cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Majalah Kedokteran
ISSN : 02164752     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah FK UKI bertujuan sebagai wadah publikasi hasil penelitian staff pengajar fakultas kedokteran internal dan eksternal UKI, sebagai sharing knowledge para dosen fakultas kedokteran serta menunjang pengembangan ilmu kedokteran/kesehatan.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 28 No. 2 (2012): APRIL - JUNI" : 6 Documents clear
Hubungan Sanitasi Diri dengan Kejadian Kecacingan pada Siswa SDN X Paseban, Jakarta Pusat Rawina Winita; Mulyati; Hendri Astuty
Majalah Kedokteran UKI Vol. 28 No. 2 (2012): APRIL - JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mkvol34iss2pp60

Abstract

Abstrak Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh soil transmitted helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975 dan berhasil menurunkan prevalensi pada tahun 2003 sampai 8,9%. Namun pada dekade terakhir terjadi peningkatan prevalensi kecacingan termasuk di DKI Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia, terutama pada anak usia Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan jenis cacing yang menginfeksi siswa di SDN Paseban Jakarta Pusat serta mengetahui faktor yang mempengaruhi infeksi tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 terhadap 113 siswa. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kecacingan siswa SDN Paseban Jakarta Pusat adalah 11,5% dengan spesies Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura serta infeksi campur A. lumbricoides dan T. trichiura. Faktor yang mempengaruhi kecacingan adalah umur, kelas dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan sementara kejadian kecacingan tidak ditentukan oleh jenis kelamin, perilaku suka jajan, kebiasaan bermain di tanah dan kebersihan kuku.Kata kunci: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, kebiasaan, demografi Abstract Worm infection caused by soil transmitted helminths (STH) is a public health problem in Indonesia. Eradication and prevention of the disease was started in 1975 and in 2003 its prevalence has been decreased to 8.9%. But, in the last decade the disease resurge as shown in the increase of the prevalence especially in elementary school age children. This study search for the prevalence of worms infection among elementary school children of SDN X Pagi Paseban, Central Jakarta as well as factors that affect the infection. The study was conducted in December 2010 on 113 students. The results showed that the prevalence of intestinal worms infection of SDN Paseban Central Jakarta students is 11.5% which caused by Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura. Furthermore, mixed infections of A. lumbricoides and T. trichiura was also detected. Factors affecting the worms infection are age - class level and hand washing habit while the incident is not determined by gender, eating snacks habit, playing in soil and nail hygiene.Key words: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, habit, demography
Titanium Bone-Screw : Alternatif Fiksasi Intermaksilar pada Fraktur Mandibula Sederhana Sri Rahayu
Majalah Kedokteran UKI Vol. 28 No. 2 (2012): APRIL - JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mkvol34iss2pp60

Abstract

Abstrak Fraktur mandibula sederhana umumnya dirawat dalam jangka waktu singkat dengan reduksi tertutup menggunakan fiksasi intermaksilar (maksilo-mandibular) memakai dua arch-bar dengan banyak kawat stainless steel. Tindakan tersebut makan waktu dan tidak nyaman bagi pasien. Selain itu, juga mengandung resiko tertusuk kawat baik bagi pasien maupun operatornya yang dapat berakibat infeksi. Saat ini ada inovasi desain fiksasi intermaksilar yang lebih sederhana, menggunakan screw pada korteks tulang, terbuat dari campuran titanium yang dapat diterima tubuh. Alat tersebut memberikan banyak keuntungan dibanding dengan stainless steel arch-bar yang selama ini telah digunakan secara luas. Secara estetis titanium bone-screw lebih baik, lebih higienis dan lebih nyaman bagi pasien, dan waktu yang diperlukan untuk pemasangan jauh lebih cepat. Tidak ada kemungkinan tertusuk pada mukosa, sarung tangan dan kulit sehingga tidak ada kemungkinan komplikasi infeksi. Pengangkatan screw juga lebih mudah dan berlangsung singkat. Dilaporkan dua kasus fraktur mandibula sederhana, yang dirawat dengan bone-screw titanium untuk fiksasi intermaksilar. Kedua pasien menunjukkan perkembangan memuaskan, dengan oklusi stabil dan penyembuhan fraktur adekuat. Titanium bone-screw merupakan metode yang aman dan dapat diandalkan untuk menghasilkan fiksasi yang mantap, walaupun ada potensi cedera pada gigi dan syaraf bila pemasangan tidak cermat.Kata kunci: fraktur mandibula, fiksasi intermaksilar, oklusi, fungsi mastikasi Abstract Simple mandibular fractures can be conservatively treated in short-term duration by intermaxillary (maxillomandibular) fixation using two stainless steel arch-bars and lots of stainless steel wires. This procedure is timeconsuming, uncomfortable, and with significant risk of infection, for both patient and surgeon. A simplified intermaxillary fixation was designed using a cortical bone screw, made of titanium-alloy that biologically inert. It carries many advantages over widely used stainless steel arch-bars, which has a better appearance esthetically, and easier oral hygiene maintenance. In addition, it is more comfortable for the patient, gives advantage for the doctor because of markedly reduced time of placement and removal of the screws is easy and quicker. This paper reported two cases of simple (minimally displaced) mandibular fractures. The fractures had been treated by titanium bonescrews instead of stainless steel arch-bars. Satisfactory results were obtained in both patients, resulted in stable occlusion and adequate fracture healing. This approach seems to be a safe and reliable method of achieving secure mandibular fixation.Keywords: mandibular fracture, intermaxillary fixation, occlusion, titanium bone-screw.
Penanganan Sindroma Terson Bilateral dengan Vitrektomi Gilbert W. S. Simanjuntak
Majalah Kedokteran UKI Vol. 28 No. 2 (2012): APRIL - JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mkvol34iss2pp60

Abstract

Abstrak Sindroma Terson ditandai dengan perdarahan di daerah makula yang mengakibatkan penglihatan tiba-tiba menjadi buram karena trauma. Salah satu prosedur penanganan kelainan tersebut adalah vitrektomi. Sindroma tersebut bisa terjadi secara bilateral seperti halnya pada kasus ini. Telah dilakukan vitrektomi pada satu mata dengan hasil rehabilitasi penglihatan yang cepat, sesuai dengan hasil pemeriksaan optical coherence tomography dan elektroretinografi. Kata kunci: sindroma terson, vitrektomi, elektroretinografi Abstract Terson’s syndrome reveales as submacular bleeding that cause sudden vision loss. Vitrectomy is one of management of choice, which in this case is reported bilateral. Vitrectomy was done in one eye, and gave fast visual rehabilitation, according to optical coherence tomography and electroretinography findings. The outcome of surgery encourage the patient to undergo the same procedure to the fellow eye.Key words: sindroma terson, vitrectomy, electroretinography
Model Diagnostik dan Prognostik di Bidang Kesehatan Kerja Eva Suarthana
Majalah Kedokteran UKI Vol. 28 No. 2 (2012): APRIL - JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mkvol34iss2pp60

Abstract

Abstrak Model prediksi sudah lama digunakan untuk membantu pengambilan keputusan klinis di bidang kedokteran, tetapi relatif baru di bidang kesehatan kerja. Model prediksi dibuat untuk memperkirakan probabilitas suatu kondisi (model diagnostik) atau akan terjadinya suatu kondisi (model prognostik). Model diagnostik dan prognostik dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi program surveilans pekerja karena model-model tersebut memungkinkan identifikasi kelompok pekerja yang berisiko mengalami penyakit akibat kerja. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan model, bagaimana melakukan evaluasi akurasi dan validasi model, transformasi model untuk aplikasi klinis, serta hal-hal yang perlu dicermati dalam implementasi model dalam praktik kesehatan kerja. Kata kunci: akurasi, kedokteran okupasi, model prediksi, pengambilan keputusan, validitas Abstract Prediction models have long been used to aid clinical decision making, but is relatively new in the field of occupational health. Prediction models are made to estimate the probability of the presence of a condition (diagnostic models) or the occurrence of a condition (prognostic models). Diagnostic and prognostic models can be utilized to improve the efficiency of surveillance programs for workers because these models allows identification of workers at risk of having or developing occupational disease. This review covers aspects that need to be considered in developing a model; evaluating the accuracy and validity of a model; transforming the model for clinical applications; as well as issues in the implementation of the model in occupational health practice.Key words: accuracy, decision making, occupational medicine, prediction model, validity
Kriteria RIFLE pada Acute Kidney Injury Sudung O. Pardede; Niken Wahyu Puspaningtyas
Majalah Kedokteran UKI Vol. 28 No. 2 (2012): APRIL - JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mkvol34iss2pp60

Abstract

Abstrak Acute kidney injury (AKI) merupakan masalah yang menyulitkan dalam dunia kedokteran. Acute kidney injury diartikan sebagai peningkatan kreatinin serum ataupun produk metabolisme nitrogen yang bersifat reversibel dan ketidakmampuan ginjal untuk meregulasi cairan dan elektrolit kekeadaan homeostasis tubuh. Kriteria risk, injury, failure, loss, and end stage renal disease (RIFLE) telah ditetapkan sebagai kriteria standar AKI pada orang dewasa. Pada anak telah digunakan klasifikasi RIFLE yang dimodifikasi yang disebut dengan pediatric RIFLE (pRIFLE). Perbedaan antara RIFLE pada dewasa dan pRIFLE pada anak adalah nilai cut-off kreatinin serum yang lebih rendah untuk mencapai kategori F (failure), dan waktu pengeluaran urin yang diperlukan untuk menentukan risk dan injury. Penyebab AKI dibedakan menjadi penyebab pre renal, renal, dan uropati obstruktif. Beberapa biomarker seperti neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL) plasma, kadar sistatin C dan perubahan kadar urin NGAL, interleukin 18, kidney injury molecule-1 (KIM-1) dan KIM-3 sedang dalam tahap penelitian. Mortalitas pada pasien dengan AKI (31,2%) lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa AKI (6,9%). Angka mortalitas meningkat seiring peningkatan stadium yaitu R sebesar 18,9%, I sebesar 36,1% serta F sebesar 46,5%.Kata kunci: gagal ginjal akut, RIFLE, oliguria, laju filtrasi glomerulus, kreatinin Abstract Acute kidney injury (AKI) is a complicated problem in medicine. Acute kidney injury is defined as a reversible increase in serum creatinine or nitrogen metabolism products and inability of kidney to regulate fluid and electrolyte to homeostatic state. Risk, injury, failure, loss, and end stage renal disease (RIFLE) has been established as a standard criteria of AKI in adults. In children, there is a modified RIFLE classification called pediatric RIFLE (pRIFLE). The differences between adult RIFLE and child pRIFLE are lower cut-off point of serum creatinine to reach F (failure) category and diuresis time to establish risk and injury. Causes of AKI can be divided into prerenal, renal and obstructive uropathy. Several biomarkers for AKI such as plasma neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL), cystatin C level and changes in urinary level of NGAL, interleukin 18, kidney injurymolecule-1 (KIM-1) and KIM-3 are still on research. The mortality of patients with AKI (31,2%) is higherthan those without AKI (6,9%). The mortality rate increases along with the increase of AKI stages, stage R:18,9%, stage I:36,1% and stage F:46,5%.Key words: acute kidney injury, RIFLE, oliguria, glomerular filtration rate, creatinin
Pruritus Uremik pada Penyakit Gagal Ginjal Kronik Ago Harlim; Paulus Yogyartono
Majalah Kedokteran UKI Vol. 28 No. 2 (2012): APRIL - JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mkvol34iss2pp60

Abstract

Abstrak Pruritus uremik merupakan salah satu keluhan yang sangat mengganggu dan sangat sering dirasakan oleh penderita gagal ginjal kronik. Menariknya, gejala tersebut tidak terdapat pada penderita gagal ginjal akut. Sejumlah faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya pruritus uremik ini telah banyak diteliti namun patogenesisnya hingga kini masih belum jelas. Mungkin banyak faktor yang mempengaruhi patogenesis terjadinya pruritus uremik dan masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui patogenesis pruritus uremik ini. Kata kunci: pruritus uremik, gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik, patogenesis. Abstract Uremic pruritus is one of most bothersome symptoms of patients with chronic renal failure. Interestingly, pruritus is typically not seen in acute renal failure. The expanding number of alleged pathogenesis factors bears testimony to the elusiveness of the causes but its pathogenesis remains unclear. Multi factorial facets could be involved in the pathogenesis of uremic pruritus. Further study is needed to reveal the pathogenesis of uremic pruritus. Keywords: uremic pruritus, acute renal failure, chronic renal failure, pathogenesis.

Page 1 of 1 | Total Record : 6