Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Makna Dosa Menghujat Roh Kudus Dominggus, Dicky
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.186 KB) | DOI: 10.59177/veritas.v2i1.71

Abstract

This paper discusses the meaning of blaspheming the Holy Spirit. In the Bible, it is written that sin blasphemes the Holy Spirit as an unforgivable sin. This, of course, contrasts with the general understanding that Christ's death on the cross took away human sin. This article has a First goal, to find the meaning of sin to blaspheme the Holy Spirit. Second, find the reason why sin blaspheme the Holy Spirit cannot be forgiven. This research is a qualitative research with a grammatical historical approach. As for understanding the sin of blaspheming the Holy Spirit is an act of not recognizing Jesus as God.Tulisan ini membahas makna dari menghujat Roh Kudus. Di dalam Alkitab dituliskan Dosa menghujat Roh Kudus sebagai dosa yang tidak dapat diampuni.  Hal ini tentunya bertolak belakang dengan pemahaman umum di mana kematian Kristus di kayu salib sudah menghapus dosa manusia. Artikel ini memiliki tujuan Pertama, menemukan arti dari dosa menghujat Roh Kudus. Kedua, menemukan alasan mengapa dosa menghujat Roh Kudus tidak dapat diampuni. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan historikal gramatikal. Adapaun pemahaman dari dosa menghujat Roh Kudus merupakan tindakan tidak mengakui Yesus sebagai Allah.
Mengajarkan Sikap Patriotisme Melalui Pemaknaan Roma 9:3 Anggraini, Nidia; Dominggus, Dicky
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i2.34

Abstract

Patriotisme merupakan sikap yang perlu dimiliki orang percaya dalam kaitan memiliki beban bagi orang-orang yang belum menerima keselamatan. Hal ini menjadi penting bahkan sikap patriotisme harus diajarkan kembali di dalam gereja. Semua ini disebabkan oleh menurunya penginjilan yang di lakukan oleh orang percaya, kurangnya kepedulian terhadap orang-orang yang belum menerima keselamatan hingga pada akhirnya mengakibatkan gereja lupa akan tugas utamanya di dunia. Di dalam Roma 9:3, Paulus menuliskan sikap patriotisme kepada bangsanya. Ia menuliskan bahwa mau terkutuk dan terpisah dari Kristus. Dengan penelitian kualitatif dan metode historikal gramatikal ditemukan bahwa maksud dari Paulus menuliskan ia mau terkutuk dan terpisah dari Kristus sebagai ekspresi kepedulian seseorang terhadap keselamatan bangsanya. Dari tulisan Paulus, orang percaya dapat memiliki sikap patriot bagi orang yang belum menerima keselamatan dan gereja dapat mengajarkan pentingnya patriotisme melalui kotbah, seminar dan pelatihan. Kata Kunci: patriotisme; Paulus; Roma 9:3
Diskursus Pendidikan Agama Sebagai Pendidikan Karakter Dominggus, Dicky
Harati: Jurnal Pendidikan Kristen Vol 2 No 2 (2022): HaratiJPK: Oktober
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen IAKN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/harati.v2i2.110

Abstract

Character education has a role in creating the quality of a nation in the future. In its implementation, character education starts from religious education in schools and in non-formal institutions. The implementation of religious education is expected to support the achievement of character education goals. This research is a qualitative research with a description method. This study begins with the concept of education from Ibn Khaldun, Ibn Sina, JJ Rousseau and Robert Raikes as representatives of religious education from Islam and Christianity. The results of this study are character education is an urgent thing to do in building a quality generation in the future. In order to achieve maximum results, character education needs to involve several things such as curriculum, teachers and parents. Pendidikan karakter mememiliki peran dalam menciptakan kualitas suatu bangsa di masa yang akan datang. Dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter dimulai dari pendidikan agama di sekolah-sekolah maupun di lembaga non formal. Pelakasanan pendidikan agama tersebut diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan karakter. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskripsi. Dalam penelitian ini diawali dengan konsep Pendidikan dari Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, J J Rousseau dan Robert Raikes sebagai representatif Pendidikan agama dari Islam dan Kristen. Adapun hasil dari penelitian ini adalah pendidikan karakter merupakan hal yang urgent untuk dilakukan dalam membangun generasi yang berkualitas pada masa yang akan datang. Agar tercapai hasil yang maksimal, pendidikan karakter perlu melibatkan beberapa hal seperti peranan kurikulum, guru dan orang tua.
Pengabdian Abdi Dalem Keraton Yogyakarta sebagai Potret Pelayanan Masa Kini Dominggus, Dicky
Voice of HAMI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2020): Februari 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Hagiasmos Mission

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.445 KB) | DOI: 10.59830/voh.v2i2.7

Abstract

This article discusses dedication abdi dalem Keraton Yogyakarta and and the values ​​that can be learned for the servants of God. Dedication to being abdi dalem is unusual. Starting from a minimal income, high responsibility and demands to be an example. Although that many people who sign up become abdi dalem. Therefore, in this paper we will discuss the phenomenon of devotion abdi dalem Yogyakarta Palace and Manunggaling Kawula Gusti concept as the basis behind their dedication and values ​​that are expressed for servants of God. Abstrak Tulisan ini membahas pengabdian abdi dalem Keraton Yogyakarta dan nilai-nilai yang dapat dipelajari untuk pelayan Tuhan pada masa kini. Pengabdian menjadi abdi dalem merupakan hal yang tidak lazim. Bermula dari penghasilan yang minim, tanggung jawab yang tinggi serta tuntutan untuk dapat menjadi teladan. Meskipun tidak masuk akal, banyak orang yang mendaftar menjadi abdi dalem. Oleh karena itu, di dalam tulisan ini akan membahas fenomena pengabdian abdi dalem Keraton Yogyakarta dan konsep Manunggaling Kawula Gusti sebagai dasar dibalik pengabdian abdi dalem serta nilai-nilai yang diseberangkan untuk pelayan Tuhan pada masa kini.
MAKNA HUKUM TABUR TUAI MENURUT GALATIA 6:7-10 DAN IMPLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA PADA MASA KINI Roa, Desi; Dominggus, Dicky
Voice of HAMI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 4, No 1 (2021): Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Hagiasmos Mission

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.5 KB) | DOI: 10.59830/voh.v4i1.35

Abstract

Abstract The law of sowing and reaping is a teaching to encourage someone to be careful in acting because every action that is done one day will have an impact in the future. Thus this paper becomes an alarm for Christians to be wise in their actions because every action taken will have an impact on the future. This article is a research finding the meaning of the law of sowing and reaping in Galatians 6: 7-10. The purpose of writing this scientific work is to find out the meaning of the law of sowing and reaping according to the view of the apostle Paul for the life of Christians today in Galatians 6: 7-10. Abstrak Hukum tabur tuai adalah ajaran untuk mendorong seseorang untuk berhati-hati dalam bertindak karena setiap perbuatan yang dilakukan suatu saat akan berdampak kedepan. Dengan demikian karya tulis ini menjadi alarm bagi orang Kristen untuk bijaksana dalam bertindak karena setiap tindakan yang dilakukan akan berdampak pada masa yang akan datang. Artikel ini merupakan penelitian menemukan makna hukum tabur tuai dalam Galatia 6:7-10. Adapun tujuan dari penulisan ini karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui makna hukum tabur tuai menurut pandangan rasul Paulus bagi kehidupan orang Kristen masa kini dalam Galatia 6:7-10.
Fenomema Prank dan Pengaruhnya Terhadap Spiritualitas Generasi Milenial Dominggus, Dicky
KAMBOTI: Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 2 No. 2 (2022): KAMBOTI: Jurnal Sosial dan Humaniora
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XII

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/kambotivol2issue2page116-123

Abstract

Lately, society have been shocked by the phenomenon of pranks done by teenagers. Various kinds of pranks are done for the sake of entertaining only. Doing pranks as entertainment or show will certainly affect the spiritual growth of the millennials. This research aims to find the motives behind the practice of pranks and see its effects on the spiritual growth of the millennial generation. This research is a qualitative research with interview method. The interviews discovered what are the motives of the informants to do pranks, what do they feel when doing pranks and also their views on the fairness of pranking. This research shows that pranking is based on seeking entertainment or jokes, following friend’s examples and making memories. But pranks are also done to boost popularity. Having pranks as entertainment or show will certainly affect the spiritual growth of the millennials because telling lies are the part of pranking. This of course will have a long-term impact, that is moral degradation. Pranks have two inseparable sides; Prank can be entertainment but on the other hand it can be negative if it has a negative impact and harms others. For this reason, it is necessary for teenagers to be wise in doing pranks. It can be done for the sake of entertaining only and not to harm others.