Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Penentuan Intravitalitas Gantung berdasarkan Gambaran Histopatologis Otak Besar Mencit Balb/c Iswara, Raja Al Fath Widya; Bhima, Sigid Kirana Lintang; Rohmah, Intarniati Nur
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 6 No. 2 (2019): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.077 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v6i2.387

Abstract

Latar Belakang : Asfiksia merupakan salah satu mekanisme kematian yang dapat terjadi akibat gantung. Otak merupakan salah satu organ penting yang dinilai dalam otopsi kasus gantung. Secara makroskopis tidaklah mudah membedakan temuan asfiksia pada otak yang terjadi antemortem dan perimortem. Adanya temuan asfiksia pada pemeriksaan mikrokopis dapat menentukan intravitalitas gantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan intravitalitas gantung berdasarkan gambaran histopatologis otakbesar mencit Balb/c. Metode : Penelitian eksperimental ini menggunakan post test only with control group design yang telah memenuhi kelayakan etik dengan sampel berjumlah 18 mencit Balb/c jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan, kelompok antemortem yang digantung saat masih hidup, kelompok perimortem yang digantung 15 menit setelah mati. Pada kelompok pelakuan mencit digantung selama 1 jam dengan tali yang ditambahkan beban 50 gram. Penilaian gambaran histopatologi otak besar berdasarkan reaksi inflamasi dan perdarahan. Hasil : Pada kelompok kontrol hampir tidak terdapat inflamasi dan perdarahan, pada kelompok antemortem terdapat inflamasi sedang hingga berat dan perdarahan berat, pada kelompok perimortem terdapat inflamasi dan perdarahan ringan hingga sedang. Pada uji Kruskal Wallis didapatkan perbedaan bermakna pada semua kelompok (p<0,05). Pada Uji Man Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna pada parameter inflamasi dan perdarahan antara kelompok kontrol dengan kelompok antemortem dan perimortem, antara kelompok antemortem dan perimortem (p<0,05). Simpulan : Intravitalitas Gantung dapat ditentukan berdasarkan gambaran histopatologis otak besar mencit Balb/c dimana reaksi inflamasi dan perdarahan berat didapatkan pada kelompok antemortem. Kata Kunci: gantung, histopatologis, intravital, otak besar Hanging Intravitality Determination based on Cerebrum Histopathological Features in Balb/c Mice Abstract Background: Asphyxia is one of the death mechanisms that can occur due to hanging. The brain is one of the important organs autopsied in a hanging-related death case. Macroscopically, it is challenging to distinguish between asphyxiated brains occuring antemortem and those occurring perimortem. The presence of asphyxia on micro-examination can help determining the hanging intravitality. This study aims to determine hanging intravitality based on cereberum histopathological features in mice Balb/c mice. Method: This is a post test only experimental study with control group examining 18 male Balb/c mice in three groups involving untreated control group, antemortem group hanged during alive, perimortem group hanged 15 minutes after death. In the treatment groups, mice were hanged with 50 grams load for 1 hour. Determination of histopathological features is based on inflammatory and bleeding reactions. Results: Nearly no inflammation and bleeding was found in the control group, moderate to severe inflammation and heavy bleeding was found in the antemortem group, mild to moderate inflammation and bleeding was found in the perimortem group. The Kruskal Wallis test showed significant differences in all groups (p <0.05). The Man Whitney test found significant differences in the inflammatory and bleeding parameters between the control group and the antemortem and perimortem groups; between the antemortem and perimortem groups (p <0.05). Conclusion: The cerebrum histopathological features of the Balb/c mice can indicate hanging intravitality in which the antemortem group shows inflammatory reactions and heavy bleeding. Keywords: hanging, histopathological, intravital, cerebrum
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Kamar Jenazah tentang COVID-19 pada Jenazah Iswara, Raja Al Fath Widya
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 7 No. 1A (2020): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.456 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v7i1A.475

Abstract

Latar belakang: Petugas kamar jenazah adalah orang yang paling berisiko terinfeksi COVID-19 dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang infeksi tersebut pada jenazah. Tingkat pendidikan dan keikutsertaan dalam pelatihan merupakan hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan petugas kamar jenazah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pelatihan dengan tingkat pengetahuan petugas kamar jenazah tentang COVID-19 pada jenazah. Metode: Penelitian cross sectional menggunakan desain deskriptif analitik. Subjek penelitian 30 responden petugas kamar jenazah dengan teknik total sampling di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari dan Rumah Sakit Bhayangkara Kendari pada bulan Mei 2020 yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Pendidikan rendah mencakup lulusan SD, SMP dan SMA, sedangkan pendidikan tinggi mencakup lulusan Akademik, Sekolah Tinggi, Politeknik dan Perguruan Tinggi. Pelatihan dikategorikan dalam pernah dan tidak pernah mengikuti. Pengetahuan baik apabila responden mampu menjawab benar dengan nilai 70–100%, sedangkan pengetahuan buruk apabila responden menjawab benar dengan nilai kurang dari 70%. Data dianalisis menggunakan uji Fisher Exact Test. Hasil: 18 responden memiliki tingkat pendidikan tinggi dan 12 responden memiliki tingkat pendidikan rendah. 16 responden pernah mengikuti pelatihan dan 14 responden tidak pernah mengikuti pelatihan. 23 responden memiliki pengetahuan baik dan 7 responden memiliki pengetahuan buruk. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pelatihan dengan tingkat pengetahuan petugas kamar jenazah tentang COVID-19 pada jenazah, masing-masing dengan nilai p=0.029 dan p=0.031. Simpulan: Terdapat hubungan tingkat pendidikan dan pelatihan dengan tingkat pengetahuan petugas kamar jenazah tentang COVID-19 pada jenazah. Kata Kunci: COVID-19, jenazah, pelatihan, pendidikan, pengetahuan Background: The mortuary officer is the person most at risk of being infected with COVID-19 due to a lack of knowledge about the infection in the corpse. The level of education and participation in training are things that can affect the knowledge of the mortuary officer. The aim of this study is to determine the relationship between the level of education and training with the level of knowledge of the mortuary officer about COVID-19 in the corpse. Methods: This study was cross sectional used a descriptive analytic design. The research subjects were 30 respondents of mortuary officers with total sampling technique at the Bahteramas General Hospital of Southeast Sulawesi Province, Kendari City Regional General Hospital and Bhayangkara Kendari Hospital in May 2020 who met the inclusion criteria. The research instrument was use a questionnaire. Low level education includes graduates from elementary school, junior high school and senior high school, while higher education level includes graduates from Academics, Higher Education, Polytechnic and University. Training is categorized as having and never following. Good knowledge is if the respondent is able to answer correctly with a value of 70–100%, while bad knowledge is if the respondent answers correctly with a value of less than 70%. Data were analyzed using the Fisher Exact Test. Results: 18 respondents had a high level of education and 12 respondents had a low level of education. 16 respondents have attended training and 14 respondents have never attended training. 23 respondents have good knowledge and 7 respondents have bad knowledge. There was a significant relationship between the level of education and training with the level of knowledge of mortuary officers about COVID-19 in the corpse, with p = 0.029 and p = 0.031, respectively. Conclusion: There is a relationship between the level of education and training with the level of knowledge of mortuary officers about COVID-19 in the corpse. Keywords: COVID-19, corpse, training, education, knowledge
Kematian Mendadak Akibat Kardiomiopati Hipertrofi Pada Dewasa Muda Iswara, Raja Al Fath Widya; Sadad, Arif Rahman; Rohmah, Intarniati Nur; Bhima, Sigid Kirana Lintang
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 7 No. 2 (2020): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.502 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v7i2.522

Abstract

Latar Belakang : Kematian mendadak merupakan kasus yang paling sering terjadi dan dapat ditemukan dalam berbagai macam kondisi. Penyebab kematian mendadak terbanyak adalah sistem kardiovaskular dan salah satu kelainan yang jarang terjadi adalah kardiomiopati hipertrofi. Kardiomiopati hipertrofi merupakan kelainan jantung yang ditandai dengan hipertrofi miokardial akibat mutasi sarkomer dengan angka kejadian 1 dari 500 orang dewasa. Temuan utama pada kardiomiopati hipertrofi antara lain adanya hipertofi ventrikel dan atau septum interventrikel, kerusakan miosit dan peningkatan fibrosis miokardium. Terdapat variasi manifestasi klinis pada Kardiomiopati hipertrofi, dari asimptomatik hingga mengakibatkan kematian mendadak akibat gagal jantung. Tujuan laporan kasus ini adalah mengetahui diagnosis kematian akibat kardiomiopati hipertrofi pada dewasa muda. Kasus : Seorang laki-laki usia 18 tahun ditemukan meninggal di kamar kostannya dibawa ke kamar jenazah RSUP dr. Kariadi Semarang untuk diotopsi. Pemeriksaan luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Pemeriksaan dalam didapatkan adanya jendalan darah dalam ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, penebalan pada katub jantung, pengerasan pada otot jantung dan penggantung katub serta tanda asfiksia. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan kardiomiopati hipertrofi. Pembahasan : Patogenesis kardiomiopati hipertrofi dapat menyebabkan asfiksia yaitu terjadinya mutasi intrasarkomer yang meningkatkan peningkatan sensitivitas dan produksi Calsium yang mengakibatkan peningkatan kontraksi miokardium sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu juga terjadi peningkatan sintesis kolagen yang mengakibatkan terjadinya fibrosis miokard yang menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Terjadinya hipertrofi ventrikel kiri jangka panjang akan menyebabkan kondisi gagal jantung yang dapat mengakibatkan asfiksia. Simpulan : Kematian mendadak akibat kardiomiopati hipertrofi merupakan hal yang jarang. Oleh karena itu dibutuhkan otopsi yang teliti dan pemeriksaan histopatologi untuk mendiagnosis dengan pasti. Kata Kunci : Kematian mendadak, kardiomiopati hipertrofi, dewasa muda, sarkomer Background : Sudden death is the most common case and can be found in a variety of conditions. The most common cause of death is the cardiovascular system and a rare one disorders is hypertrophic cardiomyopathy. Hypertrophy cardiomyopathy is a heart disorder characterized by myocardial hypertrophy due to sarcomere mutations with an incidence of 1 in 500 adults. The main findings in hypertrophic cardiomyopathy include the presence of ventricular hypertrophy and / or interventricular septum, myocyte damage and increased myocardial fibrosis. There are variations in clinical manifestations in hypertrophic cardiomyopathy, from asymptomatic to sudden death due to heart failure. The purpose of this case report is to know the diagnosis of sudden death due to hypertrophic cardiomyopathy in young adults Case : A 18-year-old man was found dead in his boarding room. On the external examination there were no signs of violence. On the internal examination in the presence of blood in the ventricles, left ventricular hypertrophy, thickening of the entire heart valve, hardening of the heart muscle and hanging valves and signs of asphyxia. Histopathological examination showed hypertrophic cardiomyopathy. Discussion : The pathogenesis of hypertrophic cardiomyopathy can cause asphyxia is the occurrence of intrasarcomere mutations that increase the sensitivity and production of calcium which results in increased contraction of the myocardium causing left ventricular hypertrophy. In addition there is also an increase in collagen synthesis which results in the occurrence of myocardial fibrosis which causes left ventricular hypertrophy. The occurrence of long-term left ventricular hypertrophy will cause a condition of heart failure which can lead to asphyxia. Conclusion : Sudden death due to hypertrophic cardiomyopathy is rare one. Therefore a careful autopsy is needed and histopathological examination is needed to get definitive diagnose. Keywords : Sudden death, hypertrophic cardiomyopathy, young adults, sarcomere
Hubungan Jenis Kelamin dengan Waktu Kematian Pada Kematian Akibat Infark Miokard Akut : Correlation Between Sex with Time of Death In Death From Acute Myocardial Infarction Iswara, Raja Al Fath Widya
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 9 No. 3 (2022): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36408/mhjcm.v9i3.763

Abstract

LATAR BELAKANG : Salah satu penyebab kematian mendadak terbanyak pada sistem kardiovaskular adalah infark miokard akut. Pada pemeriksaan jenazah kasus kematian mendadak sangat penting untuk mengetahui kemungkinan penyebab kematiannya berdasarkan jenis kelamin, usia, status gizi dan pola waktu kematiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan waktu kematian pada kematian akibat infark miokard akut. METODE : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional desain cross sectional, dengan menggunakan total sampling. Data diambil dari semua kasus kematian akibat infark miokard akut di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016-2019. Variabel bebas penelitian ini yaitu jenis kelamin yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Variabel tergantung penelitian ini yaitu waktu kematian yang dinilai berdasarkan jam kematian dan musim. Analisa data dengan menggunakan uji Chi Square. HASIL : Terdapat 90 kasus kematian akibat infark miokard akut yang terdiri atas 52 orang laki-laki (57.8%) dan 38 Perempuan (42.2%). Jam kematian paling banyak di malam hari sebanyak 28 orang (31.1%) dan paling banyak pada musim hujan sebanyak 50 orang (55.6%). Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan jam kematian (p= 0.042) dan musim (p= 0.035) pada kematian akibat infark miokard akut.  SIMPULAN : Terdapat hubungan jenis kelamin dengan waktu kematian pada kematian akibat infark miokard akut. KATA KUNCI: infark miokard akut, jenis kelamin, waktu kematian
PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM KEDOKTERAN FORENSIK MENGHADAPI ERA INDUSTRI 5.0 Iswara, Raja Al Fath Widya
Jurnal Informatika Medis Vol. 3 No. 1 (2025): Jurnal Informatika Medis (J-INFORMED)
Publisher : Program Studi Informatika Medis Universitas Muhammadiyah Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52060/im.v3i1.3064

Abstract

The era of Industry 5.0 is characterized by the synergistic integration of advanced digital technologies and humanistic values, emphasizing collaboration between intelligent machines and humans. In forensic medicine, this transformation offers significant potential to improve the accuracy, speed, and efficiency of post-mortem identification, wound analysis, and legal evidence presentation within the framework of criminal justice. Technologies such as artificial intelligence (AI), 3D imaging, the Internet of Medical Things (IoMT), and big data are beginning to play vital roles in enhancing forensic investigations, which were previously reliant on manual and conventional methods. This article aims to comprehensively analyze the application of these technologies in the context of forensic medicine in Indonesia. In addition to outlining the benefits and opportunities presented, this paper also explores the major challenges faced, such as infrastructure limitations, readiness of human resources, regulatory gaps, and ethical issues surrounding medical data privacy. Through a multidisciplinary approach, the article is expected to contribute to the formulation of strategic policies that support digital transformation in forensic medicine towards an adaptive and sustainable ecosystem in the Industry 5.0 era.