cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Majalah Kedokteran
ISSN : 02164752     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah FK UKI bertujuan sebagai wadah publikasi hasil penelitian staff pengajar fakultas kedokteran internal dan eksternal UKI, sebagai sharing knowledge para dosen fakultas kedokteran serta menunjang pengembangan ilmu kedokteran/kesehatan.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 38 No. 2 (2022): MEI - AGUSTUS" : 5 Documents clear
Hubungan Jumlah Trombosit dan Kadar Hematokrit dengan Lama Rawat Inap Pasien DBD pada Anak di RSUP DR. Sitanala Tahun 2019-2021 Yessica Milenia; Sirait, Robert H.
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 2 (2022): MEI - AGUSTUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i2.5680

Abstract

Latar belakang : Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi oleh virus dengue melalui gigitan vektor DBD yaitu nyamuk genus Aedes. Sekitar 2,5 miliar populasi dunia memiliki risiko terinfeksi dengue Per tahun sekitar 500.000 pasien di dunia memerlukan rawat inap dan mayoritas anak-anak. Parameter laboratorium sebagai indikator menegakan diagnosis DBD adalah trombositopenia dan hemokonsentrasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan jumlah trombosit dan kadar hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD pada anak. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dan uji statistik Chi-Square. Sampel berjumlah 86 pasien DBD pada anak yang menjalani rawat inap di RSUP dr. Sitanala tahun 2019-2021. Hasil : Terdapat hubungan jumlah trombosit dengan lama rawat inap pasien DBD pada anak, diperoleh nilai p=0,001 dan terdapat hubungan kadar hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD pada anak, didapatkan nilai p=0,029. Kesimpulan : Terdapat hubungan jumlah trombosit dan kadar hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD pada anak di RSUP dr. Sitanala Tahun 2019-2021.
Gambaran Keberhasilan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis Melalui Pemeriksaan Apus Darah Tebal di Kabupaten Balangan Periode Februari – April 2021 Kustono, Rachel S.; Yanti; Harmiatun, Yovita
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 2 (2022): MEI - AGUSTUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i2.5737

Abstract

Filariasis adalah penyakit menular menahun yang terjadi akibat transmisi mikrofilaria dengan perantara nyamuk yang menghisap darah sebagai vektor. Terdapat tiga spesies parasit yang menyebabkan filariasis yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Salah satu wilayah di Indonesia yang masih merupakan daerah endemik filariasis adalah Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu daerah endemis, di daerah ini wajib dilaksanakan kegiatan pemberian obat pencegahan massal (POPM) filariasis selama lima tahun berturut-turut dengan tujuan untuk mencapai keadaan bebas filariasis. Setelah kegiatan POPM dilaksanakan selama lima tahun berturut-turut, dilakukan evaluasi penilaian keberhasilan kegiatan melalui pemeriksaan sediaan apus darah tebal. Kegiatan POPM akan dinyatakan berhasil jika didapatkan hasil perhitungan microfilaria rate <1%. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan pada bulan Desember 2021 dengan cara mengambil data sekunder kegiatan POPM filariasis selama lima tahun dan hasil pemeriksaan sediaan apus darah tebal periode Februari - April 2021 di Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan. Hasil positif filariasis berdasarkan kelompok umur paling banyak didapatkan pada kategori 55-64 tahun dengan lima pasien dan berdasarkan jenis kelamin, dengan lima pasien, laki-laki lebih banyak menderita dibandingkan perempuan. Delapan pasien yang positif berasal dari kelompok yang tidak patuh dalam meminum obat anti filariasis. Perhitungan microfilaria rate, didapatkan hasil positif 1.6% dari pemeriksaan sediaan apus darah tebal yang berarti pelaksanaan kegiatan POPM filariasis telah menurunkan angka infeksi namun belum mencapai target yang ditentukan. Kata Kunci: Filariasis, endemis, POPM Filariasis is a chronic infectious disease that occurs due to the transmission of microfilariae through blood-sucking mosquitoes as vectors. There are three species of parasites that cause filariasis, namely Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, and Brugia timori. One area in Indonesia that is still an endemic area for filariasis is Balangan Regency, South Kalimantan. As an endemic area, in this area it is mandatory to carry out mass preventive treatment (POPM) activities for filariasis for five consecutive years with the aim of achieving a filariasis-free state. After POPM activities have been carried out for five consecutive years, an evaluation of the success of the activity is carried out through examination of thick blood smears. POPM activities will be declared successful if the microfilaria number calculation results are <1%. This research was conducted at the Balangan District Health Service, South Kalimantan in December 2021 by collecting secondary data on POPM filariasis activities for five years and the results of thick blood smear examinations for the period February – April 2021 at the Balangan District Health Service. The most positive results for filariasis based on age group were in the 55-64 year category with five patients and based on gender, there were five patients, men suffering more than women. Eight positive patients came from the group who were non-compliant in taking anti-filariasis medication. Calculating the number of microfilariae obtained positive results of 1.6% from examination of thick blood smears, which means that the implementation of POPM filariasis activities has reduced the transmission rate but has not reached the specified target. Keywords: Filariasis, endemic, POPM
Hubungan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dengan Tingkat Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia Kuyap, Graceana M.A.; Parmono, Trimurti; Suryanegara, Wiradi
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 2 (2022): MEI - AGUSTUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i2.5738

Abstract

Pemberian gizi yang seimbang dan mencukupi akan menghasilkan anak-anak dengan kesehatan yang baik. Untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan yang optimal pada bayi diperlukan pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang sesuai. Kekurangan gizi yang menyebabkan stunting merupakan hasil dari kurangnya nutrisi pada masa sebelumnya. Berdasarkan data WHO pada tahun 2018, prevalensi stunting di seluruh dunia adalah 22%. Di Indonesia angka ini mencapai 30,8% lebih tinggi dari rata-rata global. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji hubungan antara saat pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada anak balita di Indonesia. Pendekatan riset yang digunakan adalah metode potong lintang dan analisis observasional. Semua anak balita yang mengalami stunting dan tercatat dalam studi ini memakai data dari Riskesdas tahun 2018 sebagai populasi subjek penelitian. Riset ini melibatkan 23.257 bayi yang berada dalam rentang usia 6-24 bulan. Data hasil penelitian disajikan dalam format distribusi tabel dan dianalisis memakai uji chi square. Temuan dari studi ini mengindikasikan bahwa dari keseluruhan sampel tersebut hanya terdapat 99 bayi (0,4%) yang berusia melebihi 6 bulan dan mengalami stunting setelah menerima pemberian MPASI. Selain itu sudi ini menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI dan kejadian stunting pada balita (dengan nilai p=0,634). Secara keseluruhan hasil studi ini menunjukkan pemberian MPASI pada bayi di atas 6 bulan tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian stunting balita di Indonesia. Kata kunci: Stunting, gizi, MPASI Proper and well-balanced nutrition contributes to the birth of healthy children. To ensure optimal growth and development of babies, exclusive breastfeeding and appropriate complementary foods (MP-ASI) are provided. Stunting is a condition of malnutrition caused by insufficient nutrients in the past. According to WHO data from 2018, the global prevalence of stunting was 22%, while in Indonesia, based on Riskesdas, it was 30.8%. This indicates that Indonesia has a higher stunting rate compared to the global average. The main objective of this study was to investigate the correlation between the timing of introducing complementary feeding (MP-ASI) and the incidence of stunting in Indonesian toddlers. The research adopted a cross-sectional approach and an analytical observation method. All children identified with stunting based on the Riskesdas 2018 data were included as participants, resulting in a total sample size of 23,257 infants aged 6-24 months. The data collected were presented in distribution tables and analyzed using the chi-square test. The study's findings revealed that out of the infants older than 6 months who received complementary foods, 99 (0.4%) experienced stunting. However, no significant relationship was found between complementary feeding and stunting (0.634, p < 0.05). In conclusion, the study suggests that the timing of introducing complementary feeding (MP-ASI) to infants older than 6 months did not significantly affect the occurrence of stunting in Indonesian toddlers. Nonetheless, it is crucial to emphasize that maintaining a balanced diet and exclusive breastfeeding remain essential for ensuring the healthy growth and development of children. Keywords: Stunting, nutrition, weaning food
Gambaran Demografis dan Klinis Demam Tifoid pada Anak di Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia Periode 2019-2022 Arika, Nur S.; Adriani, Ance
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 2 (2022): MEI - AGUSTUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i2.5739

Abstract

Demam tifoid adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri golongan Salmonella. Infeksi tersebut dapat menyerang anak dan orang dewasa yang hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran demografis dan klinis pada anak dengan demam tifoid. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif menggunakan data rekam medik pasien anak dengan diagnosis demam tifoid di RS UKI. Penelitian yang dilakukan pada 100 orang subyek menunjukkan sebagian besar infeksi terjadi pada anak laki-laki dan terbanyak pada usia 13 tahun. Gejala klinik yang ditemukan meliputi demam dan gejala gastro-intestinal seperti mual muntah, diare, konstipasi, dan hepatosplenomegali. Kata kunci: Demam tifoid, anak, data demografis, gejala klinik. Typhoid fever is an infection caused by Salmonella group bacteria. This infection can attack children and adults. Until now it is still a public health problem. This study aims to determine the demographic and clinical features of children with typhoid fever. This research is a retrospective study by examining the medical records of pediatric patients diagnosed with typhoid fever at UKI Hospital. Research conducted on 100 subjects showed that most of them occurred in boys and most occurred at the age of 13 years. Clinical symptoms found include fever and gastro-intestinal symptoms. Key words: Typhoid fever, children, demographic data, clinical symptoms.
Tuberkulosis Milier dan Malnutrisi Pada Anak Laki-Laki Usia 12 Tahun Laporan Kasus Simanjuntak, Agrevonna G.A.R.N.; Rauf, Soleh M.
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 2 (2022): MEI - AGUSTUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i2.5740

Abstract

Tuberkulosis (TB) milier merupakan komplikasi fokus infeksi tuberkulosis yang disebarkan secara hematogen. Gambaran berupa bercak-bercak yang halus umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Penanganan tuberkulosis milier (khususnya pada anak) perlu memperhatikan status gizi, mengingat riskannya anak dengan infeksi tuberkulosis mengalami malnutrisi. Kasus adalah seorang anak laki-laki umur 12 tahun dengan TB milier dan malnutrisi dirawat di RSUD Nunukan, Kalimantan Utara. Pasien dikonsulkan ke Bagian Pediatri dengan keluhan awal sesak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan laju napas meningkat, iga gambang dan muscle wasting. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, leukositosis, hiponatremia, pad Rontgen torak ditemukan kesan TB milier. Pada pasien diberikan obat anti tuberkulosis (OAT) fixed drugs composition (FDC) dan penanganan malnutrisi. Pasien mengalami perbaikan secara klinis. Kata kunci: malnutrisi, OAT, tuberkulosis, tuberkulosis millier Milliary tuberculosis is a complication of a focal hematogenous spread of tuberculosis infection. In plain radiograph, milliary deposists appear as 1-3 mm diameter nodules, which are uniform in size and uniformly distributed. Management of milliary tuberculosis (especially in children) has to pay attention to nutritional status, given the risk of children with tuberculosis infection experiencing malnutrition. A 12-year- old boy with milliary tuberculosis and malnutrition has been treated at Nunukan District Hospital, North Kalimantan. Patient were consulted in the pediatric division with initial complaint was dyspneu. On physical examination found increased respiratory rate, prominent ribs, and muscle wasting. From laboratory tests found anemia, leucocytosis, hyponatremia, plain chest x-ray suggests milliary tuberculosis. Patients given fixed-dose combination anti-tuberculosis drug and malnutrition. The patient then undergoes clinical improvement. Keyword: malnutrition, anti-tiberculosis drug, tuberculosis, milliary tuberculosis

Page 1 of 1 | Total Record : 5