cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 26 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005" : 26 Documents clear
KAJIAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cotonii) DENGAN SISTEM DAN MUSIM TANAM YANG BERBEDA DI KABUPATEN BANGKEP SULAWESI TENGAH Muh. Amin; T. P. Rumayar; Femmi N.F.; D. Kemur; IK Suwitra
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v8n2.2005.p%p

Abstract

The assessment was conducted in Apal Village, Bangkep Regency since March to November 2002. It aimedat determine seaweed growing practice and planting season suitable with the local waters, applicable, and enable toimprove fisheries’ income. In addition, it was intended to create employment and to explore coastal resourcesoptimally. The assessment was carried out using a randomized split block design with three treatments, namelycontrol (T0), usual planting rows (T1), and three furrow planting rows (T2), and each of five replications. Plantingwas carried out in four planting seasons representing those of west to east (BT), east (T), east to west (TB), and west(W) and were subsequently on April, June, August, and October 2002. Average weight of seaweed of T2 treatmentduring 50 days of growing showed highest yields. In the same planting season, T0 and T2 were not differentsignificantly. Among the planting seasons, the highest average weights were found for planting on October-November2002 for all treatments. The highest productions the seaweed planted on October 2002, namely 55.09, 52.99, and55.09 kilograms for T0, T1, and T2, respectively. The yields attained were 2.20, 2.12, and 2.20 kg/m2 for T0, T1, andT2, respectively. Highest daily growth rates were achieved during October-November 2002 planting season, namelyT0 (4.4%), T1 (4.7%), and T2 (4.7%). Return to costs ratios of each treatment were 2.3 (T2), 2.2 (T0), and T1.Key words: growing practice, planting season, Eucheuma cotonii.Pengkajian dilaksanakan di Desa Apal Kabupaten Bangkep dari bulan Maret-November 2002, bertujuanuntuk mendapatkan informasi sistem dan waktu tanam rumput laut yang sesuai dengan perairan setempat, mudahdilakukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani-nelayan. Di samping itu membuka peluang kesempatan kerjadan berusaha yang kondusif serta dapat memanfaatkan sumberdaya pesisir secara optimal. Rancangan penelitian yangdigunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga perlakuan, yaitu kontrol (T0), jalur tanam biasa(T1), dan jalur tanam legowo tiga (T2) dengan masing-masing lima ulangan. Penanaman dilakukan empat kali musimtanam yang masing-masing mewakili peralihan musim barat ke musim timur (BT), musim timur (T), peralihan darimusim timur ke musim barat (TB), dan musim barat (B) yang secara berurutan jatuh pada bulan April, Juni, Agustus,dan Oktober tahun 2002. Hasil pengamatan rata-rata bobot akhir rumput laut selama 50 hari pemeliharaanmenunjukkan bahwa sistem legowo tiga pada hampir semua musim tanam masih memberikan hasil terbaik. Untukwaktu tanam, sistem tanam tali rentang dan legowo tiga tidak berpengaruh terhadap waktu tanam yang sama.Sedangkan untuk masing-masing waktu tanam, bobot akhir rata-rata tertinggi diperoleh pada periode penanamanOktober - November untuk setiap perlakuan. Untuk semua sistem tanam, produksi terbesar diperoleh pada musimtanam Oktober, masing-masing 55,09 kg pada sistem tanam tali rentang maupun legowo tiga, dan 52,99 kg pada jalurbiasa. Sedangkan untuk produktivas, masing-masing 2,20 kg/m2 untuk sistem tali rentang maupun sistem legowotiga, dan 2,12 kg/m2 untuk sistem jalur biasa. Pada laju pertumbuhan harian, periode penamanan Oktober - Novembermemperlihatkan hasil yang terbaik pada masing-masing teknologi yaitu 4,4 persen pada sistem tali rentang, 4,7 persenpada sistem tanam biasa, dan 4,7 persen pada sistem tanam legowo tiga. Untuk analisis usahatani, pendapatan bersihtertinggi diperoleh pada perlakuan sistem tanam jalur legowo tiga dengan R/C ratio 2,3, diikuti dengan tali rentangR/C ratio 2,2 dan sistem jalur biasa R/C ratio 1,6.Kata kunci : sistem tanam, waktu tanam, rumput laut
PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI TERPADU PADI-KEDELAI/ SAYURAN-TERNAK DI LAHAN PASANG SURUT Susilawati ;; M. Sabran; Rahmadi Ramli; Deddy Djauhari; Rukayah ;; Koesrini ;
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v8n2.2005.p%p

Abstract

The assessment was designed to help farmers to cultivate their land optimally. This assessment on integratedrice-soybean/vegetables-livestock farming system in tidal swamp land with B-C type flooding was the on-goingproject conducted in Bungai Jaya Village, Basarang District, Kapuas Regency covering an area of 13 hectaresmanaged by 20 cooperating farmers. Aims of the assessment were: (i) to conduct characterization of the region,farmers, and farming systems, (ii) to analyze farming system performance, (iii) to analyze farm business income, (iv)to study income structure of integrated farming system, and (v) to analyze adoption of introduced technology.Assessment approach was based on farm research by comparing farmers using introduced technology and those whodid not. B-C type tidal swamp land was suitable for integrated farming system applying surjan (sunk an d risen beds)system with a cropping pattern of rice - secondary crops on wet season and soybean – vegetables on dry season, andlivestock on home yards. Introduced technology was able to improve farming system performance and to increasefarmers’ incomes of Rp 9,873,500 on the dry season and Rp 8,887,000 on the wet season or higher than those of noncooperatingfarmers. Average R/C ratios of all crops grown were more than 2.5 implying that the technology wasfeasible to disseminate.Key words : integrated farming system, tidal swamp land, technology adoption, rice, soybeanDalam rangka mendukung program pembangunan pertanian di Kabupaten Kapuas yaitu programpengembangan kawasan pertanian terpadu melalui pemberdayaan lahan dan petani serta menumbuhkan pasar rakyatuntuk meningkatkan pendapatan petani, maka perlu dilakukan suatu pengkajian yang dapat membantu petani dalammengelola lahannya sehingga sesuai dengan potensi lahan yang ada dan sumberdaya yang tersedia. Pengkajianusahatani terpadu padi-kedelai/sayuran-ternak di lahan pasang surut tipe luapan B-C merupakan kegiatan lanjutan,yang dilaksanakan di Desa Bungai Jaya, Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas, dengan luas areal 13 ha danmelibatkan 20 orang petani koperator. Tujuan pengkajian adalah (1) melakukan karakterisasi wilayah, petani dansistem usahatani, (2) melakukan analisis terhadap kinerja teknologi usahatani, (3) melakukan analisis usahatani, (4)mempelajari struktur pendapatan usahatani terpadu, dan (5) melakukan analisis adopsi teknologi introduksi.Pendekatan pengkajian dilakukan secara on-farm research, dengan metode perbandingan berpasangan (pairlycomparison) yaitu membandingkan model usahatani introduksi dengan model usahatani ditingkat petani. Hasilpengkajian menunjukkan bahwa sesuai dengan karakteristik lahan dan petaninya, lahan pasang surut tipe B-Csebaiknya diusahakan secara terpadu dengan sistem surjan dengan pola tanam padi-palawija pada MH dan kedelaisayuranpada MK serta ternak di pekarangan. Secara fisik input teknologi yang diintroduksikan, dapat meningkatkankinerja usahatani dan memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp 9.873.500 pada MK dan Rp 8.887.000 pada MH,lebih besar dari pendapatan petani nonkoperator. Rata-rata R/C semua komoditas yang diusahakan > 2,5, sehinggateknologi ini layak dikembangkan.Kata kunci : usahatani terpadu, lahan pasang surut, adopsi teknologi, padi, kedelai
EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI LADA PADA POLA USAHATANI INTEGRASI DAN POLA TRADISIONAL DI SULAWESI TENGGARA Dewi Sahara; Sahardi ;
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v8n2.2005.p%p

Abstract

The study conducted on November to December 2003 was aimed at analyzing production factor efficiency ofpepper farmers in Southeast Sulawesi. Survey was carried out to collect data from 14 participating farmers whointegrated goats into pepper farms for three years and 16 traditional pepper farmers. The data were analyzed usingseparate linear regressions for both samples. Land area, nitrogen fertilizer, and organic fertilizer positively affectedpepper production of both groups of farmers. However, fungicide had negative effect on production. SP-36 fertilizeralso had negative effect on production of traditional farmers. Both groups of farmers were not efficient in allocatingproduction factors. Nitrogen fertilizer and fungicide were not efficiently applied by the participating farmers.Nitrogen, SP-36, and organic fertilizers, fungicide, and labor were not efficiently applied by the traditional farmers. Itis necessary to use production factors efficiently to achieve optimal pepper production.Key words: efficiency, production factors, integrated farming system, traditional farming system, pepper.Penelitian efisiensi penggunaan faktor produksi pada pola usahatani lada di Sulawesi Tenggara telahdilakukan pada bulan November hingga Desember 2003. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi perilaku petanidalam menggunakan input produksi sehingga diperoleh gambaran tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi.Penelitian menggunakan metode survai dan pengamatan partisipatif terhadap 14 petani yang telah mengintegrasikanternak kambing ke dalam usahatani lada selama tiga tahun dan 16 petani lada tradisional. Data dianalisismenggunakan regresi linear berganda untuk mengestimasi fungsi produksi. Analisis dilakukan secara terpisah antarapola usahatani integrasi tanaman lada dengan ternak kambing dan pola usahatani secara tradisional. Hasil analisisregresi fungsi produksi pada kedua pola usahatani tersebut menunjukkan bahwa luas lahan, pupuk anorganik N, danpupuk organik berpengaruh positif, sedangkan fungisida berpengaruh negatif terhadap produksi. Selain fungisida,pupuk SP-36 pada pola tradisional juga berpengaruh negatif. Dilihat dari tes efisiensi alokatif maka kedua polausahatani lada belum efisien secara ekonomis. Hal ini ditunjukkan oleh belum efisiennya penggunaan pupukanorganik N, dan berlebihnya fungisida pada pola integrasi, sedangkan pada pola tradisional faktor produksi yangbelum efisien adalah pupuk urea dan pupuk kandang, sedangkan pupuk SP-36, fungisida dan tenaga kerja sudah tidakefisien lagi penggunaannya. Oleh karena itu untuk mencapai produksi optimal dan keuntungan maksimal maka perludilakukan penambahan input produksi yang belum efisien dan menguranginya apabila sudah berlebih.Kata kunci : efisiensi, faktor produksi, pola integrasi, pola tradisional, lada
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL YANG BERPENGARUH TERHADAP ADOPSI INOVASI USAHA PERIKANAN LAUT DI DESA PANTAI SELATAN KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Subagiyo ;; Rusidi ;; R. Sekarningsih
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v8n2.2005.p%p

Abstract

The study, conducted on August to November 2002, was intended to identify social factors affectingadoption of fisheries business innovation in the three coastal villages in Bantul Regency. Respondents of the studywere 20 boat-owners and 50 workers. The study applied survey method. Data was analyzed using descriptive statisticsand path analysis. Internal factors (individual characteristics, motivation, organizational involvement, impersonalcommunication, mass media exposures, cosmopolitan level), external factors (government policy, social system, andsocial norms), and fishermen’s perception on innovation (comparative advantage, compatibility, complexity, trialing,and observation) positively affected adoption of fisheries business innovation. Adoption was carried through agents ofchange. The social impact found was new business opportunity employing productive labor force which in turn it willimprove fishermen’s income.Key words: social factors, adoption, innovation, marine fisheries, BantulPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor sosial yang mempengaruhi adopsi inovasi usahaperikanan di desa pantai selatan Kabupaten Bantul, proses adopsi inovasi usaha perikanan serta dampak sosialnyaterhadap nelayan di desa kawasan pantai selatan Kabupaten Bantul. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustussampai dengan Nopember 2002 di tiga desa pantai selatan Kabupaten Bantul. Jumlah sampel sebanyak 70 respondenyang terdiri dari 20 responden nelayan pemilik dan 50 responden nelayan tekong/anak buah kapal. Penelitian inidilakukan dengan menggunakan survai. Untuk menganalisis data yang diperoleh digunakan analisis statistik deskriptifdan analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal (karakteristik individu,motivasi, keterlibatan dalam organisasi, komunikasi impersonal, terpaan media massa, tingkat kosmopolitan), faktoreksternal (kebijakan pemerintah, sistem sosial dan norma-norma sosial), dan persepsi nelayan terhadap sifat-sifatinovasi (keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas) berpengaruh positif terhadapadopsi inovasi usaha perikanan. Proses adopsi inovasi usaha perikanan pada masyarakat desa pantai selatanKabupaten Bantul mengikuti pola umum dalam proses adopsi inovasi yaitu melalui agen-agen perubahan (nelayanyang sudah terlebih dahulu mengadopsi usaha perikanan). Dampak sosial yang terjadi adalah terbukanya peluangusaha baru sehingga terserapnya tenaga kerja usia produktif yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatanpara petani/nelayan.Kata kunci : faktor-faktor sosial, adopsi inovasi, perikanan laut, Bantul
KAJIAN ADOPSI DAN DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN PADI-UDANG WINDU DI LAHAN SAWAH TAMBAK KABUPATEN LAMONGAN Pudji Santoso; Anang Muhariyanto; Bambang Irianto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v8n2.2005.p%p

Abstract

During 2000 – 2001, AIAT East Java conducted assessment on integrated farming system of rice-tiger prawnin Lamongan regency. This activity was evaluated in July – September 2003. The aim of the evaluation was to obtaindata on (1) adoption level and diffusion of recommended technology, and (2) impact at recommended technology onproductivity and farmer income. Within the evaluation, some information such as farmer characteristics, application ofrecommended technology, productivity and farmer income were collected by survey method. Results indicated that31% of farmers adopted the recommended technology. Subsequently, the recommended technology were diffused tonon-participated farmers. The level of diffusion reached 14%. In addition, the productivity at rice and tiger prawnincreased by 8% and 67% respectively. Finally, farmer income from this farming system increased by 41%. Tocontinue adoption at farming system of rice-tiger prawn, the following requirements are needed: (1) supply ofproduction input on the right time, (2) continue supervision to the farmer, (3) presence of stable and feasible priceassurance and (4) support of local government to increase productivity of integrated farming system of rice-tigerprawn.Key words : farming system, flood plain pond, technical adoption, tigar prawnKajian adopsi dan dampak teknologi ini merupakan evaluasi dari kegiatan sistem usaha pertanian padi-udangwindu yang telah dilakukan BPTP Jawa Timur di Kabupaten Lamongan tahun 2000 dan 2001. Pengumpulan datamenggunakan metode survei yang dilakukan pada bulan Juli-September 2003. Data yang dikumpulkan meliputikarakteristik petani, penerapan teknologi, serta produktivitas dan pendapatan usahatani padi-udang windu. Kajian inibertujuan untuk memperoleh informasi (1) tingkat adopsi dan difusi teknologi anjuran, dan (2) dampak teknologianjuran terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani. Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologianjuran yang diadopsi oleh petani peserta mencapai 31 persen. Sedangkan teknologi anjuran yang terdifusi oleh petaninonpeserta mencapai 14 persen. Produktivitas padi dan udang windu meningkat 8 dan 67 persen serta pendapatanusahatani meningkat 41 persen. Agar adopsi teknologi usahatani padi-udang windu dapat berlanjut, maka diperlukan;(1) penyediaan sarana produksi yang tepat waktu, (2) bimbingan oleh petugas secara terus menerus, (3) jaminan hargayang layak dan stabil, dan (4) dukungan pemerintah daerah dalam program peningkatan produktivitas usahatani padiudangwindu.Kata kunci : sistem usahatani, sawah tambak, adopsi teknologi, udang windu
PENGGUNAAN LIMBAH KAKAO TERFERMENTASI UNTUK PAKAN AYAM BURAS PETELUR Suprio Guntoro; I Made Rai Yasa
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v8n2.2005.p%p

Abstract

Native chicken plays important role in egg and meat production in Bali. Sharp price of feed since themonetary crisis encourages the farmers to get alternative cheap feed. Assessment on fermented cacao wastes toreplace rice bran in layer native chicken ransom was conducted in Tukad Aya Village, Jembrana Regency, Bali lastingfrom July to December 2002. The experiment was using a completely randomized design with three treatments andeach of 60 chicken. The treatments were P0, i.e., feed ransom as practiced by the farmers (with out cacao wastes), P1(feed ransom with11 percent of cacao waste), and P2 (feed ransom with 22 percent of cacao waste). The resultsshowed that P2 improved significantly egg production from 31.33 percent (P0) to 35.53 percent (P2). Cacao waste didincrease egg weight significantly and tended to reduce Feed Conversion Ratio from 5.68 (P0) to 4.49 (P2). Cacaowaste treatments also did not reduce physical quality and nutritional contents of the eggs. The treatment was able toincrease the farmers’ income from Rp 221,142/100 chicken/month to Rp 376,677/100 chicken/month or an increaseR/C ratio from 1.65 to 2.34.Key words: native chicken, cacao waste fermented egg productionAyam Buras mempunyai peranan penting sebagai penghasil telur maupun daging di Bali. Melonjaknya hargapakan, semenjak krisis moneter menyebabkan banyak peternak ayam buras yang menerapkan pola intensifmenghentikan usahanya. Karena itu perlu upaya mencari bahan pakan alternatif yang murah. Penelitian tentangpemanfaatan limbah kakao terfermentasi sebagai pengganti dedak dalam ransum ayam buras petelur telah dilakukandi Desa Tukad Aya – Kabupaten Jembrana Bali selama enam bulan (Juli s/d Desember 2002). Penelitian disusundalam Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan ransum, dengan 60 ekor ayam per perlakuan. Ke-3 perlakuantersebut yaitu (P0) mendapat ransum sesuai dengan cara petani (tanpa limbah kakao). (P1) dengan ransum yangmengandung 11 persen limbah kakao. Kelompok III (P2) dengan ransum yang mengandung 22 persen limbah kakao.Hasil penelitian menunjukkan penggunaan limbah kakao 22 persen dalam ransum menyebabkan meningkatnyaproduksi telur dari rata-rata 31,33 persen (PO) menjadi 36,53 persen (P2) dan secara statistik berbeda nyata (P<005).Pemberian limbah kakao sebagai pengganti dedak juga menyebabkan meningkatnya berat telur, sebaliknya konsumsipakan cenderung menurun dari 72,1 gram/ekor/hari menjadi 69,79 gram/ekor/hari, walaupun secara statistik tidaknyata. Sebagai akibatnya, Feed Convertion Ratio (FCR) menurun secara nyata (P<0,05) dari 5,68 (PO) menjadi 4,49(P2). Penggunaan limbah kakao sebagai pengganti dedak juga tidak berpengaruh negatif terhadap kualitas fisikmaupun nilai gizi telur. Dengan menurunnya FCR, maka secara ekonomis penggunaan limbah kakao sebagaipengganti dedak secara keseluruhan (22 persen) mampu meningkatkan kuntungan petani dari Rp. 221.142 /100 ekorper bulan menjadi Rp.376.677 /100 ekor/bulan sehingga RC ratio meningkat dari 1,65 menjadi 2,34. Dari hasilpenelitian ini ternyata penggunaan limbah kakao sebagai komponen ransum ayam Buras petelur cukup prospektifuntuk dikembangkan.Kata kunci : ayam buras, limbah, kakao, fermentasi produksi telur

Page 3 of 3 | Total Record : 26


Filter by Year

2005 2005


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue