Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Keadilan Linguistik: Analisis Semiotika pada Penyesuaian Media Bahasa Komunikasi menurut Al-Qur’an Haromaini, Ahmad; Fakih, Zainun Kamaluddin; Saihu, Made
El Madani: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam Vol. 5 No. 2 (2024): El-Madani: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam
Publisher : Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53678/hmbzq188

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang keadilan linguistik dalam pengutusan rasul kepada suatu kaum yang tertera pada QS. Ibrahim/14:4 dengan menggunakan pendekatan Semiotika yang dikembangkan oleg Ferdinand de Saussure yang mengajukan konsep relasi bahasa yang tersusun dari penanda dan petanda. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan sumber data dari kitab-kitab tafsir, baik klasik, maupun kontemporer serta buku-buku dan artikel ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa keadilan linguistik terhadap QS. Ibrahim:14:4 dengan menggunakan analisis semiotika dapat disimpulkan bahwa keberhasilan sebuah misi penyampaian pesan, komunikasi efektif, dan memberikan hikmah harus ditempuh dengan menggunakan bahasa komunikasi yang digunakan oleh suatu kaum yang menjadi komunikan atau mukhattab. Hal itu karena dapat memberikan mereka kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan.
Rekonstruksi Hukum Perkawinan Lintas Agama: Analisis Tafsir Tematik dan Ushul Fikih Fakih, Zainun Kamaluddin
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 11 No. 1 June 2025
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v11i1.49553

Abstract

This article re-examines the Islamic prohibition of interfaith marriage through a combined thematic-tafsīr and uṣūl al-fiqh lens. It scrutinises three key Qurʾanic loci: (1) al-Baqarah 2:221, which restricts marriage with pre-Islamic Arab mushrikūn; (2) al-Mumtahanah 60:10, revealed after the 628 CE Ḥudaybiyyah treaty and conditioned by warfare; and (3) al-Māʾidah 5:5, which permits unions with the People of the Book. Philological analysis demonstrates that the term mushrik is not synonymous with Ahl al-Kitāb, so the Qurʾanic ban is context-bound rather than an absolute proscription on all non-Muslims. By critiquing classical ijtihād principles, the study argues that the prevailing proscription on Muslim women marrying non-Muslim men stems from sociopolitical considerations rather than unequivocal textual evidence and is therefore amenable to re-ijtihād in contemporary plural societies. The paper concludes that reconstructing a more inclusive fiqh of interfaith marriage is necessary to safeguard communal welfare and mitigate potential societal discord.