Wahjudianata, Megawati
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

REPRESENTASI ORIENTALISME DALAM FILM THE GREAT WALL Wibisono, Jill Arista; Tjahjo, Judy Djoko Wahjono; Wahjudianata, Megawati
Scriptura Vol 7, No 1 (2017): JULY 2017
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6828.25 KB) | DOI: 10.9744/scriptura.7.1.36-45

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Orientalisme direpresentasikan melalui film The Great Wall. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika televisi John Fiske melalui 3 level yaitu, level realitas, level representasi, dan level ideologi. Berdasarkan kode-kode tersebut, peneliti melihat adanya konsep orientalisme yang dikemas dengan gaya Barat dalam penggambaran karakter dan budaya Timur melalui film The Great Wall. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana Timur sudah dapat berkembang dan tidak tunduk terhadap Barat dalam penggambaran di dalam film. Terlihat dengan pandangan orientalisme yang menjadi ideologi dalam film ini dengan menggambarkan karakter Timur oleh Hollywood sebagai sosok yang berenergi, berinisiatif, tulus, dan mulia. Serta budaya yang disajikan erat dengan oriental budaya Timur dari awal hingga akhir film.
PESAN MORAL DALAM FILM ANAK INDONESIA TERLARIS 2007-2015 Budiana, Daniel Budiana; Wahjudianata, Megawati
Scriptura Vol 6, No 2 (2016): DESEMBER
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.894 KB) | DOI: 10.9744/scriptura.6.2.82-88

Abstract

Film merupakan salah satu media massa yang memiliki pengaruh kuat terhadap masyarakat. Film juga menjadi salah satu medium yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral bagi anak-anak. Penelitian ini mencari nilai-nilai moral yang terdapat dalam tujuh film anak Indonesia terlaris 2007-2015. Adapun penelitian ini menggun metode Analisis Isi dengan pendekatan kuantitatif. Berdasar hasil temuan data, dapat disimpulkan bahwa pesan pro sosial lebih mendominasi dibanding pesan anti sosial pada tujuh film anak Indonesia terlaris 2007-2015. Adapun pesan pro sosial yang sering tampil adalah memuji, menasehati, menghibur, berempati, kesopanan, bekerjasama, dan persahabatan. Sedangkan untuk pesan anti sosial, mayoritas pesan anti sosial yang ditampilkan adalah yang bersifat kekesan non verbal, yaitu mengejek, mempermalukan, memaki, mengancam dan menakuti
REPRESENTASI ORIENTALISME DALAM VIDEO MUSIK THIRTY SECONDS TO MARS FROM YESTERDAY Nugroho, Dibba; Tjahjo, Judy Djoko Wahjono; Wahjudianata, Megawati
Scriptura Vol 8, No 1 (2018): JULY 2018
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.678 KB) | DOI: 10.9744/scriptura.8.1.7-13

Abstract

From Yesterday merupakan video musik milik grup band asal Amerika, Thirty Seconds to Mars. Video musik ini merupa­kan video musik dari Amerika pertama yang melakukan proses shooting di hadapan rakyat Republik Cina dan mengambil lokasi di Forbidden City. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana orientalisme digambarkan dalam video musik “From Yesterday”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika John Fiske dengan 3 level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan tanda dan lambang dalam video musik tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa bangsa Timur digambarkan sebagai sosok yang inferior dalam video musik ini. Hal tersebut terlihat dari bagaimana tanda dan lambang yang ada dalam video menunjukkan adanya pertanda: 1) Dominasi Barat terhadap Timur, 2) Stereotype Timur dari pandangan Barat yang semakin dikokohkan, dan 3) Pengabaian sejarah dari budaya-budaya Timur yang ada. Ideologi yang ditemukan peneliti dalam penelitian ini adalah ideologi ras
Representasi Patriarki dalam Film “A Star Is Born” Anita, Diana; Yoanita, Desi; Wahjudianata, Megawati
Jurnal e-Komunikasi Vol 7, No 2 (2019): VOL 7, NO 2 AUGUST 2019
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di dalam film terdapat sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak penonton, salah satunya adalah pesan terkait patriarki. Fenomena patriarki tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sosial yang hidup di lingkungan majemuk, multikultural, dan heterogen karena pandangan dan budaya dalam masyarakat. Media massa ikut ambil bagian dalam penyebaran pandangan patriarki. Film “A Star Is Born” bercerita mengenai beberapa tokoh pria yang berada disekitar kehidupan seorang tokoh wanita dan para pria tersebut menguasai serta mendikte kehidupan dari sang wanita. Terdapat pesan terkait ideologi patriarki yang ingin disampaikan dalam film tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi patriarki dalam film “A Star Is Born”. Metode yang digunakan adalah metode semiotika milik Charles Sanders Pierce. Peneliti menemukan terdapat empat aspek yang didapatkan, yaitu dependensi perempuan, pemberian beban ganda pada perempuan, pembatasan terhadap ruang gerak perempuan, dan laki-laki memiliki status superior.
Representasi Posfeminisme dalam Video Musik “Ddu-Du Ddu-Du” milik Blackpink Rahardjo, Lydia Angelita; Yoanita, Desi; Wahjudianata, Megawati
Jurnal e-Komunikasi Vol 7, No 2 (2019): VOL 7, NO 2 AUGUST 2019
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

“Ddu-Du Ddu-Du” merupakan video musik milik girlband asal Korea Selatan, Blackpink yang berhasil mengalahkan jumlah penonton dalam 24 jam pertama dari Psy “Gentleman” dan BTS “Fake Love”. Beberapa Youtuber berpendapat bahwa “Ddu-Du Ddu-Du” mempunyai pesan girl power di dalamnya. Hal ini didukung dengan kemunculan video musik yang bertepatan dengan adanya gerakan #MeToo, berupa ‘escape the corset’ di Korea Selatan pada tahun 2018 lalu. Gerakan tersebut merupakan bentuk perjuangan dari perempuan posfeminis, yang dapat mengubah dunia dengan menulis apa yang dipikirkan dan dirasakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Representasi posfeminisme dalam video musik “Ddu-Du Ddu-Du” milik Blackpink. Metode yang digunakan adalah semiotika milik John Fiske dengan tiga level, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Dengan hasil perempuan posfeminisme yang digambarkan Blackpink dalam video musik ini adalah; Pertama, perempuan yang aktif dan berani bersuara, Kedua, perempuan yang berpendidikan, Ketiga, perempuan yang ambisius, dan Keempat, perempuan yang tetap menunjukkan sisi femininnya.