Abstrak Perubahan penggunaan lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun akan menyebabkan terjadinya peningkatan limpasan atau aliran permukaan. Peningkatan debit puncak untuk masing-masing periode ulang tahunan disebabkan oleh berubahnya nilai koefisien limpasan (C) yang pada akhirnya meningkatkan persentase curah hujan yang menjadi limpasan permukaan. Penelitian ini difokuskan untuk memprediksi tren perubahan tutupan lahan berdasarkan ketersediaan data historis di lokasi studi yaitu antara tahun 2018, 2019 dan 2021 dengan menggunakan metode supervised maximum likelihood classification (MLC) dengan perangkat lunak ArcGIS terutama pada wilayah dengan persentase rawa terbesar di kota Palembang. Hasil analisa tutupan lahan pada DAS Kertapati menghasilkan perubahan lahan yang meningkat signifikan pada kelas tutupan lahan permukaan diperkeras yaitu 7% (2018) menjadi 12% (2021). Namun peningkatan luasan area vegetasi budidaya berupa sawah juga meningkat dari 41% (2018) menjadi 49% (2021). Analisis perhitungan debit banjir menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetis Soil Conservation Service dan distribusi hujan Alternating Block Method (ABM). Didapatkan pada tahun 2018 nilai debit banjir untuk periode 10 tahun sebesar 29,167 m3/det, kemudian untuk tahun 2019 nilai debit banjir untuk periode 10 tahun sebesar 34,820 m3/det dan untuk tahun 2021 nilai debit banjir untuk periode 10 tahun sebesar 34,169 m3/det. Kata kunci: limpasan, perubahan tutupan lahan, debit rencana, hidrograf Abstract Changes in land cover from undeveloped to developed areas lead to an increase in runoff or surface flow. The rise in peak discharge for each annual return period is attributed to changes in the runoff coefficient (C), which increases the percentage of rainfall contributing to surface runoff. This study aims to predict trends in land cover change based on the availability of historical data from 2018, 2019 and 2021, utilizing the supervised maximum likelihood classification (MLC) method with ArcGIS software, particularly in regions with the biggest wetlands in Palembang City. The results of the land cover analysis in the Kertapati Watershed revealed a significant increase in the impervious surface, rising from 7% in 2018 to 12% in 2021. Conversely, the area of cultivated vegetation, specifically rice fields, also increased from 41% in 2018 to 49% in 2021. To analyze flood discharge, the study employed the Soil Conservation Service Synthetic Unit Hydrograph method and the Alternating Block Method (ABM) for rainfall distribution. The findings indicated that the flood discharge value for a 10-year return period was 29.167 m³/sec in 2018, increasing to 34.820 m³/sec in 2019 and slightly decreasing to 34.169 m³/sec in 2021. Keywords: runoff, land cover change, design discharge, hydrograph