cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Tesa Arsitektur
ISSN : 14106094     EISSN : 24606367     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1: Juni 2022" : 6 Documents clear
BANGUNAN KUNO WISMA PERDAMAIAN DALAM SEJARAH KOTA KAWASAN SIMPANG TUGU MUDA, SEMARANG Ahmad Zuhdi Allam; Meilani Martini; Muhammad Irwansyah; Liza O. Tutuarima
Tesa Arsitektur Vol 20, No 1: Juni 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v20i1.4743

Abstract

Abstract The Simpang Tugu Muda Area has great significance for Semarang City. In this area, several buildings have become landmarks of this city. Unfortunately, the history of this area has not been written systematically, and among the historical landmarks in this area, the Old Building of Wisma Perdamaian has the most confusing history. This article was based on the 2021 historical research in the Simpang Tugu Muda Area and describes its history and the Old Building of Wisma Perdamaian based on a more factual data; therefore, it can contribute to build a more solid history of Semarang City and architectural conservation efforts there. This research used a historical research method as well as field observation. One of the research findings shows that the Old Building of Wisma Perdamaian was not the residence of the Governor of the North Coast of Java Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) in the 18th century, as many people believe. This building was built by Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) as the residence of the Major General of the KNIL in the 19th century. Meanwhile, the residence of the Governor of the North Coast of Java, VOC, was demolished in 1908.Keywords: History of architecture and the city, Semarang, Tugu Muda Area, Wisma Perdamaian AbstrakKawasan Simpang Tugu Muda memiliki signifikansi yang besar di Kota Semarang. Di kawasan ini berdiri pula beberapa bangunan yang menjadi tengaran kota ini. Di antara bangunan-bangunan tersebut, Bangunan Kuno Wisma Perdamaian memiliki sejarah yang paling simpang siur. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian historis Kawasan Simpang Tugu Muda yang dilaksanakan pada 2021 dengan tujuan untuk memaparkan sejarah arsitektur dan tata kota kawasan ini dan Bangunan Kuno Wisma Perdamaian berdasarkan data primer yang lebih faktual, sehingga diharapkan dapat berkontribusi pada penulisan sejarah dan pelestarian arsitektur di Kota Semarang yang lebih solid. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang dilengkapi dengan observasi lapangan. Salah satu temuan penelitian menunjukkan bahwa Bangunan Kuno Wisma Perdamaian bukanlah kediaman Gubernur Pantai Utara Jawa Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada abad ke-18 seperti yang diyakini banyak orang. Bangunan ini dibangun oleh Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) sebagai kediaman Mayor Jenderal KNIL pada abad ke-19. Sementara kediaman Gubernur Pantai Utara Jawa VOC sudah dirobohkan pada 1908.Kata kunci: Sejarah Arsitektur Kota, Semarang, Simpang Tugu Muda, Wisma Perdamaian
STRATEGI PENAFSIRAN PUSAKA DI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG (STUDI KASUS SITUS RANDUSARI – SEMARANG) Rosalia Rachma Rihadiani; Laretna Trisnantari Adishakti
Tesa Arsitektur Vol 20, No 1: Juni 2022
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v20i1.4780

Abstract

Abstract Many studies on the preservation of cultural heritage have been carried out, but only focus on the physical aspect. Studies that only focus on the physical do not have the power to last long because conservation activities will only focus on how to return the investment on physical development. The research aims to find significance in the interpretation and meaning of heritage preservation which will form the basis of a comprehensive and sustainable conservation strategy. This study uses the Historical Interpretation Strategy (HIS) as part of the seven steps of Heritage Urban Landscape (HUL). History tracing is done by diachronic and synchronic methods. The case study was conducted at the Randusari site in the Archdiocese of Semarang by conducting field surveys, interviews, questionnaires and a Discussion Group Forum with the Archdiocese of Semarang, government officials and professional associations. This study finds significance in the interpretation of heirlooms and the meaning of heirlooms at the Randusari Site, such as Education, Youth, Humanity and Catholicism as the basis for conservation at the Randusari Site. Keywords: Interpretation, significance, heritage, Randusari Site, meaning AbstrakKajian pelestarian cagar budaya sudah banyak dilakukan, namun hanya berfokus pada aspek fisik saja. Kajian yang hanya menitikberatkan pada aspek fisik tidak memiliki kekuatan untuk bertahan lama karena kegiatan pelestarian hanya akan berfokus pada cara untuk mengembalikan investasi atas pembangunan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan signifikansi dalam penafsiran dan makna pusaka pelestarian pusaka yang akan menjadi dasar strategi  pelestarian yang komprehensif dan berkelanjutan. Penelitian ini menerapkan Strategi Interpretasi Sejarah (HIS) atau Strategi Penafsiran Pusaka sebagai bagian dari tujuh langkah Heritage Urban Landscape (HUL). Penelusuran sejarah dilakukan dengan metode diakronis  dan sinkronis. Studi kasus dilakukan di situs Randusari di Keuskupan Agung Semarang dengan melakukan survei lapangan, wawancara, kuesioner dan Forum Grup Disscusion dengan  Keuskupan Agung Semarang, pejabat pemerintah, dan asosiasi profesi. Kajian ini menemukan signifikansi dalam penafsiran pusaka dan makna pusaka di Situs Randusari yaitu Pendidikan, Kebaruan, Kemanusiaan, dan Katoliksitas sebagai dasar dalam pelestarian di Situs Randusari.Kata kunci: Penafsiran, signifikansi, pusaka, Situs Randusari, makna
INDEKS VISUAL FURNITUR DAN ARSITEKTUR JENGKI BERBASIS DATA PRESEDEN ARSITEKTUR Firman Mutaqin; Deny Willy Junaidy; Andriyanto Wibisono
Tesa Arsitektur Vol 20, No 1: Juni 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v20i1.4173

Abstract

AbstractThe history and development of architectural styles and furniture always advance concurrently. The changes that occurred in the architecture will be reflected in the furnishing and vice versa. The character similarities and connection between architecture and furniture are not just associated with the styles, but furniture and architecture also have concurrence in structure integration, colors, texture, fabrication process, and visual components. Moreover, the relation is also depicted in the Jengki buildings and furniture, which is one of the base styles for the aesthetic value of Indonesian post-independence design. However, even though both of them have a typically unique pattern, there is no basis regarding special characteristic that is a visual geometric element as the ground for the similarity of both design patterns. This topic is compelling to observe, especially in the visual features of Jengki architecture and furniture. This research attempted to analyze the visual elements and characteristics of Jengki's design artifacts using precedents analysis on Jengki-style buildings and furniture. The results showed that there are characteristics and general patterns of Jengki, which included specifications and visual characteristics, along with visual similarities between the two. Afterward, the data was compiled into a Jengki visual indexing database consisting of 36 images of Jengki visual geometric elements. The database can be used as a resource and guidance in interpreting and assessing the level of Jengki design style also a reference for designing Jengki-style furniture. Keywords: Architecture, Furniture, Jengki, PrecedentAbstrakSejarah dan perkembangan gaya arsitektur dan furnitur selalu berjalan beriringan. Perubahan yang terjadi pada arsitektur akan tercermin pada furnitur begitu juga sebaliknya. Kesamaan karakteristik dan hubungan antara arsitektur dan furnitur tidak hanya terkait pada gaya, lebih dari itu furnitur dan arsitektur memiliki keselarasan dalam integrasi struktur, warna, tekstur, proses fabrikasi, dan komponen visual. Hal tersebut juga tergambar pada bangunan dan furnitur jengki yang merupakan salah satu gaya yang menjadi dasar nilai estetika desain paska-kemerdekaan Indonesia. Keduanya memiliki pola ciri khas yang unik namun belum ada landasan mengenai ciri khusus berupa elemen geometri visual yang menjadi latar belakang kesamaan pola desain keduanya, hal ini sangat menarik untuk diamati terutama pada unsur visual arsitektur dan furnitur jengki. Studi ini mencoba menganalisis elemen visual dan ciri-ciri artefak desain Jengki menggunakan analisis preseden pada bangunan jengki dan dikomparasikan dengan ciri visual furnitur bergaya jengki. Hasil studi menunjukkan adanya karakteristik dan pola umum jengki yang mencakup spesifikasi dan ciri khas visualnya serta persamaan visual di antara keduanya. Kemudian disusun sebuah database indexing visual jengki yang terdiri dari 36 gambar elemen geometri visual jengki. Database Indeks visual tersebut dapat digunakan sebagai referensi dan panduan dalam menerjemahkan dan menilai tingkat gaya desain jengki dan referensi bagi perancangan produk furnitur bergaya jengki.Kata kunci: Arsitektur, Furnitur, Jengki, Preseden.
PENGARUH SUARA AIR PADA BANGUNAN MASJID TERHADAP PERASAAN TENANG SAAT BERIBADAH Nisa Ayu Nurazizah; Inggrid Selsya; Try Ramadhan; Johar Maknun
Tesa Arsitektur Vol 20, No 1: Juni 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v20i1.4784

Abstract

AbstractMosques as places of worship for Muslims need to have good quality of comfort. Acoustic comfort is one of them, it is very important to achieve the quality of comfort for people worshiping in the mosque. Each individual has a different response to the audial quality in the surrounding environment. Naturally, psychological responses can be affected by existing audial responses. The sound of nature can produce a positive impact in the form of calm and comfort for humans. By manipulating natural elements, especially water in interior design, it is expected to have a positive impact in the form of a sense of calm and comfort. In worship, feeling calm will affect the comfort in worship and is also expected to improve the quality of worship. This study aims to identify the influence of the sound of water felt by the congregation. This study uses a quantitative approach with descriptive research methods. Data collection techniques used are literature studies and questionnaires. The results of this study indicate that water can have a fairly good impact on increasing comfort and solemnity in worship. However, to make water an element of interior design, there are many things that need to be considered because each individual has a different response to water features.Keywords: sound of water, mosque, psychology, acoustic comfort. AbstrakMasjid sebagai tempat ibadah umat Islam perlu memiliki tingkat kualitas kenyamanan yang baik, salah satu yang harus dipenuhi adalah kenyamanan akustik. Setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap kualitas audial di lingkungan sekitarnya. Secara alamiah, respons psikologis dapat terpengaruh oleh respons audial yang ada. Suara alam dapat menghasilkan dampak yang positif berupa ketenangan dan kenyamanan bagi manusia. Dengan memanipulasi unsur alam, khususnya air dalam desain interior, diharapkan dapat memberikan dampak positif berupa rasa tenang dan nyaman. Dalam beribadah, perasaan tenang akan mempengaruhi kenyamanan dalam beribadah dan juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas peribadatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh suara air yang dirasakan oleh jamaah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur dan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa air dapat memberikan dampak yang cukup baik untuk meningkatkan kenyamanan dan kekhusyukan dalam beribadah. Namun untuk menjadikan air sebagai elemen desain interior, ada banyak hal yang perlu diperhatikan karena setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap fitur air.Kata kunci: suara air, masjid, psikologi, kenyamanan akustik.
SYNTACTIC MEASUREMENT UNTUK PEMETAAN POLA EVAKUASI PADA PUSAT KOTA (STUDI KASUS KOTA NAGA, FILIPINA) Jody Adhitya; Allis Nurdini
Tesa Arsitektur Vol 20, No 1: Juni 2022
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v20i1.4444

Abstract

Abstract Living in a dense urban center with high natural disaster risk, require an effective evacuation strategy to save many lives while disaster happen. To design an evacuation and mitigation plan effectively, it should be based on the measurement of potential pattern that created on the spatial nature of urban center. Philippines is chosen as a case study because it is known that it still experiencing some natural disaster seasonally, including Naga City that still has a poor evacuation planning, such as urban-scale assembly point plan. The space syntax method is used to determine the quality degree of evacuation planning to assembly point in scale such as sub-urban or urban scale, where in this research is applied in urban center of Naga City. The quality is assessed by several indicators, including connectivity, choice, integration, nodes, and depth. It is identified and found that the public spaces in Naga City is the most potential assembly point in case of mitigation, based on syntactic analysis with space syntax method. disaster evacuation mapping is important as a basis for public information and management in urban scale. Keywords: evacuation plan, mitigation strategy, space syntax, urban disaster management Abstrak Tinggal di pusat kota yang padat dengan risiko bencana alam yang tinggi memerlukan strategi evakuasi yang efektif untuk menyelamatkan banyak nyawa saat bencana terjadi. Untuk merancang rencana evakuasi dan mitigasi secara efektif harus didasarkan pada pengukuran pola potensial yang dibuat berdasarkan pada sifat spasial suatu kota. Filipina dipilih sebagai studi kasus karena diketahui masih mengalami beberapa bencana alam secara musiman, termasuk Kota Naga yang masih memiliki perencanaan evakuasi yang buruk, seperti rencana titik perakitan skala kota. Metode space syntax digunakan untuk menentukan tingkat kualitas perencanaan evakuasi sampi ke detail titik berkumpul dalam skala seperti sub-perkotaan sampai perkotaan, di mana dalam penelitian ini diterapkan di pusat kota Kota Naga. Kualitas dinilai oleh beberapa indikator, diantaranya connectivity, choice, integration, nodes, dan depth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang publik di Kota Naga adalah titik kumpul paling potensial untuk bermitigasi, berdasarkan analisis sintaksis dengan metode space syntax. Pemetaan evakuasi bencana penting bagi pemetaan evakuasi sebagai dasar informasi dan manajemen publik dalam skala perkotaan.Kata kunci: rencana evakuasi, strategi mitigasi, space syntax, manajemen bencana kota
ASPEK PEMILIHAN RUANG KERJA PADA HUNIAN UNTUK WORK FROM HOME (WFH) DI ERA PANDEMI COVID-19 Indira Dwiyanza Noviantika; Hanson E. Kusuma; Allis Nurdini
Tesa Arsitektur Vol 20, No 1: Juni 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v20i1.4717

Abstract

Abstract A suggestion to do work at home or known as working from home/WFH has become a new habit for some of the workers in the pandemic Covid-19 era. This new habit makes publics to do some adjustments due to changes of their activities in their house, such as choosing a space to work at home. This study aims to determine what space do people choose for working and what factors and aspects that makes them choose the workspace. This study is using grounded theory approach and qualitative explorative. Data collected using online questionnaire with open-ended question and the sample is chosen with purposive sampling with the criteria people who is/was working from home. Data analysis process in three steps, such as open coding, axial coding, and selective coding. The results show that there are three architectural aspects in choosing workspace at home, such as space and physical aspects, functional aspects, and psychological aspect. This research can be applied in designing workspace at home especially in this pandemic era.Keywords: room module, working, WFH, pandemic Covid-19 AbstrakAnjuran bekerja dari rumah atau working from home (WFH) menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat di era pandemi Covid-19. Hal ini mendorong para pekerja melakukan penyesuaian karena adanya perubahan aktifitas pada hunian, salah satunya menentukan ruang untuk bekerja di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemilihan ruang pada hunian untuk bekerja dan aspek-aspek yang mempengaruhi pemilihan ruang tersebut. Penelitian dilakukan dengan pendekatan grounded theory dengan metode kualitatif bersifat eksploratif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner daring yang bersifat terbuka dengan pemilihan sampel secara purposive sampling dengan kriteria pekerja yang pernah atau sedang menerapkan working from home. Proses analisis data dilakukan dengan tiga tahap yaitu open coding, axial coding, dan selective coding. Temuan menunjukkan ada tiga aspek arsitektural dalam pemilihan ruang untuk bekerja di hunian, antara lain aspek spasial dan fisik, aspek fungsional, dan aspek psikologis. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi praktisi arsitektur dalam merancang ruang kerja pada hunian di era pandemi.Kata kunci: aspek, ruang kerja, working from home, pandemi

Page 1 of 1 | Total Record : 6