Krisnayani, Ni Made Wina
Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke di Ruang Belibis RSUD. Wangaya Denpasar Suputra, Dewa Ketut; Muryani, Ni Made Sri; Sukarja, I Made; Krisnayani, Ni Made Wina
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 01 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.338 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: Stroke is a major cause of disability in adults, where four million Americans experience neurological deficits due to stroke, two-thirds of these deficits are moderate to severe. This disease has become a worldwide health problem and is increasingly important, with two-thirds of strokes now occurring in developing countries. Stroke sufferers themselves will experience a psychological response, namely anxiety because in addition to being a life threat, patients will feel anxious about their future. The purpose of this study was to determine the description of the level of anxiety in stroke patients in the Belibis Room of Wangaya Hospital Denpasar. Methode: The type of design used is descriptive design. Data collection was carried out by the researchers themselves using a standard questionnaire sheet, the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), with the number of respondents 30 people who were Stroke patients in the Belibis room of Wangaya Hospital Denpasar. Result: The results of this study indicate that the majority of stroke patients in the Belibis room of Wangaya Hospital Denpasar experienced moderate anxiety, namely as many as 17 (56.7%) respondents, mild anxiety as many as 6 (20%) respondents, severe anxiety as many as 6 (20%) respondents, panic 0%, and only 1 (3.3%) respondents who did not experience anxiety. Conclusion: Individuals who experience anxiety are mostly aged over 50 years, female sex, high school education, and have private jobs. It is expected that families can provide motivation and positive encouragement to patients. ABSTRAK Latar Belakang: Stroke adalah penyebab utama kecacatan pada orang dewasa, dimana empat juta orang Amerika mengalami defisit neurologik akibat stroke, dua pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara – negara yang sedang berkembang. Penderita stroke sendiri akan mengalami suatu respon psikologis, yaitu kecemasan karena selain menjadi suatu ancaman hidup, pasien akan merasa cemas akan masa depannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke di ruang Belibis RSUD Wangaya Denpasar. Metode: Jenis desain yang digunakan adalah desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan lembar kuesioner yang sudah baku yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dengan jumlah responden 30 orang yang merupakan pasien Stroke di ruang Belibis RSUD Wangaya Denpasar. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita stroke di ruang Belibis RSUD Wangaya Denpasar mengalami kecemasan sedang, yaitu sebanyak 17 responden (56,7%), kecemasan ringan sebanyak 6 orang (20%), kecemasan berat sebanyak 6 orang (20%), panik 0%, dan hanya 1 orang (3,3%) responden yang tidak mengalami kecemasan. Simpulan: Individu yang mengalami kecemasan sedang sebagian besar berusia diatas 50 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan SMA, dan memiliki pekerjaan swasta. Diharapkan keluarga mampu memberikan motivasi dan dorongan positif pada pasien.  
Tingkat Kepatuhan Pasien TB Paru Terhadap Penatalaksanaan Program OAT (Obat Anti TB) di Poliklinik Paru RSUD. Sanjiwani Gianyar Dewi, Ni Kadek Ayu Patni; Pendet, Ni Made Diah Pusparini; Sukarja, I Made; Krisnayani, Ni Made Wina
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 01 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.883 KB)

Abstract

ABSTRACT Introduction :Tubercolosis (TB) diseases  is one of the most public health problems in Indonesia. Indonesia known as a the  third highest of TB cases in the world after India and China. In 2010, the Ministry of Health In Indonesia reported that patient with TB in worldwide about 5,8 % cases was found in Indonesia. In Indonesia, TB drugs treatments called the OAT Program. The study about the interpersonal factors who can be related to the compliance of patient with TB determined how important  the role of doctors and other health professionals to do verbal and non verbal communication with patients. The aim of this study was to describe complianced of patient with TB  in OAT program at Sanjiwani general hospital, Gianyar. Method : This was observational descriptive study. Data were collected through questionnaires. The total of patient with TB who participated in this research were 78 collected by consecutive sampling technique. Result :Based on the research, the complianced of patient with TB in OAT program showed that 38 respondent (48,71%) had complianced with the OAT program and 40 respondent (51,28 %) didn’t have compliance with the OAT program. Conclusion :Most of the patient with TB in Sanjiwani general hospital didn’t have compliance with OAT program. ABSTRAK Latar Belakang : Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah penderita TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % pada tahun 2010 dari total jumlah penderita TB dunia. Pengobatan pasien TB dilakukan dengan program OAT. Riset tentang faktor-faktor interpersonal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan menunjukkan pentingnya sensitifitas dokter dan tenaga kesehatan terhadap komunikasi verbal dan nonverbal pasien. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan kepatuhan pasien TB paru dalam melaksanakan program OAT di Poliklinik Paru RSUD Sanjiwani Gianyar. Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif. Dengan instrument yang duganakan adalah kuesioner. Pengambilan sample menggunakan teknik sampling yaitu consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 78 orang. Hasil : Pada penelitian ini hasil dari tingkat kepatuhan pasien sebanyak 38 responden (48,71 %) yang patuh dan yang tidak patuh sebanyak 40 responden (51,28%). Simpulan : Pasien TB di Poliklinik Paru RSUD Sanjiwani Gianyar lebih banyak tidak patuh terhadap penatalaksanaan program OAT.
Tingkat Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Menjalani Hemodialisa Wiyani, Ni Putu; Sukarja, I Made; Krisnayani, Ni Made Wina; Daryaswanti, Putu Intan
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 02 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.178 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: Chronic Kidney Failure is one of the important health problems in Indonesia and the world community. In Indonesia, according to data from Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) the number of patients with kidney failure is estimated at 4500 people, but those detected suffering from terminal stage chronic kidney failure from those undergoing dialysis (hemodialysis) are only around 4 thousand - 5 thousand people. Cases of kidney failure in Indonesia are still relatively high every year, because there are still many Indonesian people not maintaining their diet and health. This means that chronic kidney failure ranks as one of the highest rates of disease causing death. The purpose of this study was to describe the level of adherence to patients with chronic kidney failure in undergoing a hemodialysis program in the hemodialysis room at Sanjiwani Hospital in Gianyar. Methods: This research is a descriptive observational type. This study uses a sampling technique that is purposive sampling with a total sample of 30 people. Results: In this study the results of the rate of compliance of CRF patients with hemodialysis were 27 respondents (90%) who were obedient and non-adherent as many as 3 respondents (10%). Thus most patients with chronic renal failure adhere to undergoing hemodialysis in the hemodialysis room of Sanjiwani Hospital in Gianyar. Conclusions: The conclusion of this study is that patients with chronic renal failure are expected to seek treatment regularly in accordance with the rules set by health workers. Delay of dialysis causes pulmonary complications, seizures, decreased consciousness, severe electrolyte disturbances, heart failure, which can cause death. ABSTRAK Latar belakang: Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia dan masyarakat dunia. Di Indonesia menurut data dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) jumlah penderita gagal ginjal diperkirakan mencapai 4500 orang, namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronik tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (hemodialisa) hanya sekitar 4 ribu – 5 ribu orang. Kasus gagal ginjal di Indonesia setiap tahunnya masih terbilang tinggi, pasalnya masih banyak masyarakat Indonesia tidak menjaga pola makan dan kesehatan tubuhnya. Hal ini berarti membuat penyakit gagal ginjal kronik menduduki salah satu peringkat penyakit penyebab kematian tertinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani program hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Sanjiwani Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian jenis observasional deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pada penelitian ini hasil dari tingkat kepatuhan pasien GGK terhadap hemodialisa sebanyak 27 responden (90%) yang patuh dan yang tidak patuh sebanyak 3 responden (10%). Dengan demikian sebagian besar pasien gagal ginjal kronik patuh menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Sanjiwani Gianyar. Kesimpulan penelitian ini adalah diharapkan pasien gagal ginjal kronik agar berobat secara teratur sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan. Penundaan cuci darah menyebabkan komplikasi paru, kejang, penurunan kesadaran, gangguan elektrolit yang berat, gagal jantung, yang bisa menyebabkan kematian.