Abidin, Hasanuddin Zainal
Kelompok Keilmuan Geodesi - Institut Teknologi Bandung Badan Informasi Geospasial

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ALGORITMA PENENTUAN DAN REKONTRUKSI ARAH KIBLAT TELITI MENGGUNAKAN DATA GNSS Gumilar, Irwan; Trihantoro, Nur Fajar; Bramanto, Brian; Andreas, Heri; Abidin, Hasanuddin Zainal; Gamal, Mohamad
GEOMATIKA Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1124.627 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2019.25-2.974

Abstract

Kiblat merupakan arah yang dituju umat Muslim ketika melakukan ibadah shalat. Terdapat beberapa dalil baik Al-Quran ataupun As-Sunnah yang mewajibkan ibadah shalat untuk menghadap kiblat. Perkembangan teknologi penentuan posisi dan algoritma pengukuran arah sangat memungkinkan untuk menentukan arah kiblat secara teliti, sekalipun untuk daerah yang tidak memungkinkan untuk melihat Kakbah. Tujuan penelitian ini yaitu menentukan mekanisme perhitungan arah kiblat dan rekonstruksinya menggunakan teknologi GNSS. Metodologi yang dilakukan yaitu dengan menerapkan beberapa metode penentuan posisi menggunakan GNSS untuk menentukan arah kiblat dan perhitungan arah kiblat di atas bidang elipsoid menggunakan metode Vincenty. Rekontruksi arah kiblat dilakukan dengan menerapkan irisan koreksi normal geodesik, koreksi skew normal, dan koreksi defleksi vertikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode statik, RTK, dan RTPPP GNSS dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat. Penerapan metode Vincenty di atas bidang elipsoid untuk penentuan azimut memperlihatkan arah yang tepat ke arah Kakbah. Untuk keperluan rekonstruksi arah kiblat, pemberian koreksi normal geodesik, koreksi skew normal, dan koreksi defleksi vertikal dapat meningkatkan ketelitian sekitar 2 menit. Khusus untuk pengukuran titik backsight dengan RTK, azimut yang didapatkan berbeda sekitar 2 menit dibandingkan dengan metode statik. Perbedaan 2 menit ini menyebabkan arah Kakbah bergeser sekitar 3,6 km, walaupun masih tetap berada di kota Mekah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi untuk pengukuran tepat ke arah kiblat maka harus digunakan metode penentuan posisi statik, menggunakan metode Vincenty di atas elipsoid untuk pengukuran azimutnya, serta menerapkan koreksi irisan normal geodesik, koreksi skew normal, dan koreksi defleksi vertikal untuk rekonstruksinya.
PEMODELAN 3D “GEDUNG INDONESIA MENGGUGAT” MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TERRESTRIAL LASER SCANNER Mudzakir, Muhammad Zaky; Abidin, Hasanuddin Zainal; Gumilar, Irwan
Indonesian Journal of Geospatial Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Sebagai salah satu bangunan bersejarah, Gedung Indonesia Menggugat perlu dirawat dan dijaga agar selalu dalam kondisi baik. Hal yang harus dilakukan adalah pelestarian dan pengarsipan bangunan. Pemodelan 3D merupakan bentuk pelestarian dan pengarsipan bangunan bersejarah. Model 3D dapat dijadikan sebagai acuan apabila terjadi perubahan bentuk fisik dari bangunan. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan 3D memanfaatkan teknologi Terrestrial Laser Scanner (TLS). TLS dapat membentuk model dari bangunan kompleks secara detail dan merepresentasikan bentuk aslinya dengan waktu yang relatif singkat. Metodologi penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan dimulai dari studi literatur dan pelatihan penggunaan alat, akuisisi data, pengolahan data sampai pembentukan model. Proses akuisi data dilakukan dengan menggunakan TLS. Metode pengolahan data yang dipakai yaitu registrasi dan filtering. Registrasi dilakukan untuk menggabungkan data point cloud dari setiap tempat berdiri alat (station). Filtering digunakan untuk menghilangkan derau yang terpindai saat akuisisi data. Setelah itu dilakukan pembentukan model 3D. Model 3D Gedung Indonesia Menggugat memiliki nilai galat registrasi rata-rata sebesar 1 mm. Nilai galat yang dihasilkan pada proses registrasi diakibatkan oleh pergeseran nivo pada TLS saat leveling di dua station yang berbeda dan pada target ketika diputar menghadap arah TLS berpindah. Hasil validasi ukuran pada objek sesungguhnya menunjukkan perbedaan jarak rata-rata dengan model 3D sebesar 6 mm. Pada beberapa bagian,  hasil model 3D menujukkan bentuk yang kurang baik. Hal itu disebabkan oleh data yang berlubang karena terhalang objek lain pada saat pemindaian, sehingga menyebabkan proses mesh tidak sempurna. Dari hasil model 3D juga didapatkan volume ruang utama, ruang sidang, ruang Supriyadinata, serta gabungan aula, ruang Maskoen, dan ruang Gatot Mangkoepradja sebesar 1942,8 m3.
PEMODELAN 3D “GEDUNG MERDEKA” MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TERRESTRIAL LASER SCANNING Noviansyah, Rezky Hartawan; Gumilar, Irwan; Abidin, Hasanuddin Zainal
Indonesian Journal of Geospatial Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Gedung Merdeka merupakan salah satu bangunan bersejarah di pusat Kota Bandung yang memiliki nilai historis tinggi dan telah berdiri sejak tahun 1895. Bangunan peninggalan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pergelaran konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal lahirnya gerakan non-blok di dunia. Jika dilihat dari penampakannya, bangunan ini bernuansa art deco dan dilengkapi dengan lantai marmer italia beserta kayu cikenhout. Oleh karena itu, untuk mempertahankan semua keunikan yang berada pada gedung tersebut perlu dilakukan sebuah upaya untuk melestarikan keberadaannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemodelan tiga dimensi (3D). Pada kasus ini cara yang digunakan adalah dengan menggunakan teknologi Terrestrial Laser Scanning (TLS) dengan teknik pemodelan terbalik (reverse modelling). Model tiga dimensi yang akan terbentuk dari proses tersebut merupakan solusi konkret dari upaya pengarsipan, pendokumentasian, dan pemasaran Gedung Merdeka. Metodologi Penelitian ini diawali dengan studi literatur lalu dilanjutkan dengan akuisisi data, dan diakhiri dengan pengolahan data yang menghasilkan model tiga dimensi. Pada saat akuisisi data, metode yang digunakan adalah pemindaian obyek menggunakan TLS yang memanfaatkan prinsip pengukuran berbasis pulsa. Dalam melakukan pengolahan data, metode yang digunakan adalah registrasi, filtering, unify dan pembuatan model tiga dimensi. Pada proses registrasi didapatkan total point cloud sebanyak 257.126.364 titik dengan nilai rata-rata galat hasil registrasi sebesar sebesar 2 mm. Data point cloud yang telah diolah lalu dibentuk menjadi sebuah model 3D melalui serangkaian proses dengan menggunakan beberapa perangkat lunak. Pada model 3D yang dihasilkan juga didapat volume bagian main hall sebesar 10098.8 m3. Proses validasi model 3D dilakukan dengan membandingkan antara model tiga dimensi yang dihasilkan dengan hasil ukuran distometer, yaitu antara 2 mm ? 9 mm dengan  perbedaan jarak rata-rata sebesar 4 mm.
Identifikasi Pergerakan Tanah Menggunakan Total Station Robotik di Kampung Nagrog, Desa Mukapayung Kidangpananjung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat Sadarviana, Vera; Abidin, Hasanuddin Zainal; Gumilar, Irwan; W, Nunghatta S; T, Achmad R
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v2018i2.3707

Abstract

ABSTRAKDesa Mukapayung Kidangpananjung Kecamatan Cililin mengalami bencana longsor pada tahun 2013. Bukit yang mengelilingi desa menjadi morfologi yang terganggu kestabilannya pada saat terjadi hujan lebat semalaman. Bukit tersebut memiliki tingkat kemiringan yang curam dan berpotensi mengalami pergerakan tanah atau longsor. Apabila potensi kerentanan dipicu oleh getaran/gempa dan peningkatan volume air, seperti hujan maka bukit tersebut dapat mengalami kembali pergerakan tanah/longsoran. Untuk itu, pemantauan gerakan tanah perlu dilakukan dalam upaya mitigasi bencana lanjutan. Pemantauan gerakan tanah dilakukan menggunakan Total Station Robotik yang menghasilkan vektor pergerakan tanah dari titik-titik pantau yang dipasang di lereng bukit. Dari hasil vektor tiga periode pengamatan diketahui bahwa arah pergerakan tanah berbeda untuk di suatu titik pantau. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lereng yang diamati memiliki bidang gelincir lebih dari satu. Sehingga pada saat terjadi longsor maka arah pergerakan tanah/material lereng dapat bergerak sesuai dengan bidang gelincir yang mengalami tekanan yang paling besar. Kata kunci: longsor, pemantauan, robotikABSTRACTMukapayung Kidangpananjung Village, Cililin Subdistrict experienced a landslide disaster in 2013. The hills that surround the village become morphologically disturbed when heavy rain occurs overnight. The hill has a steep slope and has the potential to experience land movement or landslides. If the potential for the vulnerability is triggered by vibrations/earthquakes and an increase in the volume of water, such as rain, the hill can re-experience land movement/landslides. For this reason, monitoring of land movements needs to be carried out in further disaster mitigation efforts. Soil movement monitoring is carried out using a Robotic Total Station which produces a vector of ground movement from monitoring points mounted on the hillside. From the results of the vector of three observation periods, it is known that the direction of ground movement is different for each monitoring point. This indicates that the observed slope has more than one slip plane. When a landslide occurs, the movement direction of land/slope material can move in accordance with the slip plane which is experiencing the greatest pressure. Keywords: landslide, monitoring, robotic
Identifikasi Pergerakan Tanah Menggunakan Total Station Robotik di Kampung Nagrog, Desa Mukapayung Kidangpananjung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat Sadarviana, Vera; Abidin, Hasanuddin Zainal; Gumilar, Irwan; W, Nunghatta S; T, Achmad R
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDesa Mukapayung Kidangpananjung Kecamatan Cililin mengalami bencana longsor pada tahun 2013. Bukit yang mengelilingi desa menjadi morfologi yang terganggu kestabilannya pada saat terjadi hujan lebat semalaman. Bukit tersebut memiliki tingkat kemiringan yang curam dan berpotensi mengalami pergerakan tanah atau longsor. Apabila potensi kerentanan dipicu oleh getaran/gempa dan peningkatan volume air, seperti hujan maka bukit tersebut dapat mengalami kembali pergerakan tanah/longsoran. Untuk itu, pemantauan gerakan tanah perlu dilakukan dalam upaya mitigasi bencana lanjutan. Pemantauan gerakan tanah dilakukan menggunakan Total Station Robotik yang menghasilkan vektor pergerakan tanah dari titik-titik pantau yang dipasang di lereng bukit. Dari hasil vektor tiga periode pengamatan diketahui bahwa arah pergerakan tanah berbeda untuk di suatu titik pantau. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lereng yang diamati memiliki bidang gelincir lebih dari satu. Sehingga pada saat terjadi longsor maka arah pergerakan tanah/material lereng dapat bergerak sesuai dengan bidang gelincir yang mengalami tekanan yang paling besar. Kata kunci: longsor, pemantauan, robotikABSTRACTMukapayung Kidangpananjung Village, Cililin Subdistrict experienced a landslide disaster in 2013. The hills that surround the village become morphologically disturbed when heavy rain occurs overnight. The hill has a steep slope and has the potential to experience land movement or landslides. If the potential for the vulnerability is triggered by vibrations/earthquakes and an increase in the volume of water, such as rain, the hill can re-experience land movement/landslides. For this reason, monitoring of land movements needs to be carried out in further disaster mitigation efforts. Soil movement monitoring is carried out using a Robotic Total Station which produces a vector of ground movement from monitoring points mounted on the hillside. From the results of the vector of three observation periods, it is known that the direction of ground movement is different for each monitoring point. This indicates that the observed slope has more than one slip plane. When a landslide occurs, the movement direction of land/slope material can move in accordance with the slip plane which is experiencing the greatest pressure. Keywords: landslide, monitoring, robotic
Pemodelan 3D “Gedung Merdeka” Menggunakan Teknologi Terrestrial Laser Scanning Rezky Hartawan Noviansyah; Irwan Gumilar; Hasanuddin Zainal Abidin
Indonesian Journal of Geospatial Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Gedung Merdeka merupakan salah satu bangunan bersejarah di pusat Kota Bandung yang memiliki nilai historis tinggi dan telah berdiri sejak tahun 1895. Bangunan peninggalan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pergelaran konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal lahirnya gerakan non-blok di dunia. Jika dilihat dari penampakannya, bangunan ini bernuansa art deco dan dilengkapi dengan lantai marmer italia beserta kayu cikenhout. Oleh karena itu, untuk mempertahankan semua keunikan yang berada pada gedung tersebut perlu dilakukan sebuah upaya untuk melestarikan keberadaannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemodelan tiga dimensi (3D). Pada kasus ini cara yang digunakan adalah dengan menggunakan teknologi Terrestrial Laser Scanning (TLS) dengan teknik pemodelan terbalik (reverse modelling). Model tiga dimensi yang akan terbentuk dari proses tersebut merupakan solusi konkret dari upaya pengarsipan, pendokumentasian, dan pemasaran Gedung Merdeka. Metodologi Penelitian ini diawali dengan studi literatur lalu dilanjutkan dengan akuisisi data, dan diakhiri dengan pengolahan data yang menghasilkan model tiga dimensi. Pada saat akuisisi data, metode yang digunakan adalah pemindaian obyek menggunakan TLS yang memanfaatkan prinsip pengukuran berbasis pulsa. Dalam melakukan pengolahan data, metode yang digunakan adalah registrasi, filtering, unify dan pembuatan model tiga dimensi. Pada proses registrasi didapatkan total point cloud sebanyak 257.126.364 titik dengan nilai rata-rata galat hasil registrasi sebesar sebesar 2 mm. Data point cloud yang telah diolah lalu dibentuk menjadi sebuah model 3D melalui serangkaian proses dengan menggunakan beberapa perangkat lunak. Pada model 3D yang dihasilkan juga didapat volume bagian main hall sebesar 10098.8 m3. Proses validasi model 3D dilakukan dengan membandingkan antara model tiga dimensi yang dihasilkan dengan hasil ukuran distometer, yaitu antara 2 mm – 9 mm dengan perbedaan jarak rata-rata sebesar 4 mm.
Pemodelan 3D “Gedung Indonesia Menggugat” Menggunakan Teknologi Terrestrial Laser Scanner Muhammad Zaky Mudzakir; Hasanuddin Zainal Abidin; Irwan Gumilar
Indonesian Journal of Geospatial Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Sebagai salah satu bangunan bersejarah, Gedung Indonesia Menggugat perlu dirawat dan dijaga agar selalu dalam kondisi baik. Hal yang harus dilakukan adalah pelestarian dan pengarsipan bangunan. Pemodelan 3D merupakan bentuk pelestarian dan pengarsipan bangunan bersejarah. Model 3D dapat dijadikan sebagai acuan apabila terjadi perubahan bentuk fisik dari bangunan. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan 3D memanfaatkan teknologi Terrestrial Laser Scanner (TLS). TLS dapat membentuk model dari bangunan kompleks secara detail dan merepresentasikan bentuk aslinya dengan waktu yang relatif singkat. Metodologi penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan dimulai dari studi literatur dan pelatihan penggunaan alat, akuisisi data, pengolahan data sampai pembentukan model. Proses akuisi data dilakukan dengan menggunakan TLS. Metode pengolahan data yang dipakai yaitu registrasi dan filtering. Registrasi dilakukan untuk menggabungkan data point cloud dari setiap tempat berdiri alat (station). Filtering digunakan untuk menghilangkan derau yang terpindai saat akuisisi data. Setelah itu dilakukan pembentukan model 3D. Model 3D Gedung Indonesia Menggugat memiliki nilai galat registrasi rata-rata sebesar 1 mm. Nilai galat yang dihasilkan pada proses registrasi diakibatkan oleh pergeseran nivo pada TLS saat leveling di dua station yang berbeda dan pada target ketika diputar menghadap arah TLS berpindah. Hasil validasi ukuran pada objek sesungguhnya menunjukkan perbedaan jarak rata-rata dengan model 3D sebesar 6 mm. Pada beberapa bagian,  hasil model 3D menujukkan bentuk yang kurang baik. Hal itu disebabkan oleh data yang berlubang karena terhalang objek lain pada saat pemindaian, sehingga menyebabkan proses mesh tidak sempurna. Dari hasil model 3D juga didapatkan volume ruang utama, ruang sidang, ruang Supriyadinata, serta gabungan aula, ruang Maskoen, dan ruang Gatot Mangkoepradja sebesar 1942,8 m3.
INSIGHT ANALYSIS ON DYKE PROTECTION AGAINST LAND SUBSIDENCE AND THE SEA LEVEL RISE AROUND NORTHERN COAST OF JAVA (PANTURA) INDONESIA Heri Andreas; Hasanuddin Zainal Abidin; Dina Anggreni Sarsito; Dhota Pradipta
Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/geoplanning.5.1.101-114

Abstract

Land subsidence and the sea level rise is newly well-known phenomenon around northern coast of Java Indonesia (PANTURA). The occurrence of land subsidence at least recognizes at the first of the city or urban area development, while the sea level rise was recognized from several last decades corresponds to the global warming. Following the both phenomena, tidal inundation (in Javanese they call it “Rob”) is now becoming another newly well-known phenomenon along PANTURA. In the recent years the tidal inundation comes not only at a high tide but even at the regular tide in some area. Sea level rise and the land subsidence are considered as the causes deriving the occurrence of tidal inundation. Dykes have been built against tidal inundation around PANTURA (e.g. in Jakarta, Blanakan, Pekalongan, Semarang, and Demak). Nevertheless, since the land subsidence and the sea level rise are believed to be continuing through times, insight analysis on these dyke’s “protector” is necessary. How long the dyke would effectively protect the land area would be highlight in this paper.