Kekeringan merupakan suatu kondisi dimana ketersediaan air jauh di bawah dari kebutuhan untuk sehari-hari. Proses terjadinya kekeringan sendiri diawali dengan berkurangnya jumlah curah hujan di bawah normal pada suatu musim. Analisis Indeks kekeringan dan peta sebaran kekeringan yang dapat digunakan sebagai masukan untuk menangani permasalahan kepada instansi terkait. Kabupaten Kupang, beriklim semi kering upaya adaptasi yang paling jitu dalam dalam optimalisasi pertanian adalah melakukan penetapan pola tanam dan waktu tanam (kalender tanam) yang tepat dengan mempertimbangkan kondisi iklim. Data yang digunakan merupakan data klimatologi berupa data hujan. Dari 13 (tiga belas) stasiun hujan yang ada di Kabupaten Kupang. Analisis kekeringan menggunakan metode Theory of Run. Hasil Analisis kekeringan kemudian dibuat peta sebaran kekeringan. Hasil penelitian menunjukkan, Stasiun Hueknutu memiliki durasi dan defisit hujan yang paling besar durasi kekeringan selama 22 bulan dan defisit sebesar 1170,84 mm, sedangkan stasiun Baun memiliki durasi dan defisit hujan yang paling kecil, durasi selama 9 bulan dan defisit sebesar 383,22 mm. Prosentase Rata rata Indeks kekeringan di Kabupaten Kupang Untuk Kondisi Normal (N) sebesar 36.22%, Kering (K) 6.05 %, Sangat Kering (SK) 9.37 % dan Amat Sangat Kering 48.36 %. Bulan Januari, Pebruari, Maret dan Desember di wilayah Kabupaten Kupang di dominasi kondisi Normal/Basah dimana PJanuari > 89.64% , PPebruari >86.24%. Tingkat Kekeringan yang tertinggi Kabupaten Kupang terjadi Pada Bulan September. Optimalisasi berdasarkan pola tanam pada masing-masing daerah irigasi dilakukan penetapan waktu periode tanam pada kondisi Normal/Basah P>85%, memulai awal tanam MT I, (Januari, Pebruari, Maret dan Desember) sedangkan Untuk MT II dilakukan pada bulan Juni.