Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Evaluasi Teknologi Budidaya Kedelai pada Lahan Pasang Surut (Kepas) Taufiq, Abdullah; Wijanarko, Andy; Kristiono, Afandi; Mutmaidah, Siti; Prasetiyaswati, Nila; Jumakir, Jumakir
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol 3, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (932.458 KB) | DOI: 10.21082/jpptp.v3n2.2019.p101-110

Abstract

Lahan pasang surut merupakan lahan potensial dan telah ditetapkan menjadi target untuk pengembangan komoditas padi, jagung, dan kedelai. Produktivitas kedelai >2 t/ha pada agroekologi tersebut dapat dicapai dengan teknik budidaya yang baik. Tujuan penelitian adalah adalah untuk mengevaluasi efektivitas, kelayakan teknis dan finansial teknologi budidaya kedelai pada lahan pasang surut (KEPAS). Penelitian dilaksanakan pada lahan pasang surut tipe C di Jambi seluas 40 ha dan Kalimantan Selatan seluas 11 ha pada tahun 2018. Komponen teknologi KEPAS yang utama adalah penggunaan varietas Anjasmoro, saluran drainase setiap 2,5-3 m, ameliorasi lahan dengan 750 kg/ha dolomit dan 1 t/ha pupuk organik, serta pemupukan 150 kg/ha Phonska dan 100 kg/ha SP36. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi KEPAS efektif untuk budidaya kedelai pada lahan pasang surut dengan tingkat hasil 1,8-2,8 t/ha di Jambi dan 1,4-3,2 t/ha di Kalimantan Selatan. Teknologi KEPAS secara teknis layak, dan juga menguntungkan yang diindikasikan oleh nilai R/C ratio>1 pada hampir semua petani kooperator. Meskipun demikian, tingkat kelayakan finansial beragam dari tidak layak hingga layak yang diindikasikan oleh nilai B/C ratio 0,58-1,49 di Jambi dan 0,04-1,47 di Kalimantan Selatan. Teknologi KEPAS secara finansial layak pada tingkat produktivitas setidaknya 2,3 t/ha. Tingkat kelayakan finansial teknologi KEPAS berpeluang dapat ditingkatkan melalui mekanisasi pada kegiatan penanaman, serta panen dan prosesing.
Pengaruh Genotipe dan Ameliorasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Pada Tanah Salin Taufiq, Abdullah; Wijanarko, Andy; Kristiono, Afandi
Buletin Palawija Vol 14, No 1 (2016): Buletin Palawija Vol 14 No 1, 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.936 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v14n1.2016.p1-8

Abstract

Penanaman kultivar toleran yang dikombinasikan dengan ameliorasi merupakan cara pengelolaan yang efektif untuk peningkatan produktivitas lahan salin. Tujuan penelitian adalah mendapatkan amelioran yang efektif guna memperbaiki pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah salin. Penelitian dilaksanakan pada lahan salin di Tuban pada bulan Juni–September 2015. Perlakuan terdiri atas dua faktor yang disusun dalam rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Faktor I adalah dua genotipe kedelai (Anjasmoro dan galur K-13), dan faktor II adalah enam macam ameliorasi tanah (tanpa amelioran sebagai kontrol, 120 kg/ha K2O, 2,5 t/ha dolomit, 2,5 t/ha gipsum, 2,5 t/ha pupuk kandang, dan 1,5 t/ha gipsum + 2,5 t/ha pupuk kandang. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi cekaman salinitas, pertumbuhan Anjasmoro tidak berbeda dengan galur K-13. Toleransi varietas Anjasmoro terhadap salinitas berkaitan dengan kemampuannya menyerap K lebih banyak, sedangkan galur K-13 berkaitan dengan kemampuannya menghambat penyerapan Na. Ameliorasi dengan 120 kg K2O/ha, 2,5 t/ha pupuk kandang, atau kombinasi 2,5 t/ha pupuk kandang dengan 1,5 t/ha gipsum efektif meningkatkan produktivitas kedelai toleran salinitas pada tanah salin.
RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP LINGKUNGAN TUMBUH Taufiq, Abdullah; Sundari, Titik
Buletin Palawija No 23 (2012): Buletin Palawija No 23, 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.572 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n23.2012.p13-26

Abstract

Tanaman kedelai (Glycine max L.) dapat memberikan respon positif dan negatif terhadap perubahan lingkungan tumbuh di atas tanah maupun di dalam tanah. Respon tersebut dapat diketahui dari perubahan perubahan fenotipik dan fisiologis tanaman. Lingkungan di atas tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai terutama adalah lama dan intensitas penyinaran, suhu udara dan kandungan CO2 di atmosfer. Lama penyinaran yang optimal adalah 10-12 jam. Berkurangnya intensitas cahaya matahari menyebabkan tanaman tumbuh lebih tinggi, ruas antar buku lebih panjang, jumlah daun dan jumlah polong lebih sedikit, dan ukuran biji semakin kecil.Respon kedelai terhadap perubahan suhu tergantung pada fase pertumbuhan. Suhu yang sesuai pada fase perkecambahan adalah 15-22oC, fase pembungaan 20-25oC, dan pada fase pemasakan 15-22oC. Peningkatan CO2 atmosfer dari 349 µL menjadi 700 µL meningkatkan laju pertukaran karbon (C), menurunkan laju transpirasi, dan meningkatkan efisiensi penggunaan air. Kondisi lingkungan di dalam tanah yang berperan terhadap pertumbuhan kedelai terutama adalah tekstur tanah, kadar air tanah dan unsur hara, unsur-unsur toksik, kemasaman tanah, suhu tanah, dan salinitas. Kedelai tumbuh baik pada tanah bertekstur ringan hingga berat, namun tanah yang padat (BI >1,38 kg/m3) tidak sesuai untuk kedelai. Kebutuhan air tanaman kedelai pada fase generatif lebih tinggi dibandingkan pada fase vegetatif, sehingga pada fase generatif lebih peka terhadap kekeringan terutama pada fase pembungaan hingga pengisian polong. Kandungan air optimal adalah 70-85% dari kapasitas lapangan. Kandungan unsur hara tanah harus di atas batas kekahatan agar tanaman tumbuh optimal. Nilai kritis suatu unsur hara dalam tanah beragam tergantung jenis tanah dan metode analisis yang digunakan. Pengaruh suhu tanah terutama pada fase perkecambahan, dan suhu tanah optimal adalah 24,2-32,8°C. Kedelai agak sensitif terhadap kemasaman tanah, unsur-unsur toksik, dan salinitas. Nilai kritis pH, Al, Mn, dan salinitas berturut-turut adalah pH 5,5, Al-dd 1,33 me/100 g, Mn 3,3 ppm, dan 1,3 dS/m. Rhizobium berperan dalam memasok kebutuhan N tanaman kedelai, namun inokulasi tidak efektif pada tanah yang sering ditanami kedelai.