The Wasaka Museum will be added with some new functions of the new building, The new building has a concern not present with the harmony between the surroundings. Based on that conditions, it required a guideline to a new building to heritage areas.Fortunately some recent development have been some effort made in order to use infill architecture as a reference to insert a new building to heritage area, the examples of such case area the Memorial Park Soekarno in Blitar and National Museum in Jakarta.  Both buildings have a contextualism values of the insertion the new buildings. Although both building use a infill concept. There are several difference and similirarities of the two concepts of this building, and detailed research have been done in order to examine the infill concepts in the designs of both buildings. The results of analysis from case study will be used as a guidelines for the design of new building in Wasaka Museum Banjarmasin. Hopefully with the new buidling can add another value of existing image that already existed. Keywords : infill architecture, museum, heritage,  Banjarmasin    
EVALUASI PERWUJUDAN PLACE ATTACHMENT PADA KAWASAN TEPI AIR BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG Mas Muhammad Hizbullah Sesunan
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.667 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berfokus pada faktor-faktor keterikatan tempat/place attachment (hubungan tempat dengan manusia) yang terwujud pada ruang terbuka publik di kawasan tepi air perkotaan, dengan mengambil obyek studi plaza (lapangan) Benteng Kuto Besak di Palembang. Dari penelitian ini diharapkan dapat terbentuk pemahaman tentang perwujudan prinsip-prinsip keterikatan tempat pada ruang terbuka publik, yang dapat menjadi kerangka dasar pengembangan ruang terbuka publik pada kawasan tepi air perkotaan di Indonesia. Ini merupakan  penelitian deskriptif kualitatif, dan beberapa teori rancang kota digunakan untuk mendapatkan kerangka konseptual pembentuk keterikatan tempat seperti place attachment, responsive environments, dan townscape. Dari hasil studi, didapatkan tiga buah dimensi utama terbentuknya sebuah keterikatan tempat yaitu faktor manusia/human factor, gubahan fisik/physical setting dan aktivitas/activities, dengan prinsipnya masing-masing. Kerangka konseptual ini kemudian dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi obyek studi. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa mayoritas prinsip-prinsip tersebut telah terwujud di dalam plaza Benteng Kuto Besak, sehingga hasilnya pengunjung kawasan memiliki keterikatan dengan kawasan dan selalu ingin kembali ke kawasan ini, suatu indikasi keberhasilan sebuah ruang terbuka publik. Kata kunci: tempat, keterikatan tempat, makna tempat, kawasan tepi air perkotaan, ruang terbuka publik  ABSTRACTThis reasearch focusing on the manifestation of place attachment (people-place relationship) on public open space at the urban waterfront area, and focusing the research on Kuto Besak fortress in Palembang as an object. The goal of this  research is to get a better understanding of the manifestation of place attachment on public open space, which also can be used as a conceptual framework for developing an urban waterfront in Indonesia. This is a descriptive qualitative research, and some urban design theories were used to conceptualized a framework of place attachment, such as place attachment, responsive environments, and townscape.  From the study, there are three major dimensions that build a place attachment: human factor, physical setting and activities, along with their priciples. This framework, then used to evaluate the research object. As the result, most of these principles have become manifestated at the plaza of Kuto Besak fortress, so as the result, visitors having an attachment to the area and always wanted to visit the area over and over, and this is an indication of a public open space that works. Keywords: place, place attachment, sense of place, urban waterfront, public open space
KAJIAN MENGENAI KESESUAIAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL MENJADI PUSAT PERBELANJAAN Raymond Sudjono
E-Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 2 (2014): Part D - Architectur
Publisher : E-Journal Graduate Unpar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.294 KB)

Abstract

PD. Pasar Bermartabat sedang melakukan program revitalisasi pasar tradisional di Kota Bandung dengan menambahkan fungsi pasar modern diatas fungsi pasar tradisional di dalam sebuah pusat perbelanjaan. Ada beberapa yang berhasil, namun ada yang gagal atau tidak berjalan dengan baik. Objek penelitian yang dipilih merupakan pasar tradisional kelas 1 (satu) yang direvitalisasi dan telah beroperasi, yaitu Pasar Baru Trade Center dan Bandung Trade Mall. Penelitian berfokus pada aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan revitalisasi pasar tradisional. Aspek tersebut antara lain konsep penggabungan pasar tradisional dan pasar modern, alur aktivitas, penataan ruang, ekonomi bangunan, dan kondisi bangunan.  Kelima aspek tersebut dijabarkan dan dianalisis untuk ditemukan kelebihan dan kekurangan dari setiap objek studi, sehingga didapatkan pedoman dalam merevitalisasi pasar tradisional menjadi pusat perbelanjaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa revitalisasi akan berhasil apabila antara fungsi pasar tradisional dan fungsi pasar modern memiliki kesetaraan pada kelima aspek tersebut.Kata kunci : revitalisasi, pasar tradisional, pasar modern, dan  pusat perbelanjaan

Page 1 of 2 | Total Record : 15