Sabar, Arwin
Program Magister Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN REZIM HIDROLOGI DAN SALINITAS DAS LANDAK- KAPUAS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN SUMBER AIR BAKU SPAM REGIONAL PONTIANAK - ZONA HUJAN EQUATORIAL Aprillia, Ricka; Sabar, Arwin
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1625.627 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.2.9

Abstract

Abstrak: Adanya rencana pembangunan berkelanjutan di kawasan pesisir kapuas menuju Kota Metropolitan Pontianak, memerlukan sumber air baku yang layak dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas sesuai standar nasional. Dari segi kuantitas, ketersediaan air baku cukup berlimpah, namun dari segi kualitas, sumber air baku Kota Pontianak terancam interusi air laut pada tahun normal dan tahun kering di musim kemarau. Saat ini, cakupan layanan PDAM di wilayah Regional Pontianak baru mencapai 45% dari total   penduduk 1.022.269 jiwa (2010). Kualitas air hasil produksi PDAM juga kurang stabil dampak dari kualitas air baku tidak memadai (warna tinggi dan kadar klorida diatas ambang  batas  saat  kemarau)  sehingga  kualitas  air  yang  diterima  pelanggan  tidak  layak  minum. Penelitian ini membahas mengenai rezim hidrologi untuk keandalan sumber air baku (kualitas dan kuantitas) dari Sungai Ambawang interbasin Sungai Landak (Biyung) yang terpilih dijadikan sumber air baku yang barudalam pengembangan infrastruktur air minum Regional Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sungai Ambawang secara periodik terpengaruh pasang surut yang  berpoten si terinterusi air laut, sehingga dibangun bendungan untuk memutus salinitas. Sedangkan Sungai Landak (Biyung) memiliki debit yang acak dan dipengaruhi oleh curah hujan. Hasil pembagian debit Discrit Markov terhadap nilai salinitas menunjukkan bahwa, salinitas tertinggi terjadi pada iklim kering, bulan kering dan debit harian kering dimana amplitudo pasut di muara sungai maksimum. Debit harian minimum Sungai Landak tercatat pada tahun 1997 sebesar 21 m3/detik analog dengan debit rencana R20 1 harian sebesar 23,38 m3/detik.  Kebutuhan air baku Regional Pontianak sampai dengan tahun 2030 sebesar 4,6 m3/det sedangkan debit untuk alokasi air minum enggunakan debit 20 tahun kering, R20 kering pada Sungai Ambawang sebesar 12,05 m3/det, sehingga sampai dengan tahun 2030 kebutuhan air baku Regional Pontianak dapat terpenuhi. Kata kunci: air baku, air minum, Regional Pontianak, salinitas, Sungai Ambawang, Sungai Landak. Abstract :  The  existence of  sustainable development plan  inkapuas coastal areas  towardPontianak Metropolitan Cities, requires a decent source of raw water in terms of quality, quantity and continuity according to national standards. In terms of quantity, availability of raw water is quite abundant, but in terms of quality, raw water source is threatened sea water interution in normal and dry years in the dry season. Currently, the services coverageof PDAM in the area of Regional Pontianak only reached 45% of the total population of 1,022,269soul (2010). Water quality output PDAM is also unstable, impact of inadequate water quality (high color and chloride levels above the threshold when dry) so that customers receive quality water unfit to drink. This study discusses the hydrological regime for the reliability of raw water source (quality and quantity) of interbasin Ambawang River Landak River (Biyung) were selected as new raw water source for drinking water infrastructure development Regional Pontianak. The results showed that Ambawang River periodically affected by tidal and seawater interution, so the dam was built to break salinity. While the Landak River (Biyung) has a random discharge and is influenced by rainfall. The result of the division of discharge Discrit Markov against salinity values showed that, the highest salinity occurs in dry climates, dry month and daily discharge dry where the amplitude tidal estuary maximum. The minimum daily discharge Landak River recorded in 1997 at 21 m3 / sec analog with R20 daily discharge plan of 23.38 m3/ sec. Pontianak Regional raw water needs of 4.6 m3 / sec in the 2030, while the used discharge for the allocation of drinking water a debit 20 years of dry, dry R20 on the River Ambawang of 12.05 m3/sec, so the 2030 needs raw water Regional Pontianak can be met. Key words: raw water, drinking water, Regional Pontianak, salinity, Ambawang River, Landak River
OPTIMALISASI PENGUSAHAAN HIDROELEKTRIK RIAM KANAN DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BAKU SPAM KAWASAN REGIONAL BANJARBARU Maulani, Melisa Triandini; Sabar, Arwin
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 26, No 1 (2020)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.tl.2020.26.1.1

Abstract

Abstrak : Meningkatnya kebutuhan air minum seiring dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru, provinsi Kalimantan Selatan serta komponen hidrologi yang stokastik mengakibatkan adanya ketidakpastian masa depan dalam pola pengelolaan PLTA Ir.P.M. Noor Waduk Riam Kanan sehingga dengan fungsi utilitas energi listrik harga konstan seperti saat ini, pemenuhan kebutuhan air baku di downstream kurang optimal. Waduk PLTA Riam Kanan di jadikan sebagai alternatif sumber air baku. Alokasi air minum menggunakan debit andalan kering R10-R20 yang bernilai 19,3-27,5 m3/detik. Korelasi debit hasil prakiraan kontinyu dengan debit historis sebesar 0,72 sedangkan korelasi debit prakiraan diskrit markov dengan debit historis sebesar 0,62 sehingga debit prakiraan kontinu dianggap lebih adaptif terhadap debit historisnya. Pengelolaan waduk optimal menggunakan model kontinu memiliki koefisien korelasi sebesar 0,852 terhadap lintasan aktualnya sedangkan menggunakan model diskrit markov sebesar 0,846 sehingga model kontinu terpilih menjadi model pola pengusahaan waduk yang paling optimal untuk untuk kebutuhan air di downstream. Pengelolaan waduk optimal diperhitungkan dengan pengelolaan optimal berdasarkan ketidakpastian masa depan, sedangkan utilitas harga berubah dihitung dengan metode program dinamik Bellman dengan iterasi ?Du Coloir?. Untuk diskritisasi volume sebesar 70, 35 dan 10 juta m3 didapatkan gain sebesar 1462,2525, 1207,6640 dan 990,1395; 1463,9817, 1209,8065 dan 996,2856; 1470,1043, 1238,1262 dan 1002,3623. Adapun korelasi untuk diskritisasi 70, 35 dan 10 juta m3 adalah 0,3810; 0,3822 dan 0,4700,membuktikan bahwa semakin besardiskritisasi, semakin besar korelasi yang didapatkan antara St pedoman dan St aktual.. Kata kunci : air baku, pengelolaan waduk, deterministik, optimal, program dinamik Bellman Abstract : The increased demand for drinking water along with the population growth of Banjar Regency and Banjarbaru City, South Kalimantan province and stochastical hydrology component resulted in future uncertainty in the management pattern of Riam Kanan Reservoir Ir. P. M. Noor hydropower plant so that with the electric utility function of constant price such as the present, fulfillment of raw water demand in downstream is less than optimal. The Riam Kanan reservoir hydropower plant is used as an alternative source of raw water. Allocation of drinking water uses dry R10-R20 mainstay discharge which is worth 19.3-27.5 m3/second. The discharge correlation results from continuous forecasts with historical debit of 0.72 while the discrete markov forecast debit correlation with historical discharge is 0.62 so that continuous forecasting debits are considered more adaptive to historical debit. Optimal reservoir management using a continuous model has a correlation coefficient of 0.988 on the actual trajectory while using the markov discrete model of 0.902 so that the continuous model is chosen to be the most optimal model of reservoir designation for downstream water needs. Optimal reservoir management is calculated by optimal management based on future uncertainties, while utility price changes are calculated by the Bellman dynamic program method and ?Du Coloir iteration. For the discretization of the volume of 70, 35 and 10 Mm3 the gain obtained are 1462,2525, 1207,6640 and 990,1395; 1463,9817, 1209,8065 and 996,2856; 1470,1043, 1238,1262 and 1002,3623. Correlation for discretization of 70, 35, and 10 Mm3 are 0,3810, 0,3822 dan 0,4700, proving that the larger discretization is, the larger correlation between St trajectory dan St actual. Keyword : raw water, reservoir management, deterministic, optimal, Bellman?s dynamic program