The use of plants as natural dyes holds significant ecological and cultural value, particularly in supporting environmentally friendly practices and the preservation of indigenous heritage. However, traditional knowledge possessed by indigenous communities regarding the sources and techniques of natural dye production remains poorly documented in scientific literature. This presents both a challenge and an opportunity for the conservation of forest plant species with high utilization potential. This study aims to explore the ethnobotanical knowledge and bioecology of three forest plant species Papak (Vitex pubescens), Tebelian (Eusideroxylon zwageri), and Tengkawang Tungkul (Shorea stenoptera) as well as their use as natural dyes in traditional woven fabrics of the Dayak Iban community. The research was conducted in Sadap Hamlet, Manua Sadap Village, Kapuas Hulu Regency, West Kalimantan, using a qualitative approach involving in-depth interviews with key informants and literature reviews on the taxonomy and bioecology of the selected species. The results show that the Dayak Iban community has long utilized plants as natural dyes, with several species such as Indigofera, Morinda citrifolia, Parkia speciosa, and Nephelium lappaceum already cultivated in home gardens. Meanwhile, Papak, Tebelian, and Tengkawang are still collected from forests due to limited cultivation efforts. Indigenous knowledge, when integrated with scientific approaches, offers promising pathways for the conservation and domestication of these dye-producing plants. Understanding the bioecological characteristics of these species can guide appropriate cultivation strategies. This integration highlights the potential for sustainable, efficient, and environmentally sound use of natural resources through the synergy of local and scientific knowledge. Keyword: Bioecology, Ethnobotany, Dayak Iban, Plant conservation, Natural dyes. Abstrak Pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami memiliki nilai ekologis dan budaya yang tinggi, khususnya dalam mendukung praktik ramah lingkungan dan pelestarian warisan lokal. Namun, pengetahuan tradisional masyarakat adat mengenai sumber dan teknik pemanfaatan tumbuhan pewarna alami masih belum banyak terdokumentasi secara ilmiah khususnya yang berasal dari Kabupaten Kapuas Hulu. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang dalam upaya konservasi tumbuhan hutan yang memiliki potensi nilai guna tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengetahuan etnobotani dan bioekologi tiga spesies tumbuhan hutan, yaitu Papak (Vitex pubescens), Tebelian (Eusideroxylon zwageri), dan Tengkawang Tungkul (Shorea stenoptera), serta potensi dan proses penggunaannya sebagai pewarna alami pada kain tenun tradisional masyarakat Dayak Iban. Penelitian dilaksanakan di Dusun Sadap, Desa Manua Sadap, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap informan kunci dan studi literatur mengenai taksonomi serta bioekologi ketiga spesies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Dayak Iban secara turun-temurun telah memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber pewarna alami. Beberapa spesies seperti Rengat, Mengkudu, Petai, dan Rambutan telah dibudidayakan di pekarangan rumah, sedangkan Papak, Tebelian, dan Tengkawang masih dikumpulkan dari hutan karena terbatasnya upaya budidaya. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat berpotensi dikolaborasikan dengan pendekatan ilmiah untuk mendukung konservasi dan domestikasi ketiga spesies tersebut. Informasi bioekologi dari ketiga tumbuhan ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dalam menentukan habitat yang sesuai untuk budidaya. Integrasi pengetahuan lokal dan ilmiah ini menunjukkan potensi besar dalam mendukung pemanfaatan sumber daya alam secara efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Kata kunci : Bioekologi, Etnobotani, Dayak Iban, Konservasi tumbuhan, Pewarna alami.