Margianto, Aris
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MAKNA PEMBERIAN NAMA ISRAEL DI KEJADIAN 32:22-32 DAN SUMBANGANNYA BAGI KARAKTERISTIK WIRAUSAHA YANG ALKITABIAH Margianto, Aris
TEOLOGIS, RELEVAN, APLIKATIF, CENDIKIA, KONTEKSTUAL Vol 1 No 01 (2022): TRACK : JURNAL KEPEMIMPINAN KRISTEN, TEOLOGI, DAN ENTREPRENEURSHIP
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI DAN ENTREPRENEURSHIP PRINGGADING (STEP) SEMARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61660/tep.v1i01.9

Abstract

Kewirausahaan merupakan salah satu bidang kehidupan yang di dalamnya orang-orang Kristen ikut ambil bagian berkecimpung di dalamnya. Dalam menjalankan aktivitas kewirausahaannya, seorang wirusahawan/wati seharusnya melakukannya berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran Alkitab. Dalam hal ini perlu dilakukan penggalian makna bagian-bagian teks Alkitab yang dapat memberikan sumbangan bagi karakteristik wirausaha Alkitabiah. Salah satu bagian teks yang relevan untuk dikaji adalah kisah pemberian nama Israel bagi Yakub di Kej. 32:22- 32. Melalui analisa sastra, khususnya analisa struktur perikop, nampak bahwa teks tersebut disusun secara kiastik. Berdasarkan struktur kiastik tersebut diperoleh pemahaman makna pemberian nama Israel sebagai sebuah pemberian identitas baru bagi Yakub dari seorang yang sangat ambisius dan terobsesi dengan peluang serta menggunakan cara-cara negatif untuk memanfaatkan peluang untuk diubah menjadi seorang yang menyerahkan hidupnya kepada tujuan Tuhan, mengandalkan kekuatan Tuhan, dan menggunakan cara Tuhan untuk merealisasikan tujuan. Sikap hidup baru yang diharapkan melalui pemberian nama baru ini sangat relevan untuk memberikan sumbangan bagi karakteristik wirausaha Alkitabiah.
PANDANGAN TENTANG KEKAYAAN DI DALAM AMSAL 22:1-16 DAN SUMBANGANNYA BAGI ETIKA BISNIS KRISTEN Margianto, Aris
TEOLOGIS, RELEVAN, APLIKATIF, CENDIKIA, KONTEKSTUAL Vol 1 No 2 (2022): TRACK: JURNAL KEPEMIMPINAN KRISTEN, TEOLOGI, DAN ENTREPRENEURSHIP
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI DAN ENTREPRENEURSHIP PRINGGADING (STEP) SEMARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61660/tep.v1i2.21

Abstract

Kitab Amsal banyak menyinggung tema tentang kekayaan, termasuk di antaranya adalah Amsal 22:1-16. Pengamatan terhadap komposisi teks tersebut menunjukkan struktur dasar yang simetris melalui paralelisme dari baris-baris kalimatnya, dengan ayat 10-13 sebagai sisipan di dalamnya. Penentuan struktur perikop ini penting, karena ikut menentukan pemaknaan teks yang ditafsirkan. Amsal 22:1-16 memandang kekayaan bukan sebagai yang terutama. Lebih penting dari kekayaan adalah nama, yang tidak dapat dilepaskan dari karakter, sikap, dan perilaku si penyandang nama tersebut. Itu sebabnya usaha untuk memperoleh kekayaan harus mempertimbangkan aspek moral dan etika, khususnya berdasarkan prinsip hukum pembalasan. Hal ini harus diajarkan pada generasi muda sedini mungkin. Pandangan tentang kekayaan di dalam Amsal 22:1-16 sangat relevan untuk memberikan sumbangan bagi prinsip-prinsip Etika Bisnis Kristen.
PASTORPRENEUR: ANALISA LATAR BELAKANG SEJARAH KEHIDUPAN SOSIAL IMAM DI MESIR DAN ISRAEL YANG TERCERMIN DALAM KEJADIAN 47:13-26 Margianto, Aris
TEOLOGIS, RELEVAN, APLIKATIF, CENDIKIA, KONTEKSTUAL Vol 2 No 1 (2023): TRACK: JURNAL KEPEMIMPINAN KRISTEN, TEOLOGI, DAN ENTREPRENEURSHIP
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI DAN ENTREPRENEURSHIP PRINGGADING (STEP) SEMARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61660/tep.v2i1.64

Abstract

Kisah sejarah yang diceritakan di dalam Alkitab tidak hanya mencerminkan kehidupan sosial dari peristiwa sejarah yang dituturkan di dalam teks, melainkan juga mencerminkan kehidupan sosial yang menjadi latar belakang konteks penulisan sebuah teks. Melalui analisa latar belakang sejarah Kej. 47:13-26 yang merupakan sebuah Etiologi, dapat dijelaskan bahwa peristiwa yang dituturkan di dalamnya mencerminkan kehidupan sosial para imam di Mesir kuno, sedangkan berdasarkan sejarah kepenulisan teks tersebut, tercermin kehidupan para imam di Israel pada periode Bait Suci Kedua (+ 512 SM – 70 M). Seperti para imam di Mesir yang mempunyai hak kepemilikan atas tanah dan menerima tunjangan hidup dari Firaun, pada periode Bait Suci Kedua, para imam Israel juga mempunyai hak kepemilikan atas tanah. Mereka mengelolanya untuk menjadi sumber penghasilan, di samping dukungan finansial dari perpuluhan dan persembahan yang diberikan oleh umat Israel, yang terus berlanjut sampai beberapa tahun setelah Bait Suci Kedua dihancurkan oleh Romawi. Model kehidupan sosial para imam pada periode Bait Suci Kedua mempunyai relevansi bagi pelayanan penggembalaan jemaat seorang pemimpin rohani yang menghadapi situasi-situasi tertentu, khususnya kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh jemaat yang digembalakan. Pemimpin jemaat dalam konteks pelayanan yang demikian, dapat menjalankan perannya sebagai seorang pastorpreneur, yaitu seorang yang menjalankan tugas panggilan sebagai seorang pemimpin rohani namun sekaligus mempunyai kemampuan untuk mendapatkan sumber finansial untuk mencukupi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan usaha yang dilakukan.
PEMIKIRAN INTEGRATIF TEOLOGI DAN KEWIRAUSAHAAN: MEMBANGUN PARADIGMA KEWIRAUSAHAAN BERBASIS SPIRITUALITAS Margianto, Aris
TEOLOGIS, RELEVAN, APLIKATIF, CENDIKIA, KONTEKSTUAL Vol 4 No 2 (2025): TRACK: JURNAL KEPEMIMPINAN KRISTEN, TEOLOGI, DAN ENTREPRENEURSHIP
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI DAN ENTREPRENEURSHIP PRINGGADING (STEP) SEMARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61660/track.v4i2.245

Abstract

This study explores the integration of theological values into modern entrepreneurship, particularly in shaping an ethical, inclusive, and sustainable business paradigm. The background lies in the shift of business orientation from merely pursuing financial profit to embracing social responsibility, justice, and environmental sustainability. Theological principles such as stewardship, social justice, and love are considered as moral foundations that guide business decision-making. The research employs a qualitative approach, combining case study and descriptive-analytic methods. Data were collected through literature review and observation of entrepreneurial practices that integrate spiritual dimensions. Analysis was conducted interpretatively to identify patterns and meanings that emerge from theologically grounded business practices. Findings reveal that theology-based entrepreneurship extends the triple bottom line (profit, people, planet) by adding a fourth dimension: spirituality. Entrepreneurs driven by faith tend to uphold integrity, transparency, and social as well as ecological concern. Spiritual values also foster eco-friendly innovation, strengthen customer and employee loyalty, and enhance the social contribution of businesses within communities. This study concludes that the integration of theology and entrepreneurship not only opens new interdisciplinary perspectives for academia but also provides practical alternatives. Theology-based entrepreneurship can serve as a transformative agent that promotes justice, sustainability, and the well-being of all creation.