p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Amerta
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KERENTANAN TINGGALAN BUDAYA BAWAH AIR SITUS KARANG BUI DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT Gemilang, Wisnu Arya; Ridwan, Nia Naelul Hasanah; Wisha, Ulung Jantama; Rahmawan, Guntur Adhi; Ilham; Tahir, Zainab
AMERTA Vol. 38 No. 1 (2020)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. The Vulnerability of Underwater Cultural Heritages in Karang Bui Site, Northern Coast of West Java. Underwater remains which found in Karang Bui site, Karawang-Subang waters are originated from the colonial period of Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) and occupation period of the Kingdom of the Netherlands in Indonesia. Research on the vulnerability of the Karang Bui site has been conducted by the Ministry of Marine Affairs and Fisheries in 2017-2018. Research methods including observation of sea area; diving activities for site documentation, seabed profiles mapping, and the use of Side Scan Sonar. Besides looting activities that occurred in the past, the threats toward Karang Bui site preservation nowadays are from human and natural factors. Karang Bui site is located in shallow water with a depth of 5-12 m, so during the maximum elevation, the waves height and current velocity which forms at that location is increasing. Sedimentation level in Karang Bui site is also high caused by many rivers estuary around the site. The site is located within the area of P.T. Pertamina petroleum refineries which is likely the spill oil will threaten the archaeological remains. Furthermore, Karang Bui site is located near Patimban, Subang port development area which also the shipping line. Planning and protection measurement needs to be carried out immediately by related institutions and local governments. Thus, due those various vulnerability factors, the lifting of Karang Bui underwater artifacts is important to be done. Abstrak. Tinggalan bawah air yang ditemukan di Karang Bui, perairan Karawang-Subang, berasal dari masa Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan masa penjajahan Kerajaan Belanda di Indonesia. Penelitian terhadap kerentanan Situs Karang Bui telah dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2017-2018. Metode penelitian meliputi observasi kawasan laut, penyelaman bawah air untuk dokumentasi situs, pemetaan profil dasar laut, penggunaan side scan sonar. Selain aktivitas penjarahan pada masa lalu, ancaman terhadap kelestarian Situs Karang Bui saat ini berasal dari alam dan ulah manusia. Situs Karang Bui berada di perairan dangkal dengan kedalaman 5-12 m sehingga saat elevasi maksimal, tinggi gelombang dan kecepatan arus yang terbentuk di lokasi tersebut semakin meningkat. Tingkat sedimentasi di Situs Karang Bui juga tinggi karena banyak muara sungai di sekitar situs. Lokasi situs berada di area kilang-kilang pengeboran minyak bumi milik P.T. Pertamina, yang kemungkinan tumpahan minyak akan mengancam tinggalan arkeologis. Selain itu, lokasi situs berada di dekat area pembangunan pelabuhan Patimban, Subang, juga merupakan alur pelayaran. Perencanaan dan tindakan pelindungan Situs Karang Bui perlu segera dilakukan oleh institusi terkait dan pemerintah daerah. Oleh karena berbagai faktor kerentanan tersebut, pengangkatan artefak bawah air Karang Bui sangat penting untuk dilakukan.
UPAYA KONSERVASI KAPAL KARAM GOSONG NAMBI SEBAGAI BUKTI ADANYA JALUR PERDANGAN MARITIM MASA LALU DI KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATRA BARAT Wisha, Ulung Jantama; Ridwan, Nia Naelul Hasanah; Dhiauddin, Ruzana; Rahmawan, Guntur Adhi; Kusumah, Gunardi
AMERTA Vol. 38 No. 1 (2020)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. Conservation Efforts of Gosong Nambi Shipwreck as an Evidence of the Past Maritime Trading Routes in Pesisir Selatan Regency, West Sumatra. The coastal region of West Sumatra has become one of the main trading routes in the 15th-19th centuries so there is no doubt that this area has many archaeological remains both underwater, coastal area, and buried underground. One of the underwater archaeological remains in this region is the discovery of a shipwreck at the Gosong Nambi coral site which is administratively located in Pesisir Selatan Regency, West Sumatra Province in 2015. This study aims to provide an overview of the current condition of the Gosong Nambi Shipwreck site. Research activities include collecting information, searching the shipwreck’s location, recording data, measuring the visible dimensions, and sketching the shipwreck, has been done. Visually, it is a small size vessel which was predicted as a cargo ship from the 1900s that might sail from Bengkulu to West Sumatra and crashed into Gosong Nambi coral (Atoll) and then sank. The shipwreck is partially buried in the sand and piles of the dead coral in the stern and most of the ship’s hull had been looted by scarp metal hunters. Natural factors also trigger site vulnerability so it is advisable to excavate. Conservation efforts are necessary to be done with a CRM approach which can have a positive impact on society on socio-economic aspects without harming any related parties. Abstrak. Wilayah pesisir Sumatra Barat menjadi salah satu jalur perdagangan utama pada abad ke-15--19 sehingga tidak diragukan lagi wilayah ini memiliki banyak tinggalan arkeologis baik yang di bawah air, wilayah pantai, maupun terkubur di bawah tanah. Salah satu tinggalan arkeologi bawah air di wilayah ini adalah temuan kapal karam di situs gugusan karang Gosong Nambi yang secara administratif terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat pada tahun 2015.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kondisi terkini situs kapal karam Gosong Nambi. Aktivitas penelitian berupa pengumpulan informasi, pencarian lokasi situs, perekaman data, pengukuran dimensi kapal yang terlihat, dan membuat sketsa kapal, telah dilakukan. Secara visual, kapal tersebut termasuk kapal kecil yang diprediksi sebagai kapal barang dari tahun 1900-an yang mungkin berlayar dari Bengkulu menuju ke Sumatra Barat dan menabrak gugusan karang (atol) Gosong Nambi dan akhirnya tenggelam. Kondisi kapal karam tersebut sebagian terkubur dalam pasir dan tumpukan karang mati pada bagian buritan dan sebagian besar lambung kapal telah dijarah oleh para pemburu besi tua. Faktor alam juga menjadi pemicu kerentanan situs sehingga disarankan untuk melakukan ekskavasi. Upaya konservasi perlu dilakukan dengan pendekatan CRM yang dapat berdampak positif terhadap masyarakat pada aspek sosial ekonomi tanpa merugikan berbagai pihak yang terkait.