Peneltian ini mengulas toponimi di Kawasan Banten Lama yang mencerminkan hubungan budaya antar berbagai etnis, serta proses asimilasi dan interaksi budaya yang terjadi sepanjang sejarah. Toponimi, atau kajian tentang nama-nama tempat, tidak hanya mencerminkan aspek geografis, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai budaya, sejarah, dan identitas masyarakat yang mendiami wilayah tersebut. Melalui pendekatan ini, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana nama-nama tempat di Kawasan Banten Lama dapat menjadi sarana dalam membangun kesadaran akan keberagaman budaya, toleransi, dan identitas kolektif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan etnohistoris. Analisis toponimi dilakukan dengan memetakan nama-nama tempat yang memiliki keterkaitan budaya dan sejarah dari suatu etnis, serta mengkaji simbolisme yang terkandung di dalamnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa toponimi di Kawasan Banten Lama, seperti Kampung Bugis, Dermayon, Kebalen, (bekas) Pecinan, dan (bekas) Pekojan mencerminkan hubungan lintas budaya antar etnis yang berbeda, serta proses asimilasi dan integrasi yang telah berlangsung selama berabad-abad. Nama-nama tempat yang bersifat etnik atau historis memiliki nilai edukasi yang dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pendidikan karakter. Dengan menganalisis contoh-contoh toponimi etnik dari berbagai daerah di Banten Lama, penelitian ini menunjukkan bahwa nama-nama tempat memiliki makna simbolik yang berpotensi memperkuat nilai-nilai karakter seperti kebersamaan, saling menghormati, dan keberagaman. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya mengintegrasikan toponimi ke dalam kurikulum pendidikan sebagai bentuk pembelajaran kontekstual yang mendukung pembentukan karakter peserta didik yang dapat dikembangkan melalui pendekatan sosio-historis, yang menggabungkan pemahaman sosial dan sejarah, memberikan wawasan tentang keragaman, sejarah lokal, dan identitas sosial. Pendekatan ini memperkuat kesadaran kritis, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan.