Rasuh, Jantje
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penerimaan Komuni Pertama Pada Anak Usia 7 Tahun: Suatu Kajian Teoritis Dan Empiris Berdasarkan Dokumen Quam Singulari Rasuh, Jantje
Jurnal Masalah Pastoral Vol 1 No 1 (2012): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v1i1.6

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak berusia 7 tahun sudah bisa menerima komuni pertama menurut dokumen Quam Singulari. Penelitian dilakukan di sekolah dasar Xaverius II Merauke dan SD Mikael Merauke. Subjek peneitian berjumlah 44 orang anak kelas 1 SD Xaverius II Merauke dan 52 anak kelas 1 SD Mikael Merauke. Hasil penelitian menunjukkan t = 4,785 pada dk = 0,005 untuk SD Saverius II, dan t = 2,89 pada dk 0,005. Itu berarti anak-anak dari kedua sekolah tersebut sudah mencapai usia akal budi menurut Quam Singulari. Setelah itu penelitian ini dilanjutkan dengan uji perbedaan antara kemampuan subjek kelas 1 SD Xaverius II dengan kelas 1 SD Mikael dalam menjawab Quesioner yang diberikan. Dimana subjek dari SD Xaverius II mendapatkan pengajaran materi persiapan komuni pertama dan subjek dari SD Mikael tidak diberikan materi tersebut. Hasil uji t menunjukkan t = 2,189 pada dk = 0,005. Itu berarti terdapat perbedaan antara subjek yang menerima materi persiapan dan tidak. Perbedaannya terletak pada kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan moralitas. Untuk mendapatkan penelitian yang holistik penelitan ini dilanjutkan dengan survey pendapat orang tua dan para imam tentang batas usia komuni pertama. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket pada orang tua yang tinggal di Keuskupan Agung Merauke berjumlah 45 responden, sedangkan para imam berjumlah 9 orang diwawancarai melalui telpon. Para imam berdomisili di beberapa keuskupan di Indonesia dan memiliki latar belakang pendidikan dari seminari tinggi yang berbeda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa para orang tua dan imam tidak menyetujui anak berusia 7 tahun menerima komuni pertama karena belum mampu menangkap makna sakramen. Semoga penelitian ini menjadi bahan acuan dalam menentukan batas usia atau kriteria seseorang sudah bisa menerima komuni pertama.
Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama Katolik Rasuh, Jantje
Jurnal Masalah Pastoral Vol 1 No 1 (2012): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v1i1.7

Abstract

Generasi muda merupakan tulang punggung Gereja, bangsa dan negara. Eksisnya Gereja akan ditentukan oleh generasi mudanya. Begitu juga dengan pelayanan pastoral Gereja Katolik yang membutuhkan orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis. Guru agama Katolik berperan penting dalam pewartaan iman Katolik melalui kesaksian hidup, pendidikan dan pengajaran. Kurangnya orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi orang muda Katolik terhadap guru agama dan katekis. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Atas Yoanes XXIII Merauke dan SMA Yos Sudarso Merauke. Responden berjumlah 214 orang kelas X sampai XII, terdiri dari 145 siswa SMA Yoanes XXIII dan 69 siswa SMA Yos Sudarso. Pengambilan data dengan metode angket, yaitu angket persepsi terhadap guru agama Katolik dengan nilai reliabilitas Internal Consistency Alfa Cronbach ri = 0,429, dan angket katekis dengan nilai ri = 0,528. Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hasil perhitungan menunjukkan subjek umumnya berada pada kategori rata-rata untuk hasil pengukuran angket katekis dan guru agama. Hal ini berarti sebagian besar responden kurang berminat menjadi guru agama dan katekis. Namun ada cukup banyak responden yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi, yaitu 63 orang pada angket guru agama dan 60 orang pada angket katekis. Hal ini mengindikasikan mereka memiliki kecendrungan untuk berminat menjadi guru agama dan katekis. Dari hasil penelitian ini perlu adanya pembinaan pada generasi muda dengan perencanaan strategis agar tersedianya kader untuk berkarya di Gereja dan pemerintahan.