Dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat baik pada aspek sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya tak jarang menuntut untuk berpindah kota yang didukung dengan ketersediaan moda transportasi publik. Hal tersebut terjadi pada kota-kota yang berperan sebagai Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (KPB) yang menghubungkan diantaranya Daerah Penglaju. Yogyakarta-Surakarta saat ini dengan adanya Commuter Line (Kereta Api Listrik) menambah pergerakan masyarakat untuk berwisata, bekerja dan aktivitas antar kota lainnya pada stasiun-stasiun kecil di antara jalur tersebut. Dengan bertambahnya stasiun pemberangkatan dan pemberhentian, semakin banyak masyarakat yang terbantu dengan mudah untuk pulang pergi. Melihat fenomena tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai identifikasi konsep Transit Oriented Development (TOD) yang terdapat pada setiap stasiun pemberhentian jalur KRL Yogyakarta-Surakarta. Melalui metode analisis kualitatif terhadap jenis, karakteristik dan kriteria konsep TOD pada masing-masing Stasiun KRL Yogyakarta-Surakarta yang kemudian dirumuskan karakteristik permasalahan berdasarkan prinsip Urban Acupuncture. Sehingga dapat ditemukan bahwa beberapa stasiun belum berhasil dan optimal dalam mengimplementasikan konsep TOD, seperti dalam merespon transportasi lanjutan, daya dukung infrastruktur bagi pejalan kaki, nilai ekologis yang belum optimal, dan belum mendukung variasi aktifitas sosial yang terjadi disekitarnya. Adapun melalui prinsip Urban Acupuncture dapat menjadi pertimbangan terkait pengembangan dan arahan desain dalam pemanfaatan ruang, perkembangan fungsi ruang, pemenuhan jalur pedestrian, konservasi dan pengembangan nilai ekologsi kawasan TOD, kebutuhan penyediaan ruang publik masyarakat, dan pemanfaatan kawasan serta ruang melalui prinsip infill redevelopment.