Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENERAPAN KOREKSI TOPOGRAFI PADA DATA MAGNETOTELLURIK DAN ANALISIS DATA GAYA BERAT DALAM INTERPRETASI DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Rahadinata, Tony; Takodama, Iqbal; Zarkasyi, Ahmad
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 14, No 3 (2019): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Buletin Sumber Daya Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2035.153 KB)

Abstract

Pantar berada pada lingkungan vulkanik Kuarter yang memiliki potensi panas bumi yang diindikasikan dengan adanya manifestasi panas bumi berupa fumarola, solfatara, tanah panas dan air panas. Survei geofisika magnetotelurik (MT) dan gaya berat dilakukan untuk mengklarifikasi sistem panas bumi di daerah ini. Teknik pemodelan data MT menggunakan inversi 3 dimensi (3-D) dengan dan tanpa koreksi topografi untuk optimalisasi hasil. Pemisahan anomali Bouguer pada metode gaya berat dilakukan dengan teknik trend surface analysis dan upward continuation. Hasil pemodelan MT dan gaya berat akan dikombinasikan untuk menginterpretasi sistem panas bumi. Penerapan koreksi topografi pada inversi 3D data MT yang dikombinasikan dengan metode gaya berat memberikan hasil yang lebih optimal. Kedua hasil metode tersebut secara jelas menunjukkan keberadaan lapisan penudung, zona reservoir dan sumber panas. Lapisan bertahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai lapisan penudung termodelkan di sekitar Gunung Beang sampai dengan kedalaman 750 meter. Lapisan bertahanan jenis medium yang diinterpretasikan sebagai zona reservoir dimodelkan mulai kedalaman  750-1000 meter. Zona anomali tinggi yang termodelkan pada kedua metode  mempertegas adanya tubuh vulkanik muda yang diinterpretasikan sebagai sumber panas sistem panas bumi.
PENERAPAN KOREKSI TOPOGRAFI PADA DATA MAGNETOTELLURIK DAN ANALISIS DATA GAYA BERAT DALAM INTERPRETASI DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Rahadinata, Tony; Takodama, Iqbal; Zarkasyi, Ahmad
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 14 No. 3 (2019): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2035.153 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v14i3.290

Abstract

Pantar berada pada lingkungan vulkanik Kuarter yang memiliki potensi panas bumi yang diindikasikan dengan adanya manifestasi panas bumi berupa fumarola, solfatara, tanah panas dan air panas. Survei geofisika magnetotelurik (MT) dan gaya berat dilakukan untuk mengklarifikasi sistem panas bumi di daerah ini. Teknik pemodelan data MT menggunakan inversi 3 dimensi (3-D) dengan dan tanpa koreksi topografi untuk optimalisasi hasil. Pemisahan anomali Bouguer pada metode gaya berat dilakukan dengan teknik trend surface analysis dan upward continuation. Hasil pemodelan MT dan gaya berat akan dikombinasikan untuk menginterpretasi sistem panas bumi. Penerapan koreksi topografi pada inversi 3D data MT yang dikombinasikan dengan metode gaya berat memberikan hasil yang lebih optimal. Kedua hasil metode tersebut secara jelas menunjukkan keberadaan lapisan penudung, zona reservoir dan sumber panas. Lapisan bertahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai lapisan penudung termodelkan di sekitar Gunung Beang sampai dengan kedalaman 750 meter. Lapisan bertahanan jenis medium yang diinterpretasikan sebagai zona reservoir dimodelkan mulai kedalaman  750-1000 meter. Zona anomali tinggi yang termodelkan pada kedua metode  mempertegas adanya tubuh vulkanik muda yang diinterpretasikan sebagai sumber panas sistem panas bumi.
Pemodelan 3D Data Gaya Berat Untuk Mengidentifikasi Sumber Panas Daerah Panas Bumi Sipoholon, Sumatera Utara Parapat, Jobit; Hilyah, Anik; Utama, Widya; Rahadinata, Tony
Jurnal Geosaintek Vol. 3 No. 3 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daerah Sipoholon, yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, berdasarkan manifestasi permukaan dan pola geologinya merupakan daerah yang berpotensi adanya sumber daya panas bumi. Potensi ini belum dikembangkan untuk keperluan pembangkit listrik karena belum adanya model konseptual, informasi sistem kerja, dan jenis sumber panas di daerah ini. Survei gaya berat telah dilakukan di daerah ini pada tahun 2005. Terdapat 230 data gaya berat telah diukur di daerah ini dengan cakupan luas pengukuran sekitar 14 km x 16 km. Oleh karena itu, penulis telah melakukan pemodelan 3D pada data gaya berat tersebut untuk mengidentifikasi sumber panas daerah penelitian berdasarkan distribusi densitas batuan secara tiga dimensi (3D). Pemodelan ini memanfaatkan teknik inversi 3D menggunakan perangkat lunak Grablox yang menggabungkan 2 metode inversi yaitu inversi singular value decomposition (SVD) dan inversi Occam. Hasil pemodelan ini memperlihatkan bahwa adanya blok batuan berdensitas tinggi dengan nilai antara 2,80 – 3,00 g/cm3 yang berada di bagian selatan dan timur dengan kedalaman > 2 km. Blok batuan ini diinterpretasikan sebagai tubuh batuan beku intrusi dan diduga berperan sebagai sumber panas dari sistem panas bumi Sipoholon. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dalam pembuatan model konsptual sistem panas bumi daerah Sipoholon.
STRUKTUR SISTEM PANAS BUMI DAERAH CUBADAK BERDASARKAN PEMODELAN INVERSI 3-D DATA MAGNETOTELURIK Joni, Wiwid; Rahadinata, Tony
Buletin Sumber Daya Geologi Vol 13 No 1 (2018): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47599/bsdg.v13i1.69

Abstract

Daerah panas bumi Cubadak terletak di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Keberadaan sistem panas bumi di daerah Cubadak ditandai oleh munculnya mata air panas berupa mata air panas Cubadak, Sawah Mudik, dan Talu dengan temperatur antara 37,1oC dan 74,8oC. Survei magnetotelurik (MT) telah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi, Badan Geologi, di daerah tersebut pada Tahun 2012, yang bertujuan untuk mengidentifikasi sistem panas bumi Cubadak. Penggunaan pemodelan inversi 3-D terhadap data MT diharapkan dapat mendelineasi dengan baik struktur sistem panas bumi Cubadak.Berdasarkan pemodelan 3-D dihasilkan suatu struktur tahanan jenis, yang memiliki zona rendah (lebih kecil dari 11 Ohm-m) di sekitar manifestasi panas bumi Cubadak dan Sawah Mudik, diinterpretasikan sebagai zona alterasi argilik, masing-masing mulai pada kedalaman 100 meter dan 250 meter, serta bertindak sebagai batuan penudung bagi sistem panas bumi Cubadak. Sementara itu, keberadaan top reservoir dari sistem tersebut diidentifikasi berada di bawah manifestasi Cubadak pada kedalaman 1.000 meter, sedangkan di bawah manifestasi Sawah Mudik pada kedalaman 1.250 meter.
Analysis of Gravity Data for Basement Depth Estimation of the Western Part of Java Island, Indonesia Ananda, Riski; Azhari, Na'ila Yuni; Rahadinata, Tony; Grandis, Hendra
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 58 No. 1 (2026): February 2026 (In Progress)
Publisher : Directorate for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2026.58.1.1

Abstract

Studying the basement depth and fault structures is crucial for understanding basin geometry and fluid migration pathways. This study aims to understand basin geometry using gravity data in the Banten area, Indonesia, as a region with possible hydrocarbon prospects. Anomaly gradients derived from the Bouguer anomaly were conducted for fault analysis. Meanwhile, basement depth estimation was performed using Euler deconvolution, with a Structural Index (SI) of 0 and window sizes of 7 km × 7 km and 10 km × 10 km. Additionally, 3D inversion modelling with Grablox 1.6 was applied to model the sediment-basement interface. The anomaly gradient results correlate well with regional fault structures, and local structures align with high-gradient areas in southern Banten. Furthermore, high-gradient values are associated with hydrocarbon seep locations, indicating fractures or faults transporting hydrocarbons. The depth estimations of Euler deconvolution cannot accurately identify the discontinuities forming the basin. However, they align reasonably well with the sediment-basement interface of the density model. The model reveals basin structures up to 7.8 km deep in the Bogor Basin and its surroundings, consistent with low residual anomaly areas, aiding in the early estimation of lateral basin boundaries.