Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGUATAN BRANDING DESA KEPUHSARI MANYARAN WONOGIRI SEBAGAI DESTINASI WISATA KAMPUNG WAYANG TATAH SUNGGING Octavia, Ercilia Rini; Ismail, Anugrah Irfan
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 1, No 1 (2018): JUNE
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v1i1.61

Abstract

Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, sudah sejak lama dikenal sebagai sentra produksi wayang kulit tatah sungging. Hasil tatah sunggingnya terkenal tebal, rapi, dan halus sehingga menjadi salah satu produk unggulan dari Kabupaten Wonogiri. Bahkan, pada tahun 2014 pemerintah telah memberi identitas pada Desa Kepuhsari sebagai ‘Kampung Wayang’. Melalui penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dianalisa dengan metode analisis model interaktif, serta divalidasi dengan triangulasi data ini, mampu menemukenali beberapa potensi di Desa Kepuhsari berupa potensi SDM, alam, wisata budaya dan religi, anyaman bambu, cinderamata, kelompok seni pertunjukan, serta utamanya berupa kerajinan wayang kulit tatah sungging. Kemudian juga menemukan upaya internal yang sudah dilakukan oleh pengelola Kampung Wayang dan pemerintah setempat berupah pembentukan Pokdarwis Tetuko, pengelolaan Kampung Wayang, serta pengembangan industri kreatif untuk perajin wayang tatah sungging. Berdasar temuan data menyoal potensi dan upaya internal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa strategi dalam upaya penguatan branding Desa Kepuhsari sebagai Destinasi Wisata Kampung Wayang Tatah Sungging agar keberadaannya tetap eksis dan makin dikenal oleh masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri.
PENGUATAN BRANDING DESA KEPUHSARI MANYARAN WONOGIRI SEBAGAI DESTINASI WISATA KAMPUNG WAYANG TATAH SUNGGING Octavia, Ercilia Rini; Ismail, Anugrah Irfan
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 1, No 1 (2018): JUNE
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v1i1.61

Abstract

Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, sudah sejak lama dikenal sebagai sentra produksi wayang kulit tatah sungging. Hasil tatah sunggingnya terkenal tebal, rapi, dan halus sehingga menjadi salah satu produk unggulan dari Kabupaten Wonogiri. Bahkan, pada tahun 2014 pemerintah telah memberi identitas pada Desa Kepuhsari sebagai ‘Kampung Wayang’. Melalui penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dianalisa dengan metode analisis model interaktif, serta divalidasi dengan triangulasi data ini, mampu menemukenali beberapa potensi di Desa Kepuhsari berupa potensi SDM, alam, wisata budaya dan religi, anyaman bambu, cinderamata, kelompok seni pertunjukan, serta utamanya berupa kerajinan wayang kulit tatah sungging. Kemudian juga menemukan upaya internal yang sudah dilakukan oleh pengelola Kampung Wayang dan pemerintah setempat berupah pembentukan Pokdarwis Tetuko, pengelolaan Kampung Wayang, serta pengembangan industri kreatif untuk perajin wayang tatah sungging. Berdasar temuan data menyoal potensi dan upaya internal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa strategi dalam upaya penguatan branding Desa Kepuhsari sebagai Destinasi Wisata Kampung Wayang Tatah Sungging agar keberadaannya tetap eksis dan makin dikenal oleh masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri.
WAYANG GODHONG SEBAGAI MEDIA EDUKASI CINTA BUDAYA DAN ALAM SEJAK USIA DINI Purwanto, Agus; Octavia, Ercilia Rini; Adi, Sigit Purnomo
ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia Vol. 7 No. 01 (2021): February 2021
Publisher : Dian Nuswantoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/andharupa.v7i01.4081

Abstract

AbstrakSeiring dengan perkembangan zaman, pertunjukan wayang berfungsi menjadi media pembelajaran. Demikian halnya dengan Wayang Godhong.  Wayang kontemporer yang berasal dari godhong (daun) jati, cengkeh, dan kopi ini mencoba menjadikan pertunjukan wayangnya sebagai media edukasi cinta budaya dan alam sejak usia dini di Kabupaten Magelang. Artikel yang disusun melalui metode penelitian kualitatif deskriptif ini, berhasil menemukan visualisasi figur/karakter Wayang Godhong yang representatif untuk anak usia dini dengan pendekatan visual yang ramah dan lucu. Kemudian proses penyampaian dalang Wayang Godhong saat pentas yang harus menggunakan mimik jelas (karena dalang di depan anak-anak, tidak di balik layar), sehingga bahasa yang digunakan pun harus bahasa yang mudah dipahami anak-anak dengan penyampaian humorisme.  Setelah melihat pementasan, anak-anak pun berkeinginan melakukan seperti yang dipesankan dalam pementasan yakni menanam pohon sebagai upaya melestarikan alam ini serta menjadi suka/cinta akan wayang. Dengan demikian Wayang Godhong dianggap mampu menjadi media edukasi cinta wayang sebagai hasil dari budaya Indonesia dan cinta alam dengan menanam/merawat pohon sejak usia dini. Kata Kunci: budaya dan alam, media edukasi, anak usia dini, Wayang Godhong AbstractAlong with the times, puppet shows function as learning media. Like wise with Wayang Godhong. Wayang Godhong, a form of contemporary wayang made from leaves of teak, cloves, and coffee, attempts to become a medium for children to foster a sense of love for nature and culture, especially in the Magelang Regency. This article, compiled through descriptive qualitative research methods, has succeeded in finding the visualization of the representative Wayang Godhong figures/characters for early childhood with a friendly and funny visual approach. The performance process of storytelling by the puppeteer must be used a clear facial expression (because the puppeteer stays in front of the children, not behind the scenes), the language must be easy to understand by the children by conveying humorism. After seeing the performance, the children wanted to do as instructed in the wayang performance, such as planting trees as an effort to preserve nature and became interested in wayang. Thereby, Wayang Godhong is considered capable of being a love for wayang educational media as a result of Indonesian culture and love for nature by planting/caring for trees from an early age. Keywords: children, culture and nature, education media, Godhong puppet
PENGUATAN BRANDING DESA KEPUHSARI MANYARAN WONOGIRI SEBAGAI DESTINASI WISATA KAMPUNG WAYANG TATAH SUNGGING Octavia, Ercilia Rini; Ismail, Anugrah Irfan
Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan Vol 1 No 1 (2018): Jurnal Industri Kreatif dan Kewirausahaan JUNE 2018
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/kewirausahaan.v1i1.61

Abstract

Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, sudah sejak lama dikenal sebagai sentra produksi wayang kulit tatah sungging. Hasil tatah sunggingnya terkenal tebal, rapi, dan halus sehingga menjadi salah satu produk unggulan dari Kabupaten Wonogiri. Bahkan, pada tahun 2014 pemerintah telah memberi identitas pada Desa Kepuhsari sebagai ‘Kampung Wayang’. Melalui penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dianalisa dengan metode analisis model interaktif, serta divalidasi dengan triangulasi data ini, mampu menemukenali beberapa potensi di Desa Kepuhsari berupa potensi SDM, alam, wisata budaya dan religi, anyaman bambu, cinderamata, kelompok seni pertunjukan, serta utamanya berupa kerajinan wayang kulit tatah sungging. Kemudian juga menemukan upaya internal yang sudah dilakukan oleh pengelola Kampung Wayang dan pemerintah setempat berupah pembentukan Pokdarwis Tetuko, pengelolaan Kampung Wayang, serta pengembangan industri kreatif untuk perajin wayang tatah sungging. Berdasar temuan data menyoal potensi dan upaya internal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa strategi dalam upaya penguatan branding Desa Kepuhsari sebagai Destinasi Wisata Kampung Wayang Tatah Sungging agar keberadaannya tetap eksis dan makin dikenal oleh masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri.