Harisuseno, Donny
Teknik Pengairan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISA BLUE WATER SCARCITY BERDASARKAN PERBANDINGAN BLUE WATER FOOTPRINT DAN BLUE WATER AVAILABILITY DI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG Kusumawardhani, Kamilia; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK: Kelangkaan air merupakan hal yang biasa terjadi jika kebutuhan air melebihi jumlah ketersediaan air. Pengkategori kelangkaan air pada suatu daerah maupun DAS dapat menggunakan metode Blue Water Scarcity. Metode ini membandingkan “Blue Water Footprint” yang merupakan kebutuhan air dengan “Blue Water Availability” yang merupakan ketersedian air, dalam satu tangkapan di waktu yang sama. Dalam perhitungan harus memperhatikan semua data inflow dan outflow yang terjadi dalam kawasan yang ditinjau. Kecamatan Lowokwaru digunakan karena berpotensi terjadi kelangkaan air akibat selalu mengalami peningkatan jumlah penduduk dan merupakan kecamatan terpadat. Dalam perhitungan kebutuhan air untuk pertanian, harus memperhatikan parameter evapotranspirasi dan luas lahan pertanian. Sedangkan untuk domestik dan industri, harus memperhatikan jumlah pengambilan air dan jumlah penduduk serta industri. Dalam perhitungan ketersedian air untuk pertanian harus memperhatikan debit sungai dan debit pemeliharaan sungai. Sedangkan untuk domestik dan industri, harus memperhatikan debit pada tandon. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa tingkat kelangkaan air di Kecamatan Lowokwaru baik sektor Pertanian maupun permukiman serta domestic masuk ke dalam kategori aman atau tingkat kelangkaan air rendah.   Kata Kunci: kelangkaan air, kebutuhan air, ketersediaan air, pertanian, domestik ABSTRACT: Water scarcity usually happened when the water demand is bigger than the water supply. The categorization of water scarcity level on an area or watershed could be used Blue Water Scarcity method. This method was compared Blue Water Footprint, which is a water demand, with Blue Water Availability, which is a water supply on one area in the same time. Every inflow and outflow data on reviewed location should be looked out in detail. Lowokwaru sub-district was chosen because it was potentially being scarce for the consequences of population increased and being a populous district. The calculation of water demand for agricultural sector were evapotranspiration multiplied with the land areas. While in domestic and industrial sector, water withdrawal and the amount of the society were calculated. The calculation of the water supply for agricultural sector were the river discharge and environmental flow requirement. While in domestic and industrial sector reservoir discharge should be observed. The result of the calculation for both agricultural and domestic sectors were in safe category or in Low Blue Water Scarcity level. Keywords: Blue water scarcity, blue water footprint, blue water availability, agricultural, domestic
STUDI KEKERINGAN METEOROLOGI MENGGUNAKAN METODE PERCENT OF NORMAL INDEX (PNI) DAN STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DI DAS REJOSO KABUPATEN PASURUAN Ilmania, Yashinta Dea; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kekeringan adalah salah satu bencana alam yang terjadi di Kabupaten Pasuruan setiap tahunnya. Studi kekeringan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keparahan dan sebaran kekeringan di Kabupaten Pasuruan. Metode yang digunakan yaitu Percent of Normal Index (PNI) dan Standardized Precipitation Index (SPI). Dua metode tersebut kemudian dihitung analisa kesesuaiannya dengan indeks kekeringan hidrologi dan pola curah hujan. Data yang digunakan dalam studi ini yaitu data curah hujan dan data debit sepanjang 17 tahun (2002-2018), peta batas DAS Rejoso, peta administrasi Kabupaten Pasuruan, dan data koordinat stasiun hujan. Hasil perhitungan indeks kekeringan dengan kesesuaian yang tingi kemudian digunakan untuk membuat peta sebaran kekeringan dengan metode interpolasi IDW (Inverse Distance Weighted) pada software ArcGIS 10.8. Metode PNI menunjukkan nilai indeks kekeringan terparah 0% paling banyak terjadi pada bulan Agustus yaitu sepanjang 16 tahun dalam 17 tahun pengamatan. Metode SPI menghasilkan indeks terparah sebesar -4,00 dengan kejadian kering terbanyak sepanjang 5 tahun dalam 17 tahun pengamatan. Perhitungan kesesuaian menunjukkan metode PNI memiliki hasil yang cukup tinggi yaitu 55% dalam perbandingan dengan indeks kekeringan hidrologi dan 89,71% dalam perbandingan dengan pola curah hujan. Hasil dari peta sebaran kekeringan menunjukkan bahwa bulan Juni-Oktober merupakan bulan yang sering muncul dan secara administrasi kekeringan terjadi rata-rata pada 41 desa di DAS Rejoso. Drought is one of the natural disasters that occur in Pasuruan every year. This drought study aims to determine the severity and distribution of drought in Pasuruan Regency. The methods used are Percent of Normal Index (PNI) and Standardized Precipitation Index (SPI). The two methods are then calculated to analyze their suitability with the hydrological drought index and rainfall patterns. The data used in this study are rainfall data and discharge data for 17 years (2002-2018), Rejoso watershed boundary map, Pasuruan Regency administration map, and rain station coordinate data. The results of the drought index calculation with high suitability are then used to create a drought distribution map using the IDW (Inverse Distance Weighted) interpolation method in ArcGIS 10.8 software. The PNI method shows that the worst drought index value of 0% occurs in August, which is for 16 years in 17 years of observation. The SPI method produces the worst index of -4.00 with the most dry incidence for 5 years in 17 years of observation. The calculation of suitability shows that the PNI method has a fairly high yield, namely 55% in comparison to the hydrological drought index and 89.71% in comparison to the rainfall pattern. The results of the drought distribution map show that June-October is the month that occurs frequently and administratively drought occurs on average in 41 villages in the Rejoso watershed.