cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017" : 9 Documents clear
KAJIAN USAHATANI BAWANG MERAH DENGAN PAKET TEKNOLOGI GOOD AGRICULTURE PRACTICES Sortha Simatupang; Tumpal Sipahutar; Andriko Noto Sutanto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n1.2017.p13-24

Abstract

Shallot Farming With Good Agriculture Practices Technology Package. The productivity of shallot at the farmer level in Dolok Silau Sub district, North Sumatera Province is still low that is 4-5.25 ton/ha. The area of shallot cultivation in North Sumatra continues to decrease, because the selling price of tubers often harms the farmers. This study aimed to determine the increase shallot productivity using Good Agriculture Practices (GAP) technology package. This assessment was an adaptive research in a farming system perspective with On Farm Client Oriented Adaptive Research (OFCOAR) approach. The assessment was carried out in three farmer groups in Sarang Padang Village, Dolok Silau Sub-district, North Sumatera Province, 2016. The total area of shallot farming was 1500 m2 . The GAP technology package increased production costs per hectare, but the cost of shallot production per kg became cheaper, equal to (58%) of the farmer's technological costs. B/C of GAP package was 3.21 or this value was higher than the farmer technology package by 0.60. The addition of one unit of production cost to the GAP technology package could increase revenue by 7.29 times the revenues earned by the usual technology applied by farmers. The analysis of competitive advantage showed that the minimum selling price of shallot was 6,844.9 IDR/kg. Farmers still gain a competitive advantage from shallot farming activities at production rate of 17 ton/ha with the application of GAP technology.shallot, package technology, GAP, production cost, revenue ABSTRAKProduktivitas bawang merah di tingkat petani di Kecamatan Dolok Silau, Provinsi Sumatera Utara masih rendah yaitu 4-5,25 ton/ha. Luas pertanaman bawang merah di Sumatera Utara terus berkurang, karena harga jual umbi yang sering merugikan petani. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan produktivitas bawang merah menggunakan paket teknologi Good Agriculture Practices (GAP). Pengkajian ini merupakan penelitian adaptif dalam perspektif sistem usahatani dengan pendekatan On Farm Client Oriented Adaptive Research (OFCOAR). Pengkajian dilaksanakan pada tiga kelompok tani di Desa Sarang Padang, Kecamatan Dolok Silau, Sumatera Utara, 2016. Luasan pertanaman bawang merah masing-masing kelompok tani 1500 m2 . Paket teknologi GAP tersebut meningkatkan biayaproduksi per hektar, tetapi biaya produksi bawang merah per kg menjadi lebih murah sebesar (58%) dari biaya teknologi petani. B/C paket GAP sebesar 3,21 atau nilai ini lebih tinggi dibandingkan paket teknologi petani sebesar 0,60. Penambahan satu satuan biaya produksi pada paket teknologi GAP dapat meningkatkan pendapatan sebesar 7,29 kali dari pendapatan yang diperoleh dengan teknologi yang biasa diterapkan petani. Analisis keuntungan kompetitif menunjukkan bahwa harga jual minimal bawang merah sebesar Rp6.844,9/kg. Petani masih memperoleh keuntungan kompetitif dari kegiatan usahatani bawang merah pada tingkat produksi 17 ton/ha dengan penerapan teknologi GAP.bawang merah, paket teknologi, GAP, biaya produksi, keuntungan
Halaman Depan Jurnal Agung Susakti
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Sifat Kimia Tanah, dan Hasil Tanaman Jagung di Lahan Kering Masam Yoyo Sulaeman; nFN Maswar; Deddy Erfandi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n1.2017.p1-12

Abstract

ABSTRACTEffect of Organic and Inorganic Fertilizers Combination on Soil Productivity and Crop Yield of Maize Farming in Acid Upland Soil. Continous use of inorganic fertilizers on maize farming in acid upland soil causes negative impacts on soil productivity and environment. The research aimed was to study the effect of manure and sludge combined with inorganic fertilizers to the changes in soil chemical properties, growth, production and profit of maize farming in acid upland soil. The research was conducted at Tamanbogo Experimental Farm, East Lampung from March to July 2013 using a randomized block design with four replications. The treatment consisted of 5 t/ha of cattle manure, 5 t/ha of dried sludge (by product of biogas production) and its combination with 50% and 75% of recommended rates of inorganic fertilizers (RRIF). The results showed that application of manure or sludge incombination with 50% RRIF gave the best growth and yield of maize. The plant height was between 177.85-195.75 cm, the dry grain yield was between 4.01-4.45 t/ha and the harvest residues was between 4.62-4.58 t/ha. Most of maize biomass were accumulated at the grain (46.20%) and the rest was almost evenly distributed on the roots, stems, leaves, cob and husk. The biggest ratio of dry grain to the harvest residues was 89.52%, it was achieved by the treatment of sludge with 50% RRIF.organic fertilizers, inorganic fertilizers, maize growth and yieldABSTRAKPenggunaan pupuk anorganik secara terus menerus pada usahatani jagung di lahan kering masam menimbulkan dampak negatif terhadap produktivitas tanah dan lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan pupuk kandang dan sludge yang dikombinasikan dengan pupuk buatan/anorganik terhadap perubahan sifat kimia tanah, pertumbuhan, produksi dan keuntungan pada usahatani jagung di lahan kering masam.Penelitian dilakukan di KP Tamanbogo, Lampung Timur pada bulan Maret sampai Juli 2013 menggunakan  Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari 5 t/ha pupuk kandang, 5 t/ha sludge (hasil samping pembuatan biogas) dan kombinasinya dengan 50% dan 75 % dosis pupuk anorganik rekomendasi (DPAR).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara pupuk kandang atau sludge dengan 50% DPAR memberikan pertumbuhan dan hasil jagung terbaik. Tinggi tanaman mencapai 177,85-195,75 cm, hasil biji pipilan kering antara 4,01-4,45 t/ha dan brangkasan sisa  panen antara 4,62-4,58 t/ha. Sebagian besar biomassa jagung terakumulasi padabagian biji (46,20%) dan sisanya tersebar hampir merata pada bagian akar, batang, daun, janggel, dan kelobot. Rasio pipilan kering jagung terhadap brangkasan sisa panen terbesar adalah 89,52% yang dicapai oleh perlakuan sludge disertai pupuk anorganik pada 50% DPAR.pupuk organik, pupuk anorganik, pertumbuhan dan hasil jagung
KAJIAN PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA DENGAN MODIFIKASI IKLIM MIKRO Agus Salim
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n1.2017.p59-67

Abstract

Study of Pepper Rot Stem Disease Controlling With Micro Climate Modification. Pepper stem rot disease Phytophthora capsici Leon is a major disease on pepper plants in the Southeast Sulawesi areas. The control of this fungus disease is difficult because it goes in the trunk network and it can be known after the plants wilt. The purpose of this study was to determine the microclimate that could hinder the development of the fungus P. capsici.This study was conducted in Konawe South, Southeast Sulawesi from February to November 2015. The study used randomized block design with treatments tested were 1) Control; 2) Solar irradiation between 25-30%; 3) Solar irradiation between 50-55% and 4) Irradiation between 75-80%. Each treatment was repeated 5 times. The parameters observed were soil moisture, the intensity of the irradiation, the percentage of attacks and severity of disease levels and productivity. Research results indicated that the modification of solar radiation affected the air humidity, so that the development of stem rot disease pepper could be controlled. On irradiation of 50-55% can reduce the severity of an attack up to 77.36%.diseases, controlling, climate, pepper ABSTRAKPenyakit busuk pangkal batang lada Phytophthora capsici Leon, merupakan penyakit utama pada tanaman lada di Sulawesi Tenggara. Pengendalian penyakit cendawan ini masih sulit karena masuk dalam jaringan batang dan diketahui setelah tanamannya layu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui iklim mikro yang dapat menghambat perkembangan cendawan P. capsici. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara dari bulan Februari sampai Nopember 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan yang dicobakan adalah: 1) Kontrol; 2) Penyinaran matahari antara 25 – 30%; 3) Penyinaran matahari antara 50 – 55%, dan 4) Penyinaran antara 75 – 80%. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Parameter yang diamati meliputi kelembaban tanah, intensitas penyinaran, persentase serangan dan tingkat keparahan serangan penyakit serta produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi penyinaran matahari mempengarhi kelembaban udara, sehingga perkembangan penyakit busuk pangkal batang lada dapat ditekan. Pada penyinaran 50 – 55% dapat menekan tingkat keparahan serangan sampai 77,36%.penyakit, pengendalian, iklim, lada
KAJIAN MINUS ONE TEST DAN KESUBURAN LAHAN PASIR UNTUK BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH nFN Sutardi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n1.2017.p25-34

Abstract

Soil Fertilyty and Minus One Test of Sandy Land For Shallot. Besides to prove the potential of N, P and K nutrients as limiting factors for shallot plants, the objectives of this research was to find out physical characteristics and fertility in sandy land (soils) in Bantul, Kulon Progo district, Special Region of Yogyakarta. Research was carried out in two stages. The first stage was survey and analysis of sandy land in Bantul and Kulon Progo by the age ofamelioration. Survey techniques was based on four age ameliorations of sandy soil. The second stage was conducted using complete randomized block design sigle factor. The second was minus one test of N, P and K consists of five treatments: 1 .TP = no fertilizer (control), 2. PK (-N) = complete fertilizer without N, 3. NK (-P) = complete fertilizerwithout P, 4.NP (-K) = complete fertilizer without K and 5. NPK = complete fertilizer. The results showed that the introduction of amelioration techniques changed and improved soil different changes in physical and chemical of sandy land. Ameliorant addition into the planting media had positive with the percentage change in silt (0.55-2.37%) and clay (0.45-0.51%) increasing significantly, followed by levels P2O5 and lowerring the sand (1.05-2.07%). The result of minus one test fertilizer on sandy land for the shallot that fertilizer N become the main limiting factor P and K light whereas P and K nutrients were the limiting factor on sandy land for shallot. Ameliorant, sandy land, shallotABSTRAKTujuan penelitian untuk membuktikan bahwa hara N, P, dan K faktor pembatas untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah pada lahan pasir pantai. Disamping itu juga mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia tanah lahan pasir pantai pada berbagai blok dengan umur penggunaan lahan yang berbeda. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu pertama survei dan analisis tanah lahan pasir di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo D.I. Yogyakarta berdasarkan umur ameliorasi. Penelitian kedua mengetahui faktor pembatas menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal. Perlakuan minus one test hara N, P dan K terdiri dari lima perlakuan: 1. TP = tanpa pupuk(kontrol), 2. PK (-N) = pupuk lengkap kurang N, 3. NK (-P) = pupuk lengkap kurang P, 4. NP (-K) pupuk lengkap kurang K dan 5. NPK pupuk lengkap diulang 5 kali. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pasir dengan input bahan amelioran terjadi perubahan sifat fisik dan kimia sehingga kesuburan lahan meningkat. Peningkatantersebut karena terjadi perubahan persentase fraksi debu (0,55-2,37%) dan (0,45-0,51%) liat meningkat diikuti kadar hara P2O5, menurunkan fraksi pasir (1,05-2,07%) secara nyata. Hara N menjadi faktor pembatas utama, sedangkan K dan P merupakan pembatas ringan pada lahan pasir untuk bawang merah.Amelioran, lahan pasir, bawang merah
PENGARUH PEMBERIAN RANSUM BERBAGAI KUALITAS PADA PRODUKSI AIR SUSU PERANAKAN SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA nFN Supriadi; Erna Winarti; Agus Sancaya
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n1.2017.p47-58

Abstract

Effect of Feeding Ratio with Various Quality on Milk Production of Friesian Holstein Crossbred Cattle in Sleman District of Yogyakarta. The research was conducted from July to October 2013 at the District Integrated Services Unit – Development Unit for Seeds and Feed of Livestocks and Animals Diagnostic under the Sleman Agricultural Agency of Yogyakarta Province. Total of 16 cows on the 2nd or 3rd lactating periods were divided into 3 groups of dietary treatments including a group as the control treatment. Dietary treatments were various feed supplements in the protein contains of (A) 15%, (B) 13% and (C) 12% with energies of (A) 255 cal/100gr, (B) 261 cal /100gr and (C) 274 cal/100gr respectively. The control treatment was local feed product with 12% of crude protein. The mixture of young corn forage and king grass was provided ad libitum as well as water. The result showed that the milk production of treatments group had no differences (p>0.05) from the control group’s. However the average production of milk of group C was higher than group A and B, while the lowest production was from the control group. The milk production of cows of treated groups increased up to 18%. The financial efficiency of feed were IDR3.000 (group A), IDR4.000 (group B) and IDR5.000 (group C). As a result, even the feed treatments have not increase the milk production yet, on the other hand the feed supplements could considerably maintain body condition score (BCS). Feed supplement, milk production, financial efficiencyABSTRAKPenelitian dilaksanakan bulan Juli sampai Oktober 2013 di Unit Pelayanan Terpadu Daerah – Balai Pengembangan Bibit Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK) Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 16 ekor sapi perah yang sedang laktasi ke 2 dan 3 dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan pakan dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor ulangan. Kandungan protein kasar masing-masing perlakuan berkisar 15% (A); 13% (B); dan 12% (C) dengan kandungan energy 255 kal/100gr (A), 261 kal/100gr (B) dan 274 kal/100gr (C). Kontrol perlakuan berupa pakan konsentrat yang dibeli di pasar sekitar wilayah penelitian yang mengandung 12% protein kasar. Hijauan yang diberikan berupa tanaman jagung muda (tebon) dan rumput raja diberikan ad libitum begitu pula air minum. Hasil penelitian menunjukan rata–rata produksi air susu sapi penelitian berdasarkan analisis sidik ragam tidak ada perbedaan (P>0,05) antara perlakuan dan kontrol. Perbandingan produksi air susu antara sebelum dan sesudah diperlakukan berdasarkan uji t menunjukkan perbedaan nyata. Produksi setelah perlakuan menunjukan kenaikan 18% lebih tinggi dibandingkan dengan produksi sebelum perlakuan. Perhitunganefisiensi harga pakan dalam satu kali pemberian per ekor per hari antara harga pakan kontrol dengan harga pakan 48 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 20, No.1, Maret 2017: 47-58 perlakuan, lebih murah harga pakan perlakuan dengan selisih harga untuk masing-masing perlakuan adalah: perlakuan A (Rp3.000), perlakuan B (Rp4.000) dan perlakuan C (Rp5.000). Perlakuan pakan A, B dan C secara umum dapatmempertahankan BCS (body condition score). Dengan demikian, formula pakan perlakuan dapat mempertahankan BCS, tetapi belum bisa meningkatkan jumlah produksi air susu selama laktasi.Konsentrat, produksi air susu, efisiensi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHATANI JAGUNG DI LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING Margaretha Sadipun Lalu
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n1.2017.p81-90

Abstract

The Influencing Factors of Maize Farming in The Wetland and Dryland. Within 2010 –2013, harvested area of maize had been decreased 2.53%/year from the total area of 114,839 ha. Although corn productivity is still low that is about 3.55 ton/ha, during this period there was an increase productivity by 5.11%/year. This result shows the increasing of maize technology adoption yet it is not optimal. This study was conducted in Gowa District, SouthSulawesi Province in 2015, which aimed to determine the factors that affected the roduction of maize farming. This study used a survey method. Primary data were collected through interview of farmers’respondents using simple random sampling. The total respondents were 39 people consisting of 18 wetland farmers and dryland farmers. The results of data analysis showed that the use of urea fertilizer was very high and exceeds the recommendation whereas Phonska and ZA fertilizers were very less as well as pesticides and labor so it affected maize productivity. The yield was still low around 4.69 ton/ha in wetland and 4.40 ton/ha in dry land. Financially, corn farming has been efficient in using production inputs (NPSP>1) and labor (NPTK>1) with profit of 4.470.728 IDR/ha on wetland and 3,069,777 IDR/ha on dry land. The factors of maize production together had a significant effect (F hit > Ftabel 1%) both on wetland and dry land. But separately, only on dry land, land area and labor provided siginificant effect. Partially, dry land area had a significant and positive effect on corn production, whereas labor had a significant negative effect on corn production. Without seeing the type of land, the use of urea fertilizer and labor influenced significantly yet negative. Thus, the increase of maize production in Bontonompo sub-district, South Sulawesi Province can be achieved by the addition of planting area in dry land, reduction of labor and dose reduction of urea fertilizer.land area, fertilizer, pesticides, labor, maize productivityABSTRAKSelama periode 2010–2013, luas panen jagung menurun dengan laju 2,53%/tahun dari luasan 114.839 ha. Meskipun produktivitasnya masih rendah yaitu 3,55 t/ha, namun selama periode tersebut terjadi peningkatan produktivitas dengan laju 5,11%/tahun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan adopsi teknologi jagung, namun belum optimal. Penelitian dilakukan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2013 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jagung. Penelitian menggunakan metode survei. Data primer dikumpulkan dari wawancara dengan petani responden yang diambil secara acak sederhana (simple random sampling). Total responden sebanyak 39 orang terdiri dari 18 responden petani lahan sawah dan 21responden petani lahan kering. Analisis data menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea sangat tinggi dan melebihi rekomendasi, sedangkan pupuk Phonska dan ZA sangat kurang, demikian pula pestisida dan tenaga kerja sehingga mempengaruhi produksi jagung. Produksi jagung masih rendah yakni 4,69 t/ha untuk lahan sawah dan 4,40 t/ha di lahan kering. Secara finansial kegiatan usahatani jagung telah efisien dalam menggunakan sarana produksi (NPSP>1) dan penggunaan tenaga kerja (NPTK>1) dengan keuntungan masing-masing Rp4.470.728/ha di lahan sawah dan 82 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 20, No.1, Maret 2017:81-90 Rp3.069.777/ha di lahan kering. Faktor-faktor produksi jagung secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata baikpada lahan sawah maupun lahan kering. Secara parsial, luas lahan kering berpengaruh nyata positif terhadap produksijagung, sedangkan tenaga kerja memberikan pengaruh sangat nyata negatif terhadap produksi jagung. Tanpa melihat tipe lahan, penggunaan pupuk Urea dan tenaga kerja berpengaruh sangat nyata negatif. Dengan demikian, peningkatan produksi jagung di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan dapat dicapai dengan penambahan luas tanam di lahan kering, pengurangan tenaga kerja, dan pengurangan dosis pupuk Urea.luas lahan, pupuk, pestisida, tenaga kerja, produktivitas jagung
KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA nFN Suharno; nFN Rusdin
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n1.2017.p36-46

Abstract

Feasibility Study of Hybrid Maize Farming in Muna District Southeast Sulawesi Province. Maize harvest area in 2015 in Muna District was 13,159 ha with the production by 32,007 tonnes and the productivity by 2.43 t/ha. This maize productivity is still considered low, due to the results of the study AIAT Southeast Sulawesi on 2014, wich able to obtain productivity by 5 tonnes of dry seed/ha. To increase the production of maize, advocacy anddissemination of technological innovations maize using hybrid varieties had been carried out. A research was applied to investigate the production of maize as well as the income of the farmers. Research was conducted using a structured interview with questionair to 30 maize hybrids farmers and 30 local maize farmers in the Wakobalu Agung Village,Kabangka Sub District, and Bente Village, Kabawo Sub District, Muna District in October to December 2015. The results showed that based on t test, the productivity of hybrid maize was significantly higher than the local variety, so the hybrid maize planting could increase of maize productivity. Hybrid farmers applied urea and NPK while the local maize growers did not use inorganic fertilizers. Organic fertilizer was applied both by hybrid maize and local maize group, yet dose of both groups respectively was varied. Hybrid maize farming with Bima 19 URI variety and local maize was feasible, each B/C 1.07 and 1.17. However the productivity and farmers’ income of the hybrid maize was higher than the local maize. The productivity of the hybrid maize by Bima 19 URI was 4,744 kg dry grain/ha and thefarmers’ income was IDR8,596,000. The productivity of the local maize was 1,404 kg dry grain/ha as well as farmers’ income was IRD4,666,000.Hybrid maize farming, productivity, farmers' incomeABSTRAKLuas panen jagung tahun 2015 di Kabupaten Muna yaitu 13.159 ha, dengan produksi 32.007 ton, produktivitas 2,43 t/ha. Produktivitas jagung yang dicapai selama ini dinilai masih rendah, mengingat hasil kajian BPTP Sulawesi Tenggara tahun 2014 sudah mampu diperoleh produktivitas 5 ton pipilan kering/ha. Untuk meningkatkan produksi jagung, maka telah dilakukan pendampingan dan penyebaran inovasi teknologi jagung menggunakan varietas hibrida. Berkenaan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui produksi dan pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan dengan metoda wawancara terstruktur menggunakan kuesioner terhadap 30 petani jagung hibrida dan 30 petani jagung lokal di Desa Wakobalu Agung, Kecamatan Kabangka dan Desa Bente, Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna pada bulan Oktober – Desember 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji t, diketahui bahwa produktivitas jagung hibrida yang ditanam petani berbeda nyata dengan produktivitas jagung lokal, sehingga penanaman jagung hibrida mampu mendorong peningkatan produktivitas jagung per hektar. Petani telah melakukan pemupukan urea dan NPK pada usahatani jagung hibridaBima 19 URI, hal ini tidak dilakukan oleh petani yang menanam jagung lokal. Namun demikian pupuk organik digunakan untuk usahatani jagung hibrida Bima 19 URI dan jagung lokal dengan dosis yang bervariasi. Usahatani jagung hibrida Bima 19 URI dan jagung lokal layak dan menguntungkan dengan masing nilai B/C 1,07 dan 1,17, 36 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 20, No.1, Maret 2017: 36-46 namun demikian produktivitas dan pendapatan usahatani jagung hibrida lebih tinggi daripada usahatani jagung lokal. Produktivitas jagung hibrida Bima 19 URI sebesar 4.744 kg pipilan kering/ha dengan nilai pendapatan Rp8.596.000, sedangkan produktivitas jagung lokal sebesar 1.404 kg pipilan kering/ha dengan nilai pendapatan Rp4.666.000.Usahatani jagung hibrida, produktivitas, pendapatan petani
PEMANFAATAN BIOCHAR KULIT BUAH KAKAO DAN SEKAM PADI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI ULTISOL LAMPUNG Neneng Laela Nurida; nFN Sutono; nFN Muchtar
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v20n1.2017.p69-80

Abstract

Utilization of Biochar of Cocoa Shell and Rice Husk to Increase Rice Productivity in Ultisol Lampung. Biochar application as soil amendment is technology for soil and crop productivity improvement in acid soil. The main problem of acid soil including in paddy field is high concentration of Al3+ that inhibit crops growth causing low crop production. The objective of this study was to evaluate the effects of cocoa shell and rice husk biochar on paddyfield productivity and soil chemical properties. The study was conducted at Agricultural Research Station of Tamanbogo, East Lampung on June-September 2012 (planting season 1), January-April 2013 (planting season 2) and December 2013-March 2014 (planting season 3). The experimental design was split plot design, which the main plotswere two types of biochar (cacao shell and rice husk), the sub plots were biochar rates 0.5 t/ha (control), 5 t/ha and 15 t/ha with five replications. The parameters measured were paddy growth, yield and soil chemical properties (soil pH,C organic, N total, available P, K total, and Al3+ ). The result showed that biochar could affect weight of rice straw andrice yield at the second and third planting season, while biochar rates could affect crop growth and yield of rice at three planting. The effect of cacao shell and rice husk biochar application with the rate of 15 t/ha could up to three planting seasons without any biochar addition in following two consecutives year, whereas addition biochar 5 t/ha wasless effective. The cacao shell biochar was more effective in increasing crop growth and yield than rice husk biochar,as seen on dry grain rice yield, i.e. 3.58 t/ha (PS1) and 5.06 t/ha (PS III). During two planting seasons, both biochar at the rate of 15 t/ha were sufficient to improve soil chemical properties. Cacao shell biochar with the rate of 15 t/ha had better effect in improving soil chemical properties significantly in term of soil pH, available P, and total K content and decreasing aluminum content than rice husk biochar especially at second planting season. lowland, biochar, rice, Ultisol, LampungABSTRAKAplikasi biochar sebagai pembenah tanah merupakan salah satu teknologi untuk memperbaiki produktivitas tanah dan tanaman pada lahan masam. Permasalahan utama pada lahan masam adalah tingginya konsentrasi Fe3+ yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan rendahnya produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian biochar kulit buah kakao dan sekam padi serta takarannya terhadap peningkatan sifat kimia tanah dan produktivitas padi sawah di Ultisol Lampung. Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah di Kebun Percobaan Taman Bogo, Lampung selama tiga musim tanam yaitu bulan Juni-September 2012 (musim tanam pertama), bulan Januari-April 2013 (musim tanam kedua) dan Desember 2013 - Maret 2014 (musim tanam ketiga). Percobaan disusun dalam rancangan kelompok petak terpisah, sebagai petak utama terdiri dari biochar kulit buah kakao dan biochar sekam padi, sedangkan sebagai anak petak adalah takaran biochar yaitu tanpa biochar (kontrol 0 t/ha), 5 t/ha dan 15 t/ha, dengan 5 kali ulangan. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan dan hasil padi, sifat kimia tanah (pH, C-organik, N-total, P-tersedia, K-total dan Al3+ ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa  jenis biochar hanya berpengaruh nyata terhadap berat jerami kering dan hasil gabah pada musim tanaman kedua dan ketiga, sedangkan takaran biochar berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi pada ke tiga musim tanam. Pengaruh pemberian biochar kulit buah kakao dan sekam padi 15 t/ha mampu bertahan sampai tiga musim tanam dilihat dari pertumbuhan dan hasil padi sawah, sedangkan pemberian biochar 5 t/ha bertahan satu musim saja. Efektivitas biochar kulit buah kakao dalam mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman lebih tinggi dibandingkan sekam padi terlihat dari hasil gabah kering panen sebesar 3,58 t/ha (MT II) dan 5,06 t/ha (MT III). Selama dua musim tanam pemberian biochar kulit buah kakao sebanyak 15 t/ha juga mampu meningkatkan pH tanah, P tersedia, dan kandungan K tetapi menurunkan kandungan aluminium melebihi biochar sekam padi terutama pada musim tanam kedua.produktivitas, padi sawah, biochar, Ultisol

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue